Asyiknya Menjadi Fasilitator Santri Nusantara


Dimana pun saya berada adalah tempat untuk belajar. Belajar untuk menjadi yang lebih baik. Begitu pun yang kaitannya dengan dunia tulis-menulis. Barangkali yang menjadi titik temu sejak 2006 hingga sekarang sejumlah lembaga mengundang saya untuk memberikan motivasi menulis tidak lepas dari spirit menulis yang saya tempuh secara otodidak.

Sehingga hal itu, menjadi pembeda dengan yang lain. Jujur. Meski sudah berulang kali memberikan pelatihan maupun motivasi menulis di sekolah, pesantren dan kampus di Jepara, Kudus, Pati dan Semarang masih banyak sekali kekurangan. Tetapi kesempatan tidak akan datang dua kali. Sehingga setiap kali diminta menjadi fasilitator belum pernah saya tolak. Sebab, pada kesempatan itu adalah saat yang tempat untuk belajar bareng. 


Yang baru saja adalah kegiatan Liburan Sastra di Pesantren #8 bareng komunitas Matapena Yogyakarta yang ditempatkan di Pesantren Hasyim Asyari Bangsri, Jumat-Ahad (29/6-1/7). Sebelumnya, Pak Rois pembina OPS Suara HA memang sudah memberikan kabar, saya menjadi salah satu fasilitator. Dan pada hand out acara saya memang tercantum untuk memberikan materi menulis; Jadi Penulis Gak Bakal Galau. 

Pada sesi tersebut saya bersama Moch Machrus, novelis Mafia Three on One. Dalam kesempatan itu, sesuai yang sudah-sudah saya menyampaikan perjalanan yang telah menjerumuskan saya ke lembah jurnalistik. 

Tahun 2006, KMJS Cabang IAIN Walisongo mengadakan pelatihan jurnalistik untuk SMA se-Jepara. Kegiatan ditindaklanjuti dengan pendalaman materi dan praktik. Awalnya fasilitator yang ditugasi mau menjalankan tugasnya. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya karena alasan kesibukan tinggal saya saja yang mendampingi. 

Agar tidak mubazir, waktu itu saya bertekad bulat mendampingi mereka sekuat tenaga. Sehingga sejak itu saya mulai belajar jurnalistik dengan teman-teman yang sudah ahli. Mencatat yang penting, bertanya jika belum paham tidak pernah terlupa. Lewat itu, selama dua tahun dari kegiatan yang saya dampingi sendiri telah menghasilkan karya berupa buletin bulanan yang terbit hingga edisi 20an dan juga kumpulan artikel dan puisi. 

Pada titik itu, saya belajar berkarya juga. Tidak hanya memerintah tetapi mau melakukan sendiri. Kini, lebih dari ratusan lebih karya tercecer di media online maupun cetak yang berupa berita, opini, puisi, cerpen dan sebagainya. 

Karena menjadi fasililator mulai dari awal hingga akhir kegiatan sehingga mendampingi intens tim Pramudia berjumlah 7 orang yang berasal dari Tasikmalaya, Jombang dan Jepara. Yang meliputi out bond kecil dan focus group discussion. (syaiful mustaqim)
Previous
Next Post »