R i l i s


Dulu, saat kali pertama menekuni dunia tulis-menulis bersama anak-anak SMA, saya mulai tertarik untuk membuat rilis ke sejumlah media. Waktu itu, karena masih terbilang pemula banyak rilis yang saya buat tak pernah dimuat. Diterima wartawan yang kebetulan baru kenal sich iya. Namun rilis yang saya buat belum pernah dimuat.


Berkali-kali membuat rilis dan hampir tak pernah dimuat saya hampir putus asa, berhenti merilis.

Alhasil, saya kemudian “wadul” dengan mahaguru saya, Mas Saifuddin Alia. Saya ceritakan keluh kesah merilis kegiatan di media. Mas Ciput, panggilan akrabnya memberi petuah agar menyantumkan nama dia sebagai rekomendasi pada rilis yang saya buat berikutnya. Dari itu, rilis yang saya buat mulai dimuat hingga saat ini.

Masih tentang rilis-merilis saya banyak belajar dengan para mahaguru yang berkhidmah di kehumasan. Di Kudus, misalnya, dulu ada teman satu angkatan di Ngaliyan, si Farih. Setelah ia risen lalu digantikan mas Eros di kampus tempat ia mengabdi rutin mengirim rilis ke banyak media.

Wartawan tak perlu datang. Namun sudah dikirimi rilis pihak kehumasan. Di Ngaliyan juga demikian. Kang Shoim yang juga satu angkatan boleh dikata saben hari pemberitaan kampus dimuat di banyak media pula.

Barangkali urusan rilis-merilis tak melulu harus dilakukan kampus. Semua lembaga juga perlu melakukan ini. Saya merilis organisasi dan lembaga yang saya naungi. Karena ini bagian memopulerkan kepada khalayak. (Syaiful Mustaqim) 

Gambar: Google
Previous
Next Post »