Selamat Harlah NU

Jalan pemuda tak seperti biasa. Sebelum pukul 07.00 ratusan warga sudah berjajar di depan gedung NU. Mereka terdiri dari pelajar, Banser, Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU-IPPNU, marching band dan lain-lain. Sesaat kemudian atas komando dari ketua PCNU, KH Asyari Samsuri rombongan berjalan beriringan menuju alun-alun.


Dengan dikawal Banser dan Polres Jepara, pasukan berjalan pelan menuju alun-alun. Peserta yang membawa sang saka merah-putih mengangkatnya. Marching band dari MTs Masalikil Huda Tahunan dan MTs Mathalibul Huda Mlonggo menyerukan alatnya. Sejumlah santri berkopyah dan bersarung ikut berjalan pula. Ya, begitulah rangkaian Apel Akbar Harlah NU ke-89 yang diselenggarakan PCNU Jepara. 

Di alun-alun puluhan ribu warga NU sudah tumplek blek. Sekitar lima belasan menit rombongan dari gedung NU sudah datang. Apel pun dimulai. Marching band Masalikil Huda dan Mathalibul Huda secara berurutan masuk ke barisan. Disusul penyerahan bendera NU oleh Banser kepada PBNU dan diserahkan ke PCNU. 

Rangkaian seremonial dilaksanakan seperti biasa. Pembacaan tahlil dan doa oleh Syuriah PCNU KH Ahmad Kholil, prakata panitia KH Anis Arbaani, sambutan ketua PCNU KH Asyhari Samsuri, Bupati Jepara H Ahmad Marzuqi dan juga PBNU yang diwakili H Maksum Mahfudz. Disamping itu ada juga penampilan rebana, musik bambu Empu Palman, silat Pagar Nusa, Barongsai Yayasan Pusaka Semarang dan lain-lain. 

Rebana tampil sebelum acara mulai, musik bambu Empu Palman mendendangkan syiiran KH Ahmad Fauzan. Pagar nusa cukup menarik antusias peserta. Menampilkan sejumlah atraksi mulai gerak seni, solonan, sambung seni ditambah atraksi yang menegangkan tusuk besi, memecah bata dengan kepala, setrika badan dan guling diatas ranjau. Begitu pun dengan dua grup marching bang juga menampilkan atraksinya. 

Dalam amanat apel akbar, ketua PBNU H Maksum Mahfudz mengungkapkan 100 tahun yang lalu bangsa Indonesia dijajah 2 hal; Belanda dan penjajah keagamaan. Belanda menjajah bangsa sedangkan penjajah keagamaan adalah yang sering mengkafirkan dan mengkufurkan tradisi-tradisi. Penjajahan itu direspon tokoh-tokoh NU dengan misi diplomatik yang diprakarsai KH Wahab Hasbullah yakni dengan melawan setiap pembid’ahan dan pengkufuran. 

100 tahun kemudian penjajahan itu tidak lantas hilang. Masih ada yang disebut Al-Ibahiyah yang memunculkan ideologi kanan dan kiri. Paham kiri apa-apa saja diperbolehkan. Sedangkan paham kanan semuanya dilarang. Tetapi KH Hasyim Asyari, pendiri NU mengedepankan nilai tawasuth, NU berada di tengah-tengah. Tujuannya mengawal kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara. 

Hal itu tercermin dalam mabadi’ khoira ummah yang terdiri dari Shidiq, Amanah, Iktidal, Taawun dan Istiqamah yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Tetapi Maksum menyayangkan dalam sejarah ke-Indonesia-an nama KH Wahid Hasyim yang mengusulkan untuk menghapus tujuh kata dari sila pertama Pancasila, namanya tidak tercantum dalam sejarah. Begitupun dengan Resolusi Jihad. 

Selamat Harlah NU ke-89. Jiwa-jiwa Nahdliyin masih tertancap dalam sanubari kami. (syaiful mustaqim) 
Previous
Next Post »