“ANAK-anak, hari ini kita latihan mengarang!” seru Bu Nana pada siswa VB. Tugas dari guru Bahasa Indonesia itu memang mengagetkan dan sempat mengagetkan sebagian anak yang bendel. Hari itu adalah pertama kali masuk setelah dua pekan libur semester.
Sebelum tugas dilaksanakan, Bu Nana memberikan penjelasan. “Anak-anak, kegiatan apa saja yang sudah kalian lakukan pada saat liburan kemarin? Saya tunjuk satu persatu lalu di jawab ya!” terangnya.
Bu Nana memulai dengan menunjuk Nela yang duduk dibangku paling depan. “Liburan kemarin saya belajar kelompok dengan teman-teman. Selama dua minggu, jadwal belajar kami pindah dari rumah satu ke rumah yang lain. Akhirnya, semua PR sudah kami kerjakan sebelum liburan selesai,” jelas Nela, bintang kelas VB, anak Pak Teddy, kepala sekolah.
“Kamu, Susan!” Siswi berkacamata itu mendapatkan giliran berikutnya dan diminta menceritakan pengalaman liburannya.
Susan pun bercerita. Dia mengungkapkan perasaannya saat berlibur ke pantai bersama keluarga. Baginya, hal tersebut merupakan kebiasaan rutin yang dilakukan keluarganya. Untuk tempat refreshing setiap kali berlibur selalu berpindah tempat.
Taufiq mulai berbicara setelah Susan usai bercerita. “Setiap sore, saya berlatih sepak bola di lapangan,” ungkapnya.
Menurut pembicaraannya, dia memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola yang handal. Belum genap enam bulan, dia bergabung dengan klub sekolah sepak bola (SSB) di desanya. Untuk mewujudkan cita-citanya itu dia rajin berlatih dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman yang telah diceritakan Nela, Susan dan Taufiq diberikan apresiasi oleh Bu Nana. Menurut beliau, siswa-siswanya memiliki pengalaman unik dan menarik. “Saya akan menunjuk satu anak lagi. Setelah itu kalian mulai mengarang. Ayo Syafiq! Coba kamu ceritakan pengalamanmu,” tunjuk beliau pada Syafiq.
Syafiq terdiam dan malu. Dia tak mau menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya apalagi kepada gurunya. Lalu Bu Nana mendekatinya agar dia mau bercerita seperti teman-teman yang lain. Syafiq yang pemalu masih saja diam. Setelah dibujuk berulang kali akhirnya dia mau berbicara.
“Pada saat liburan kemarin, saya membantu ibu memasak dan berjualan gorengan keliling kampung. Hasil yang kami dapatkan, sebagian untuk membiayai sekolah dan sebagian yang lain untuk keperluan Ibu di rumah,” cerita Syafiq dengan nada malu-malu.
“Huuuuuu... kampungan,” ejek Beni, Rouf, Harun dan Udin, sekawananan siswa nakal yang duduk di kursi belakang. Mendengar ejekan itu, Bu Nana meminta siswa yang lain memberikan tepuk tangan untuk Syafiq. Tepuk tangan pun riuh menyemarakkan suasana kelas.
“Sekarang, Ibu kasih waktu lima belas menit untuk menuliskan pengalaman liburannya. Setelah itu kalian maju satu persatu. Ibu sudah menyiapkan bingkisan bagi karangan dan cerita yang paling bagus.”
Siswa dan siswi V B mengerjakan tugas dengan baik. Sesekali gaduh dari barisan belakang yang dimotori Beni dkk. Tetapi Bu Nana selalu mengingatkan, bila mereka bandel.
Waktu lima belas menit pun telah berakhir. Satu persatu anak dipanggil. Nela, Susan, Taufiq, Beni dkk, Syafiq maju ke depan kelas. Begitu dengan siswa yang lain. Setelah membaca karya, selembar kertas tersebut dikumpulkan kepada Bu Nana untuk dinilai.
Jam pelajaran pertama, lima menit kemudian selesai. Lantas Bu Nana membacakan karya terbaik dan menarik.
“Kalian adalah siswa-siswi Ibu yang cerdas-cerdas, pintar-pintar dan rajin-rajin. Meski ada sebagian yang agak bandel. Tetapi itu tidak jadi masalah,” ungkap Bu Nana sebelum mengakhiri pelajaran.
“Ibu hanya memberi bingkisan untuk karya yang terbaik dan menarik. Adapun yang mendapatkan bingkisan ini adalah… Syafiq Kurniawan.” Seluruh anak VB menyambutnya dengan tepuk tangan yang meriah.
Dengan malu-malu, Syafiq maju ke depan kelas. Bingkisan itu diberikan Bu Nana. “Semoga bingkisan ini membuatmu tambah rajin belajar dan tidak malu-malu lagi,” tambahnya dan mengakhiri pelajaran dengan salam. (sm)
Dipublikasikan : Kumpulan Cerita Anak, Dearlove for Kids #8, Hasfa Publishing 2011
Sebelum tugas dilaksanakan, Bu Nana memberikan penjelasan. “Anak-anak, kegiatan apa saja yang sudah kalian lakukan pada saat liburan kemarin? Saya tunjuk satu persatu lalu di jawab ya!” terangnya.
