Minggu Pagi di Welahan Bum

Minggu pagi, Kak Minan memanasi motornya. Saat akan menaiki motornya tiba-tiba Zaki, adiknya serta Aril, keponakannya datang menghampiri. Mereka lantas bertanya. “Kak mau pergi kemana,” tanya Zaki yang masih kelas 3 SD. Aril pun menegaskan kembali pertanyaannya itu.

“Mau ke Bendungan Welahan Bum,” jawab Kak Minanur Rohman, nama aslinya.

Karena keduanya belum pernah ke lokasi yang kakaknya maksud, mereka serempak bilang,”Ikutan dong kak!”

Kemudian Kak Minan meminta mereka izin kepada orang tua terlebih dahulu. Tak lupa Zaki minta izin sama Ibunya yang ada di dapur sedang memasak. Sedangkan Aril dalam beberapa menit sudah kembali ke tempat semula setelah pamit dengan Bapak-Ibunya.

“Gimana sudah izin?” tanya Minan kepada kedua adiknya.

“Sudah dong!” jawab mereka.

“Ayo kita berangkat!”
* * *

Dalam perjalanan si kecil Aril yang duduk didepan Kakaknya bertanya-tanya tentang tempat yang akan dituju. “Kak Welahan Bum itu tempat apaan sich?” Aril melontarkan kalimat itu.

“Welahan Bum itu ya Bendungan,” papar Minan singkat.

“Bendungan itu apa kak?” sontak Zaki gantian yang tanya.

“Bendungan ya tempat untuk menyimpan air. Namanya memang Welahan Bum tetapi oleh masyarakat sering disebut Bongpes karena bisa mengembang dan mengempis.”

Dari jawaban itu mereka makin penasaran karena pagi itu baru kali pertama. Keinginan mereka untuk tahu dilontarkan terus-menerus dalam berbagai pertanyaan.

Dalam dua puluh menitan menuju Bendungan akhirnya mereka mendapatkan banyak pemaparan tentang Bongpes. Ternyata, pagi itu, mereka akan menuju Bendungan yang sekitar tahun 1999 silam diresmikan oleh Ibu Sri Hardiyanti Rukmana, putri mendiang Presiden Soeharto.

Sampai di lokasi mereka turun. Zaki dan Aril melihat-lihat kondisi Bendungan. Mereka mulai mendekati benda yang berupa karet besar. “Kak itu apaan yang hitam itu?” ucap Aril penasaran.

Kak Minan kemudian menjelaskan, benda itu adalah karet. Bisa mengembang juga bisa mengempis. Pada saat stok air banyak, karet akan mengempis. Sedangkan saat keadaan air lagi sedikit maka karet akan mengembang. Mendengarkan paparan itu mereka kian paham.

“Kak kok kotor ya tempat ini?” seloroh Zaki.

“Awal mulanya tempat ini ya bersih. Menjadi kotor tentu akibat ulah manusia-manusia yang kurang bertanggung jawab. Suka membuang sampah di sembarang tempat,” jelasnya.
* * *

Bendungan karet yang berada di Desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan, Jepara memang indah. Setiap Minggu pagi bisa dipastikan ramai dengan pengunjung baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Mereka datang dengan naik sepeda onthel maupun sepeda motor.

Selain pemandangan yang indah di sekitar bendungan terdapat beberapa pedagang yang menjual dagangannya. Untuk menuju ke tempat itu gratis tidak dipungut biaya. Tetapi karena kurangnya perhatian dari pengelola dan Pemerintah banyak sampah dimana-mana. Sehingga semakin memperjelek pemandangan bendungan.

“Ayo kita pulang! Waktu sudah siang,” minta Kak Minan.

Dalam perjalanan pulang seraya pelan-pelan mengendarai motor, Kak Minan berpesan kepada adik-adiknya. “Sebagai pelajar kalian harus mencintai lingkungan. Jangan sampai merusaknya. Karena itu tidak diperbolehkan,” nasihatnya.

Kak Minan melanjutkan nasihatnya,”kalian juga tidak boleh membuang sampah di sembarang tempat. Buanglah sampah di tempat yang sudah di sediakan.”

“Iya kak! jawab mereka kompak seraya menganggukkan kepala.
(sm)
Previous
Next Post »