Bertanam Hidroponik, Mengedukasi Masyarakat Hidup Sehat

Miftakhussalam berada di kebun hidroponiknya. (Dok. pribadi)
Miftakhussalam (34) tiga tahunan ini aktif menekuni pertanian urbanfarming yaitu bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Dipilihnya hidroponik lantaran di depan rumah mertuanya di Desa Kalipucang Kulon RT.04 RW.02 Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara ada lahan dengan luas 4 x 5 meter namun tidak dimanfaatkan. Selain itu, untuk bertanam hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas.

Menurut pria yang tinggal di Desa Brantaksekarjati RT. 04 RW. 01 Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara ini tanaman yang sudah ditanam di pekarangan rumah mertuanya seperti selada hijau, pakcoy, bayam merah, kangkung, dan juga jenis buah-buahnya seperti melon.

Bertanam hidroponik kata pria yang akrab disapa Salam ini menyatakan musim panennya sepanjang waktu, tidak melihat musim. “Bisa saja dua minggu sekali  karena selalu berjenjang ketika satu instalasi panen maka satu/dua minggu lagi panen dengan umur sayuran kurang lebih 45 Hari Selesai Tanam (HST) atau tergantung sesuai umur sayuran atau buah, sedangkan untuk melon 62 hari HST,” katanya, Sabtu (30/11/2019).

Suami dari Aini Chapsah merupakan pegiat pendidikan. Hari-harinya mengabdi sebagai guru SMK, Dosen Ma’had Aly, Politeknik Balekambang juga Penanggung Jawab Pendidikan Kesetaraan di Pesantren Al Falah Bakalan, Kalinyamatan Jepara. Meski begitu dirinya menandaskan berhidroponik tidak mengganggu aktivitas mengajarnya.

“Ketika setelah shalat subuh langsung mengecek sayuran, sirkulasi air baik input maupun output ke tandon dan juga ketika malam hari, jadi berhidroponik tidak mengganggu aktivitas mengajar. Aktivitas ini dilaksanakan setelah mengajar baik pada saat pagi hari maupun sore hari,” jelasnya.

Dalam berhidroponik putra pasangan Joni Budiharjito – Khumayizah ini tidak sendirian. Di Kabupaten Jepara ia bergabung di Komunitas Hidroponik Jepara (KHJ). Baginya KHJ adalah wahana untuk share ilmu tentang bercocok tanam sayur dan buah baik untuk pemula atau sudah skala bisnis, selain itu juga KHJ memberikan kesempatan kepada anggota untuk bisa memasarkan hasil produksi ke supermarket di Jepara dan sekitarnya dengan standar yang sudah ditentukan.

“Di KHJ setiap bulan ada kopdar sehingga jika ada kendala akan didiskusikan dengan para pakar yang sudah mengetahui seluk beluk bercocok tanam berhidroponik. Selain kopdar KHJ juga pernah menyelenggarakan studi banding yang pernah dilakukan yaitu di Hirdoponik Agrofarm Bandungan (HAB) dan juga di rumah-rumah anggota KHJ yang sudah produksi skala industri,” terang pria kelahiran Jepara, 19 Oktober 1985 itu.

Sehingga masih menurutnya, Komunitas Hidroponik Jepara sangat membantu baik proses bercocok tanam, kendala sampai dengan bagaimana patani bisa mandiri.

Ditanya tentang susah senang berhidroponik ia menjawab untuk senangnya ketika menyemai tanaman bisa bareng-bareng keluarga paling tidak mengajari anak-anak sejak dini cara bercocok tanam. Banyak kreasi dan kreativitas yang muncul secara tidak langsung ketika mengembangkan hidroponik. Sebelum dipanen sayuran bisa untuk dijadikan swa foto karena tanaman menggunakan instalasi yang bisa mendukung berswa foto, panen bareng bersama anak dan istri dan terkadang menyetorkan sayuran bareng-bareng sambil jalan-jalan.

“Susahnya ketika musim panas harus menstabilkan air di tandon, ketika musim hujan bagaimana sayuran agar tidak terkena air hujan langsung  serta mentsabilkan nutrisi dan Potential Hidrogen (PH) air,” imbuhnya.   

Dengan bertanam hidroponik lanjut Magister Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) ini hasilnya bisa untuk menambah pemasukan keuangan keluarga. Di samping itu juga untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran atau buah milik sendiri tanpa harus ke pasar atau supermarket dan tinggal petik. “Dan di situlah juga nilai plus untuk mengedukasi keluarga khususnya anak untuk mencintai hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan serta untuk masyarakat sekitar,” paparnya.

Pengelola Salam Hydrofarm mengemukakan bertanam hidroponik bertujuan untuk menambah ilmu baru sehingga mendapatkan tambahan pengetahuan serta memberikan edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan berkreasi serta berinovasi dan tak lupa memaksimalkan teknologi yang saat ini sudah masuk era industri 4.0.

“Harapanya bisa mengembangkan lebih besar lagi dan mengenalkan kepada masyakarat bahwa bercocok tanam hidroponik adalah salah satu solusi bercocok tanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan sempit. Selain bercocok tanam juga dapat dilihat dari segi estetika serta nilai lebih karena memiliki daya kreativitas dan inovasi teknologi di dunia pertanian,” urainya.

Tiga tahunan menekuni tamaman hidroponik lanjut Wakil Sekretaris MWCNU Welahan ini cita-cita yang belum tergapai adalah memiliki mitra lebih banyak lagi dengan saling menguntungkan.

Di samping itu pungkas pria yang memiliki motto hablu minallah hablu minannas mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat salah satunya dengan mengkonsimsi sayuran, mengolah sayuran dengan berbagai bentuk variasi dan kemasan, pengembangan lahan serta memiliki jaringan teknologi secara luas dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di media sosial. (Syaiful Mustaqim)

Dipublikasikan : ayosemarang.com

ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng