Pukul 07.40 bel berbunyi. Pertanda jam pertama telah usai. Pak Mustafa yang mengajar pelajaran Ushul Fiqih kelas XI jurusan keagamaan beranjak menuju kantor. Jam pelajaran kedua pun segera dimulai. Saat ganti jam pelajaran canda-tawa, sorak-sorai, goyonan, ejekan serta cercaan kelas XI keagamaan terdengar paling nyaring sendiri dibandingkan dengan kelas yang lain. Maklum saja, kelas lain memang masih meneruskan mata pelajaran untuk jam berikutnya dan diajar oleh guru yang sama.
Meski sepuluh menit baru saja berlalu, ternyata menyiksa geng empat sekawan dari XI keagamaan yang dikomandoi, Huda. Saat siswa-siswi yang lain ganti kaos olahraga dan menunggu kehadiran Pak Basuki, guru olahraga tetapi dia dkk (Bambang, Razak dan Udin) berusaha kabur menuju kantin, untuk mengisi perut yang sedari pagi belum diisi.
Huda cs berusaha menerobos kantor kepala sekolah, ruang guru serta penjagaan ketat pak Narto, guru piket hari itu. Mereka pun lolos. Karena, pak Nar, panggilan akrab beliau lagi kebelet buang hajat ke toilet. Aksi mereka akhirnya berhasil. Dengan berjalan pelan dan pasti, sesekali juga tengok kanan tengok kiri, gerombolan Huda cs tetap siaga agar tidak ketahuan. Sampai juga mereka di kantin dengan sukses.
Di kantin mpok Atun, Huda dkk melahap habis makanan yang dipesan. Huda komandan empat sekawan, sarapan pagi dengan makanan kesukaannya, soto. Bambang dan Razak melahap gado-gado bikinan mpok Atun. Sementara Udin lebih suka dengan nasi rames. Sarapan pagi telah usai meski belum waktunya. Biasanya istirahat jam pertama dilaksanakan pukul 10.00 tet. Karena perut mereka sudah keroncongan akhirnya mereka kabur duluan.
Bagi gank empat sekawan, makan tidak akan sempurna kalau belum merokok, begitu semboyan mereka. Saben hari mereka mesti merokok di kantin mpok Atun. Maklum namanya juga siswa, merokok merupakan sebuah larangan. Kalo pun mau melakukannya mesti dengan sembunyi-sembunyi, tidak bisa tedeng aling-aling. Apalagi jika ketahuan mesti bakal di skors oleh guru. Mereka pun juga harus hari-hati dan wasdapa melanggar larangan itu.
Namanya juga sudah kecanduan. Diawali komandan empat sekawan, Huda Ahmada mengambil sebatang rokok dan menyalakan api. Awalnya, anak buah Huda masih khawatir. Sebab, masih sangat pagi. “Hei, tunggu apalagi! Ayo sedot rokoknya!” pinta Huda. Atas perintah dari sang komandan, Bambang Razak serta Udin pun mulai menyusul menyalakan rokok. Tanpa ada rasa bersalah mereka menikmati isapan rokok itu.
Saat mereka sedang asyik mengisap rokok, tiba-tiba pak Basuki, guru olahraga mampir sejenak ke kantin. Pak Uki, sapaan beliau berhasil memergoki perilaku mereka. Tanpa basi-basi beliau langsung mengingkatkan mereka. “Haii…sedang apa kalian?” suara pak Uki mengagetkan dan memekikkan telinga mereka.
Mendengar suara itu, Huda cs membuang putung rokoknya. Mereka pun lari terbirit-birit menuju kelas untuk ganti kaos olahraga. Sementara, Mpok Atun teriak-teriak,”Hee, nang-nang mbayar ndisik,” selorohnya dengan logat Jawa ngoko. “Dasar anak-anak kurang ajar,” tambahnya. Maksud hati Pak Uki ingin mencekal salah satu dari mereka. Karena mereka sudah terlanjur lari, akhirnya beliau membiarkan saja.
Meski sepuluh menit baru saja berlalu, ternyata menyiksa geng empat sekawan dari XI keagamaan yang dikomandoi, Huda. Saat siswa-siswi yang lain ganti kaos olahraga dan menunggu kehadiran Pak Basuki, guru olahraga tetapi dia dkk (Bambang, Razak dan Udin) berusaha kabur menuju kantin, untuk mengisi perut yang sedari pagi belum diisi.
Huda cs berusaha menerobos kantor kepala sekolah, ruang guru serta penjagaan ketat pak Narto, guru piket hari itu. Mereka pun lolos. Karena, pak Nar, panggilan akrab beliau lagi kebelet buang hajat ke toilet. Aksi mereka akhirnya berhasil. Dengan berjalan pelan dan pasti, sesekali juga tengok kanan tengok kiri, gerombolan Huda cs tetap siaga agar tidak ketahuan. Sampai juga mereka di kantin dengan sukses.
Di kantin mpok Atun, Huda dkk melahap habis makanan yang dipesan. Huda komandan empat sekawan, sarapan pagi dengan makanan kesukaannya, soto. Bambang dan Razak melahap gado-gado bikinan mpok Atun. Sementara Udin lebih suka dengan nasi rames. Sarapan pagi telah usai meski belum waktunya. Biasanya istirahat jam pertama dilaksanakan pukul 10.00 tet. Karena perut mereka sudah keroncongan akhirnya mereka kabur duluan.
Bagi gank empat sekawan, makan tidak akan sempurna kalau belum merokok, begitu semboyan mereka. Saben hari mereka mesti merokok di kantin mpok Atun. Maklum namanya juga siswa, merokok merupakan sebuah larangan. Kalo pun mau melakukannya mesti dengan sembunyi-sembunyi, tidak bisa tedeng aling-aling. Apalagi jika ketahuan mesti bakal di skors oleh guru. Mereka pun juga harus hari-hati dan wasdapa melanggar larangan itu.
Namanya juga sudah kecanduan. Diawali komandan empat sekawan, Huda Ahmada mengambil sebatang rokok dan menyalakan api. Awalnya, anak buah Huda masih khawatir. Sebab, masih sangat pagi. “Hei, tunggu apalagi! Ayo sedot rokoknya!” pinta Huda. Atas perintah dari sang komandan, Bambang Razak serta Udin pun mulai menyusul menyalakan rokok. Tanpa ada rasa bersalah mereka menikmati isapan rokok itu.
Saat mereka sedang asyik mengisap rokok, tiba-tiba pak Basuki, guru olahraga mampir sejenak ke kantin. Pak Uki, sapaan beliau berhasil memergoki perilaku mereka. Tanpa basi-basi beliau langsung mengingkatkan mereka. “Haii…sedang apa kalian?” suara pak Uki mengagetkan dan memekikkan telinga mereka.
Mendengar suara itu, Huda cs membuang putung rokoknya. Mereka pun lari terbirit-birit menuju kelas untuk ganti kaos olahraga. Sementara, Mpok Atun teriak-teriak,”Hee, nang-nang mbayar ndisik,” selorohnya dengan logat Jawa ngoko. “Dasar anak-anak kurang ajar,” tambahnya. Maksud hati Pak Uki ingin mencekal salah satu dari mereka. Karena mereka sudah terlanjur lari, akhirnya beliau membiarkan saja.
* * *
Berbaris di depan halaman sekolah, Huda cs serta siswa XI keagamaan yang lain mengikuti praktik olahraga dari Pak Uki. Pagi itu Pak Uki memberikan praktik bola basket. Siswa kelas XI keagamaan mengikuti praktik olahraga dengan khidmad. Dua jam pelajaran olahraga telah berlalu. Seperempat jam berikutnya untuk ganti seragam. Siswa XI keagamaan kembali ke kelas untuk ganti pakaian maupun cuci muka di kamar mandi. Setelah itu, meneruskan jam ke empat, pelajaran Bahasa Indonesia.
Kejadian empat sekawan di kantin, membuat mereka lega. Sebab Pak Uki yang berhasil memergoki mereka tidak memberikan hukuman. Mereka pun mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pak Dikin setelah mereka ganti seragam.
Saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung tiba-tiba terdengar pengumuman. Serentak seluruh siswa mendengarkan dengan seksama. “Panggilan panggilan ditujukan kepada siswa bernama Huda Ahmada, Bambang Setiawan, Agus Razak dan Najamudin dari kelas XI keagamaan diharap segera ke kantor untuk menghadap Pak Basuki. Atas perhatiannya dihaturkan terima kasih.” Suara dari sound sistem kelas itu sontak mengagetkan mereka. Lantas Pak Dikin menyuruh mereka segera menghadap ke kantor.
Menuju ke ruang kantor Huda cs sudah suudzon. Bahwa mereka akan disidang karena telah melakukan pelanggaran. Perlahan mereka menuju kantor dan menghadap pak Basuki. Di kantor pak Uki sudah didampingi pak Somad, waka kesiswaan. Beliau berdua sudah menyapa mereka dengan muka seram. Pak Uki mulai menyapa mereka satu persatu. Karena mereka telah merasa bersalah, menjawab sapaan beliau pun dengan nada terbata-bata.
Usai menyapa Pak Uki langsung melontarkan selarik pernyataan. “Kalian berempat telah melakukan pelanggaran. Saya melihatnya sendiri di kantin sekolah. Kalian harus dihukum,” seloroh Pak Uki didampingi Pak Somad dengan nada marah-marah. “Salah kami apa pak?” serempak mereka bertanya. “Tidak usah kebanyakan tanya? Ayo ikuti bapak ke halaman!” lanjut pak Uki menyuruh mereka menuju halaman sekolah.
Pak Uki sudah membawakan empat bungkus rokok isi dua belas batang beserta korek api. Sementara, Huda cs berdiri persis dibawah tiang bendera. Mereka berusaha membantah dan menolak hukuman itu. Tetapi Pak Uki dan Pak Somad tidak bisa mentolelir kesalahan mereka.
Mentari makin menyengat kulit. Pak Uki dan Pak Somad memulai menghukum mereka. Pak Uki memasukkan sebungkus rokok isi ke mulut Huda, komandan empat sekawan. Setelah itu, menyalakan satu persatu rokok yang ada dimulut Huda. Menyalalah keduabelas rokok itu. Hal sama juga dimasukkan ke mulut Bambang. Sedangkan Pak Somad yang kebagian menyalakan rokok dimulut Razak dan Udin.
Pukul 10.00 tet. Bel berbunyi. Pertanda istirahat jam pertama. Siswa-siswi mulai berhamburan ke luar kelas. Melihat Huda cs didepan tiang bendera sembari mengisap rokok, para siswa-siswi tertawa terbahak-bahak. (sm)
Dipublikasikan : Story, Edisi 26/Th.III 25 Sept-24 Okt 2011
2 komentar
Click here for komentarwah wah.. story nda. profociat!!!
Reply@MTB: biasa saja sich kang...
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon