Taman Baca: Ruang Ide dan Aksara Menuju Masyarakat Belajar

Membaca adalah prasyarat menjadi “manusia”. Buku dan apapun yang dapat dibaca ibarat makanan yang membuat kita dapat bertahan hidup sebagai manusia. Tanpa membaca kita akan kelaparan, untuk kemudian “mati. Bagaimana membuat masyarakat sadar “gizi” membaca? Ini pertanyaan yang mudah dijawab dengan jejaring ide, tapi luar biasa sulit dijelaskan dengan bukti lapangan. Menyihir masyarakat untuk rakus membaca adalah bukan pekerjaan mudah. Harus ada yang legawa mengabdikan diri untuk merayu dan mengajari masyarakat membaca, huruf demi huruf, untuk kemudian bersama-sama merayakan ritual baca yang riuh setiap hari, setiap saat, di setiap ruang.

Mahasiswa, apa yang terbersit dalam benak pikirannya, ketika melihat masyarakat melongok dan jumud karena kekurangan gizi bacaan? Sekiranya mahasiswa adalah agent of social change, maka mahasiswa punya kepentingan untuk menyeret masyarakat ke ruang aksara, untuk membangun masyarakat belajar. Mahasiswa adalah orang yang kali pertama harus menjawab ketika persoalan budaya baca masyarakat dipetik kedalam sebuah pertanyaan; “Bagaimana membangun masyarakat belajar”?

Berikut catatan bincangan hangat reporter Paradigma Femi Noviyanti bersama Syaiful Mustaqim, alumni mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, pendiri Taman Baca “Praja Muda” yang seribu bukunya tertata rapih di sebuah gubuk bambu di desa Margoyoso, kecamatan Kalinyamatan, kabupaten Jepara.

Mendirikan taman baca “Praja Muda”, ceritanya bagaimana?
Awal mulanya, taman baca digagas oleh Asyari Muhammad (ketua Karang Taruna). Ia ingin di desa Margoyoso terdapat ruang baca yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Bukan hanya untuk penduduk Margoyoso saja tetapi masyarakat umum. Singkat cerita, keinginannya untuk mendirikan taman baca di kediamannya sendiri disambut positif oleh semua pihak. Dan tidak jadi dirumahnya, melainkan di depan rumah anggota karang taruna. Akhirnya bagi anggota karang taruna yang memiliki koleksi buku pribadi didermakan sebagian untuk untuk koleksi taman baca. Harapannya lambat laun koleksi semakin meningkat. Sejak 2009 hingga 2011 sudah mengalami dua kali pindah tempat. Tetapi bangunannya tetap sama dari bambu dan beratap esbes.

“Mimpi” mendirikan taman baca ini, apa?
Tujuan yang pertama, tentu mengajak masyarakat gemar membaca. Mengajak membaca tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi tempatnya di desa yang sangat dekat dengan pusat keramaian. Sehingga, keberadaan taman baca harus bisa bersaing dengan kemajuan teknologi yang maha dahsyat. Caranya, taman baca letaknya tidak di ruangan tertutup melainkan ruangan yang terbuka. Siapa saja yang ingin mendatanginya tidak akan ada rasa sungkan atau pakewuh. Pada poin ini, kehadiran mereka menuju ruang baca setidaknya akan mendorong masyarakat semakin gemar untuk membaca.

Kedua, pusat kegiatan, pendidikan dan pelatihan. Perpustakaan umum di daerah, sekolah maupun kampus biasanya hanya menjadi menjadi ritual baca buku di tempat dan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku) saja. Untuk menjadikannya pusat kegiatan, pendidikan dan pelatihan baru dilaksanakan oleh pengelola taman baca. Padahal melalui aktivitas tersebut juga bagian dari mengajak masyarakat untuk gemar membaca.

Boleh cerita sedikit, jatuh-bangun waktu mendirikan taman baca ini?
Mendirikan taman baca tidak terlepas dari berdirinya sebuah bangunan fisik. Bangunan fisik butuh pendanaan yang sangat besar. Untuk mewujudkannya dengan meminta bantuan kepada pemerintah desa meski dananya tidak seberapa. Jika pendaan itu dijadikan untuk bangunan fisik sangatlah kurang. Untuk itu, biarkan pemerintah memberikan bantuan seberapa jumlahnya kita terima dengan ikhlas. Yang penting pembangunan fisik harus diselesaikan dengan patungan sesama anggota yang ingin berbagi. Sedangkan untuk masalah buku, kita gencar menyuarakan sedekah buku. Selain sudah mendapatkan bantuan buku dari perpustakaan daerah dan perpustakaan provinsi Jawa Tengah setiap ketemu teman meminta bantuan berupa buku seikhlasnya.

Tanggapan masyarakat kali pertama berdiri, bagaimana?
Masyarakat kami memang butuh dengan taman baca. Artinya ruang baca yang gratis. Mereka datang tidak hanya dari masyarakat desa Margoyoso, kecamatan lain pun juga datang untuk mengunjunginya. Karena, boleh dibilang di kecamatan Kalinyamatan merupakan satu-satunya taman baca yang bisa dijangkau oleh masyarakat secara luas. Sebab untuk menjangkau perpustakaan daerah harus ditempuh 20-30 menit.

Buat taman baca kan butuh dana, dari mana saja?
Sementara pendanaan berasal dari Anggaran Dana Desa (ADD) itu saja. Selebihnya, kami belum mendapatkannya. Disdikpora kabupaten sebenarnya ada kucuran dana untuk penyelenggaraan taman baca. Karena untuk mengurusnya ribet kami belum mengurusnya. Karena terkait kendala akte notaris dan tetek bengek yang lain.

Prestasi taman baca “Praja Muda” di kalinyamatan Jepara sekarang?
Hingga 2011 sudah terdapat 100 anggota dari berbagai kalangan (pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum), koleksi buku kurang lebih 1000 buku, untuk prestasi juara I Lomba Perpustakaan Desa tingkat Kabupetan Jepara tahun 2010.

Bagaimana proses pengelolaan taman baca yang baik dan berkelanjutan, punya masa depan?
Dikelola secara bersama-sama. Ada struktur kepengurusan, daftar jaga, kartu anggota, buku daftar hadir, buku peminjaman, buku inventaris dan lain sebagainya. Itu dulu yang kami harapkan pada awal mula berdirinya. Karena terkendala kesibukan masing-masing pengurus akhirnya saat ini kami percaya saja kepada masyarakat. Jika tidak ada penjaganya maka pengunjung baca di tempat. Kalau ingin meminjam maka harus terlebih dahulu menghubungi pengelola yang rumahnya di depan taman baca persis.

Sampean dan teman-teman satu perjuangan mendampingi taman baca dengan “jurus” apa?
Kami hanya meramaikan taman baca dengan berbagai kegiatan. Selain itu, konsep taman baca outdoor (luar ruangan). Resikonya memang ada beberapa buku yang hilang. Tetapi itu memang menjadi strategi kami agar selalu dikunjungi masyarakat dalam setiap waktu.

Masalah pendampingan yang masih bisa kami dampingi adalah anak-anak yang ingin belajar menggambar, mewarnai, menulis.

Kegiatan apa saja yang diselenggarakan ditaman baca ini?
- Lomba untuk: anak menggambar, mewarnai, mengkliping dan masih banyak lagi.
- Pentas baca puisi, Musik dan teater.
- Pemutaran film.
- Diskusi.
- Sedekah buku
- Partisipasi dalam pameran buku.
- Pelatihan jurnalistik dan masih banyak lagi

Setelah taman baca “Praja Muda” berdiri, apa yang terjadi dengan masyarakat?
Masyarakat semakin dekat dengan budaya membaca. Apalagi taman baca mulai 2010 kemarin sudah dilengkapi dengan koran dinding. Sehingga, tiada hari tanpa membaca.

Budaya membaca itu penting ditanamkan di tengah masyarakat, sejauh apa sumbangan taman baca untuk kondisi ideal itu?
Taman baca sebenarnya belum memberikan sumbangsih nyata kepada masyarakat. Tetapi kami hanya memberikan ruang baca gratis yang tentu bagian dari membangkitkan minat baca masyarakat secara luas. Itu saja.

Mengajak masyarakat membaca kan tidak mudah, boleh bagi-bagi tipsnya?
Dirikan ruang baca dengan fasilitas buku yang memadai. Lambat laun mereka setelah sering datang, mereka akan sedikit demi sedikit gemar membaca.

Bagaimana mengajari masyarakat membaca dengan baik?
Setiap kampung di pelosok manapun harus ada yang namanya taman baca. Jika sudah demikian, tanpa perlu pendekatan dan strategi tentu mereka akan menjadi pembaca yang baik.

Masyarakat belajar (learning society) yang itu yang bagaimana, sesuai pengalaman anda?
Masyarakat yang mau membaca. Membaca apa saja. Bukan hanya membaca bacaan saja melainkan juga membaca situasi yang ada.

Apa yang harus dilakukan mahasiswa, untuk membangun masyarakat belajar?
Sebagai agent social of change mahasiswa kudu mau membaca, diskusi maupun menulis. (*)


Dipublikasikan : Paradigma, Edisi 19/ Juli 2011
Previous
Next Post »

4 komentar

Click here for komentar
namakuayu
admin
15 Agustus 2011 pukul 01.08 ×

alamat dan kontaknya kemana yah kalau mau kirim buku? terimakasih

Reply
avatar
admin
admin
15 Agustus 2011 pukul 22.13 ×

@namakuayu:
Syaiful Mustaqim.
d/a. Jl.Kauman II No.54 Margoyoso RT.02 RW.03 Kalinyamatan Jepara 59467. Telepon: 085640033625

Reply
avatar
kakdidik13
admin
1 Desember 2012 pukul 20.53 ×

TBM Rintisanku membutuhkan donatur buku, semoga dapat donatur buku yang bisa membantu.... selengkapnya di :http://kakdidikpurwosari.blogspot.com/2012/11/layanan-baca-tbm-sinom-tbm-rintisanku.html

Reply
avatar
admin
admin
2 Desember 2012 pukul 19.04 ×

makasih dah mampir di blogku. semoga TBMnya semakin berkembang. Amin

Reply
avatar