Pada
kesempatan pertemuan rutin ekskul jurnalistik putaran ketiga saya manfaatkan
untuk evaluasi majalah madrasah yang belum lama ini terbit. Hadir dedengkot
jurnalis Maya, Ayu dan Elin. Bukan
karena apa-apa tapi untuk edisi kedepan. Apa yang mereka utarakan Jum’at pagi
itu. Mereka kompak menyuarakan kekecewaannya.
Misalnya, foto bareng kru
jurnalis yang dipotret beberapa waktu lalu tidak dicantumkan di majalah yang
baru terbit sekali itu.
Ada
asa yang dicurahkan Ayu dengan narsisnya kru. Harapannya adik kelasnya tahu
para aktivis jurnalis. Harapan itu pupus karena majalah sudah kadung terbit.
Beberapa liputan dan karya mereka juga tak termuat di lembaran-lembaran itu.
Misalnya liputan budaya dan puisi.
Kekecewaan
kian bertubi-tubi lantaran minimnya perhatian madrasah pada jurnalis madrasah
itu. Pada saat unjuk kebolehan MOS misalnya, mereka diberi waktu paling akhir,
dimana peserta didik baru sudah tidak jenak.
Disamping
itu, karena diwajibkannya Pramuka di Kurikulum 2013 ekskul tulis-menulis itu semakin
terjepit. Sebagaimana yang lazim dua kali pertemuan kemarin ekskul wajib
rampung 08.45. Tetapi Jum’at itu molor jam 09.00 lebih.
Pada
saat pergantian jam ekstra lain semacam PKS dan PMR diumumkan tetapi tidak
untuk ekskul itu. Itu yang membuat anak-anak semakin kecewa. Padahal mereka
sudah berada di ruangan menanti adik-adik anggota baru ekskul tersebut.
Meski
demikian, ada segudang pengalaman mereka dapatkan berkecimpung di ekskul itu.
Maya, yang kelak usai lulus ingin sekolah di Demak semakin lancar jika
mengarang. Ayu berbeda, ia malah tak bisa mengungkapkan banyaknya manfaat yang
ia dapatkan dari ekskul itu. Sedangkan Elin yang ingin masuk SMK makin berani
untuk wawancara. (Syaiful Mustaqim)
ConversionConversion EmoticonEmoticon