Bu Nana memulai dengan menunjuk Nela yang duduk dibangku paling depan. “Liburan kemarin saya belajar kelompok dengan teman-teman. Selama dua minggu, jadwal belajar kami pindah dari rumah satu ke rumah yang lain. Akhirnya, semua PR sudah kami kerjakan sebelum liburan selesai,” jelas Nela, bintang kelas VB, anak Pak Teddy, kepala sekolah.
“Kamu, Susan!” Siswi berkacamata itu mendapatkan giliran berikutnya dan diminta menceritakan pengalaman liburannya.
Susan pun bercerita. Dia mengungkapkan perasaannya saat berlibur ke pantai bersama keluarga. Baginya, hal tersebut merupakan kebiasaan rutin yang dilakukan keluarganya. Untuk tempat refreshing setiap kali berlibur selalu berpindah tempat.
Taufiq mulai berbicara setelah Susan usai bercerita. “Setiap sore, saya berlatih sepak bola di lapangan,” ungkapnya.
Menurut pembicaraannya, dia memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola yang handal. Belum genap enam bulan, dia bergabung dengan klub sekolah sepak bola (SSB) di desanya. Untuk mewujudkan cita-citanya itu dia rajin berlatih dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman yang telah diceritakan Nela, Susan dan Taufiq diberikan apresiasi oleh Bu Nana. Menurut beliau, siswa-siswanya memiliki pengalaman unik dan menarik. “Saya akan menunjuk satu anak lagi. Setelah itu kalian mulai mengarang. Ayo Syafiq! Coba kamu ceritakan pengalamanmu,” tunjuk beliau pada Syafiq.
Syafiq terdiam dan malu. Dia tak mau menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya apalagi kepada gurunya. Lalu Bu Nana mendekatinya agar dia mau bercerita seperti teman-teman yang lain. Syafiq yang pemalu masih saja diam. Setelah dibujuk berulang kali akhirnya dia mau berbicara.
“Pada saat liburan kemarin, saya membantu ibu memasak dan berjualan gorengan keliling kampung. Hasil yang kami dapatkan, sebagian untuk membiayai sekolah dan sebagian yang lain untuk keperluan Ibu di rumah,” cerita Syafiq dengan nada malu-malu.
“Huuuuuu... kampungan,” ejek Beni, Rouf, Harun dan Udin, sekawananan siswa nakal yang duduk di kursi belakang. Mendengar ejekan itu, Bu Nana meminta siswa yang lain memberikan tepuk tangan untuk Syafiq. Tepuk tangan pun riuh menyemarakkan suasana kelas.
“Sekarang, Ibu kasih waktu lima belas menit untuk menuliskan pengalaman liburannya. Setelah itu kalian maju satu persatu. Ibu sudah menyiapkan bingkisan bagi karangan dan cerita yang paling bagus.”
Siswa dan siswi V B mengerjakan tugas dengan baik. Sesekali gaduh dari barisan belakang yang dimotori Beni dkk. Tetapi Bu Nana selalu mengingatkan, bila mereka bandel.
Waktu lima belas menit pun telah berakhir. Satu persatu anak dipanggil. Nela, Susan, Taufiq, Beni dkk, Syafiq maju ke depan kelas. Begitu dengan siswa yang lain. Setelah membaca karya, selembar kertas tersebut dikumpulkan kepada Bu Nana untuk dinilai.
Jam pelajaran pertama, lima menit kemudian selesai. Lantas Bu Nana membacakan karya terbaik dan menarik.
“Kalian adalah siswa-siswi Ibu yang cerdas-cerdas, pintar-pintar dan rajin-rajin. Meski ada sebagian yang agak bandel. Tetapi itu tidak jadi masalah,” ungkap Bu Nana sebelum mengakhiri pelajaran.
“Ibu hanya memberi bingkisan untuk karya yang terbaik dan menarik. Adapun yang mendapatkan bingkisan ini adalah… Syafiq Kurniawan.” Seluruh anak VB menyambutnya dengan tepuk tangan yang meriah.
Dengan malu-malu, Syafiq maju ke depan kelas. Bingkisan itu diberikan Bu Nana. “Semoga bingkisan ini membuatmu tambah rajin belajar dan tidak malu-malu lagi,” tambahnya dan mengakhiri pelajaran dengan salam. (sm)
Dipublikasikan : Kumpulan Cerita Anak, Dearlove for Kids #8, Hasfa Publishing 2011
2 komentar
Click here for komentarapik tp luweh apik di selipin bahasa jaw pak biar nyentrik dan tambah menarik
Reply@syafiq: oke, makasih masukannya...
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon