Ramadan di kampus tentu berbeda dengan keadaannya di sekolah maupun pesantren. Pada umumnya di sekolah, awal hingga akhir bulan puasa biasanya di isi dengan kegiatan Ramadan seperti tadarus alqur’an, kajian kitab salaf, hingga diakhiri dengan takjil zakat fitrah yang bertujuan untuk melatih peserta didik peka dengan kondisi sosial.
Begitu pula dengan pondok pesantren, saben Ramadan tiba hampir bisa dipastikan diadakannya ngaji pasanan. Mengkhatamkan beberapa kitab salaf dengan waktu setengah bulan hingga dua puluh hari.
Dua lembaga pendidikan itu, meski memiliki tradisi Ramadan yang berbeda tetapi sama-sama berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi kondisi yang demikian tidak terjadi di kampus. Lembaga yang di klaim menjadi sarang intelektual boleh dibilang malah sepi dari kegiatan-kegiatan yang kerap dilakukan di pesantren maupun sekolah.
Jika ada paling buka bersama yang dilakukan oleh beberapa kegiatan ekstra kampus maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Itu pun belum bisa merata. Parahnya lagi bagi sebagian mahasiswa tidak menunaikan puasa itu sudah menjadi hal yang biasa.
Nah, nuansa Ramadan di kampus perlu dihidupkan agar tercipta iklim religiositas. Sehingga, kampus bukan hanya mencetak kader-kader intelektual melainkan juga perlu diimbangi dengan iklim keagamaan apalagi bersamaan dengan Ramadan.
Menghidupkan
Ihya (menghidupkan) Ramadan perlu ditempuh dengan beberapa cara. Proaktif dari lembaga kemahasiswaan intra dan ektra kampus. Mahasiswa sebagai pemilik strata tertinggi tentu jarang diawasi oleh dosen. Keberadaan dosen hanya sebagai penyampai transfer of knowledge an-sich selebihnya berada di tangan mahasiswa. Makanya, sebagai presiden lembaga kemahasiswaan maupun ketua UKM selama sebulan menjadwalkan kegiatan keagaamaan.
Kegiatan itu diperuntukkan para anggota secara keseluruhan, tanpa terkecuali. Jika pimpinan mengajak kepada kebaikan tentu anak buah akan mengikuti dengan senang hati. Begitu pula dengan pimpinan kampus tidak boleh tinggal diam membiarkan mahasiswanya. Yakni mengontrol kegiatan Ramadan yang diselenggarakan oleh para mahasiswanya.
Yang terpenting, mahasiswa kudu sadar dengan dirinya sendiri. Mengejar target akademik itu penting apalagi mengejar Ridho Illahi juga tidak kalah penting. Sehingga, dua target bias dicapai secara bersama-sama. Semoga! (sm)
ConversionConversion EmoticonEmoticon