Akhir pekan mengingkatkan saya pada beberapa tahun silam ketika kami ngonthel bersama menuju Bongpes, Welahan Banyu Putih dan sekitarnya. Mandi basah kuyup di Montel Muria, ke Jogja dan sejumlah agenda ramai-ramai yang lain. Meski tidak seramai yang dulu tetapi menikmati sore di pantai Empu Rancak sungguh mempesona.
Saat sebelum tamu dari karang taruna Tunas Muda Semarang sampai, kami ngobrol-ngobrol di rumah wakil ketua. Tiba-tiba seorang teman bersoloroh, Empu Rancak. Seketika itu kami mengagendakan setelah menjamu tamu lantas beranjak ke pantai berpasir putih yang berada di Desa Karang Gondang, Kecamatan Mlonggo, Jepara.
Siang tiba. Saya sebagai koordinator dihubungi beberapa teman. Saling berbalas pesan singkat, akhirnya yang akan ikut ngumpul di rumah bos Budi. Beberapa teman yang pengen ikut karena ada halangan kemudian membatalkan diri. Hanya 5 yang tersisa saya, Budi, Asyari, Gus Amik dan Nana.
Berangkat. Perjalanan Empu Rancak lumayan jauh. Apalagi Ashar kami baru beranjak. Untuk menuju sana, rutenya tidaklah sudah. Ketika sampai pertigaan bangjo Mathalibul Huda Mlonggo ambil arah kiri lurus kalo dari arah Jepara. Kemudian sampai di pasar Karang Gondang ke kiri lagi. Itu saja petunjuk jalannya. Kira-kira berjarak 13 km dari pertigaan menuju pantai.
Jalan rusak menjadi pemandangan yang tidak bisa dihindari. Bersamaan dengan hari libur pengunjung yang masuk area pantai di kenai ongkos Rp.2.000.
Sampai ditempat kami disapa sejumlah warung ikan bakar. Bentuk bangunannya tinggi-tinggi karena berada di bibir pantai. Atas rekomendasi dari Nana yang pernah kesitu sebelumnya, kami memilih warung Mbak Kun. Sembari menanti pesanan kami menikmati alam pantai nan indah.
Saya sempat bertanya kepada pemilik warung, pengunjung selain berasal dari Jepara adapula yang dari Semarang. Kuliner laut Jepara memang mempesona.
Ikan patikoli dan kerapu telah menyapa. Satu persatu kami mengambil piring, menciduk nasi panas, mendulit sambal pedas ala Mbak Kun. Dicampur dengan ikan segar yang telah usai dibakar. Maknyus tenan! Rasa lapar yang menyelinap diperut kami karena sepagi tadi menjamu tamu hilang seketika tatkala melahap habis ikan bakar. Kenyang mulai terasa.
Tak terasa senja tiba. Kami secara bergantian shalat ashar di musholla mini milik warung. Senja di Empu Rancak barangkali memori indah yang sulit terlupa. Apalagi dengan menjajal kuliner yang ditawarkannya. Matahari pun tenggelam. Tanda maghrib segera tiba. Kami kembali ke peraduan. (syaiful mustaqim)
2 komentar
Click here for komentarKunjungan Malam Gan,
Replybangga Jadi Orang Jepara
siap kang bos!
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon