Restu Orang Tua

Pada usia yang sekarang ini aku sudah mendambakan ingin segera menikah. Karena teman sekolah, kampus maupun teman kampung sudah banyak yang menanggalkan status lajangnya. Disamping itu mereka juga sudah memiliki buah hati.

Tidak enak memang, saat mayoritas teman-teman sudah pada menikah sementara aku belum, yang ada hanya cemoohan. Mereka mencemooh dengan semaunya sendiri; dikatakan tidak laku-lah, dikatain tidak berani-lah dan masih banyak lagi.

Padahal secara pribadi sebenarnya aku sudah ikhtiar (berusaha). Usaha untuk mendapatkan calon istri yang sholihah. Tetapi hingga sekarang memang belum mendapatkannya.

Rata-rata target yang kuharapkan ialah mereka yang kebetulan dekat denganku. Semisal teman belajar jurnalistik, adik kelas di kampus, teman organisasi dan teman baru yang kukenal.

Beberapa kali sudah aku mengungkapkan rasa kepada kepada teman belajar jurnalistik. Tetapi banyak alasannya. Ada yang sudah memiliki pasangan sendiri sehingga madep-mantep dengan pilihannya. Ada pula yang semestinya belum mempunyai pilihan tetapi belum mau menerimaku. Karena aku dianggap anak orang yang mampu sementara mereka anak orang pas-pasan.

Sedangkan adik kelas di kampus karena usiaku sudah beranjak dewasa, rata-rata mereka menjawab belum siap. Karena mereka ingin menikah setelah merampungkan studi S.1. sementara aku ingin cepat-cepat. Kalo adik kelas kampus barangkali siap menerimaku tetapi ya itu aku yang malah belum siap menerima peraturan mereka yang harus menunggu 3 sampai 4 tahun lagi. Lama.

Aku juga punya target teman satu organisasi. Se-kampung. Aku tahu kalo ia lagi putus dengan pacarnya. Hingga saat ini saja ia belum punya cowok lagi tetapi entah kenapa ia belum mau menerimaku. Padahal teman seorganisasi yang menikah sesama aktivis juga ada beberapa orang.

Untuk teman yang baru kenal biasanya aku dapatkan dari teman Facebook maupun kenal sendiri dan sudah pernah ketemu. Bagi teman Fb yang memang sudah lama berkenalan mereka belum mau lantaran belum mengenal secara detail. Begitu juga dengan teman yang kukenal sendiri jika ia termasuk tujuan biasanya sudah punya pilihan sendiri.

Selain dengan cara itu, aku juga meminta teman-temanku yang sudah berhasil artinya sudah mempunyai istri maupun baru berstatus pacaran untuk mencarikanku. Ada beberapa memang pilihan yang diberikan kepadaku. Tetapi ternyata pilihan-pilihan itu belum ada yang cocok buatku.

Sebenarnya sudah dua kali ada perempuan yang mengungkapkan rasa kepadaku secara blak-blakan. Mereka mengungkapkan cinta kepadaku. Akan tetapi, karena memang belum jodoh sehingga mereka belum menjadi milikku.

Masih Meleset
Dari usahaku sendiri, maupun bantuan teman-teman ternyata ikhtiar-ku untuk menggapai jodoh belum berhasil. Tentu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena targetku memang sudah ada pilihan lain. Hal itu yang sering menimpaku. Padahal sebenarnya aku sudah mantap dan bermaksud ingin memilikinya. Tetapi apa boleh buat orang lain sudah mendahului memilikinya.

Kedua, mereka belum siap menuju jenjang pernikahan. Banyak pilihanku yang belum siap jika harus segera menikah. Mereka pengen merampungkan kuliah kemudian kerja terlebih dahulu. Sehingga bukan lantaran mereka tidak mau denganku melainkan karena waktu yang menghentikan langkahku.

Ketiga, belum jodoh. Jodoh itu ditangan Tuhan. Kalo memang belum jodoh ya dikejar-kejar sampai mana belum tentu mau. Begitupula dengan perempuan-perempuan yang sejatinya naksir denganku tetapi aku yang belum cocok ya akhirnya sama, belum berjodoh.

Restu Ortu
Suatu ketika orang tuaku menanyakan apakah aku sudah memiliki pilihan hidup? Ketika aku menjawab belum, mereka belum percaya lantaran banyak peremupuan yang datang ke rumahku meski tujuannya untuk urusan kebaikan. Lha mereka dianggap ortuku, pacarku. Padahal mereka bukan pacar maupun pilihan hidupku. Setelah aku menjelaskan secara gamblang mereka pun akhirnya percaya.

Jika belum punya orang tua bermaksud menawarkan aku pilihan mereka. Dengan anak seorang penjahit yang rumahnya beda Kecamatan. Pernah suatu ketika, perempuan yang akan dikenalkan kepadaku main ke rumahku bersama dengan Ibunya. Karena aku sedang bepergian sehingga aku belum bisa ketemu dengannya.

Ia juga sering beli keperluan konfeksi di toko orang tuaku. Sebab aku juga jarang di toko aku juga belum bisa bertemu dengannya. Aku pun tambah penarasan. Ketika aku bertanya kepada Ibu, beliau menjawab, dia cantik.

Hingga pada suatu ketika, Ibuku mengajakku silaturrahmi ke rumahnya. Saat di rumahnya kita hanya curi-curi pandang. Ketika ia tidak melihat, aku yang memandangnya. Sebaliknya, saat ia memandangku aku hanya bisa menundukkan kepala. Malam itu aku baru pertama kali melihat perempuan pilihan ibu.

Disamping itu, orang tuanya kayaknya cocok jika suatu saat kita menikah. Sebab Ibunya malam itu sudah mengungkapkan maksudnya nya kepada ibuku.

Bagiku jika ia suatu saat memang jodohku sama sekali tidak menjadi masalah. Menurutku itu bukan tradisi Siti Nurbaya yang kata remaja saat ini enggan jika dijodohkan oleh orang tua. Padahal orang tua yang arif tatkala akan menjodohkan anaknya tidak lantas memaksakan kehendak.

Orang tua memiliki pilihan untuk anak-anaknya. Kemudian dikenalkan untuk anak-anaknya. Jika mereka sama-sama cocok dan jodoh tentu itu merupakan kearifan orang tua yang barangkali perlu diteladani. Jika tidak cocok anak boleh menolak secara baik-baik. Sehingga, perjodohan jalur orang tua bukan semata meniru Siti Nurbaya.

Bagiku jika perempuan yang dikenalkan oleh ortuku adalah jodohku kelak. Maka, aku hanya meminta restu kedua orang tua dan calon mertuaku. Dengan restu itu, aku berharap keluarga yang akan aku bina bersama menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Amiin. (sm)
Previous
Next Post »