Strategi Perekrutan Peserta Didik Baru


Setelah sekolah disibukkan dengan hajat nasional tahunan, UN 2011 dan kini telah rampung, lembaga pendidikan terkait tidak usai sampai disitu. Pasca UN sekolah mesti menyiapkan prosesi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). 

Bagi sekolah berlabel favorit, meski dengan biaya melangit tentu tidak akan susah-payah merekrut calon peserta didik. Boleh dikata sekolah yang konon bagi kalangan berduit itu bisa-bisa menerima sesuai kuota yang ada. Sebelihnya mesti memilih sekolah lain. 

Lantas bagaimana dengan eksistensi sekolah biasa dan pinggiran yang notabene belum dilirik para orang tua maupun siswa meski bugdet yang ditawarkan layak untuk kawula alit. 

Pada titik ini, pihak pengelola jauh-jauh hari mesti mempersiapkan strategi agar bangku-bangku kosong yang telah ditinggalkan para siswa yang lulus bisa terisi kembali. Jika tidak diantisipasi sedini mungkin boleh jadi PPDB 2011 bakal mengalami penyusutan siswa. 

Strategi

Berbicara strategi, bagi sekolah yang belum menjadi rujukan utama perlu tirakat dan ikhtiar. Kesungguhan dan usaha tersebut bisa ditempuh dengan jalur publikasi. Publikasi yang saya maksud dengan leaflet, brosur maupun spanduk. Jika memungkinkan, menggandeng sponsor jika sekolah terbebani problem pendanaan. 

Bisa juga kerjasama radio amatir yang menawarkan iklan dengan harga murah meriah. Melalui staf humas rajin berkomunikasi dan membuat rilis kegiatan sekolah untuk wartawan media. Maupun dengan penerbitan sekolah berupa buletin maupun majalah yang salah satu perannya sebagai media promosi kepada khalayak. 

Sementara untuk jangka panjang, sekolah mengajak lembaga dibawahnya dengan memberikan bimbingan belajar secara kontinyu (terus menerus) dan gratis. Misal dengan bimbel bahasa, seni maupun life skill (kecakapan hidup) yang lain. Kehadiran siswa dari berbagai sekolah, lamban laun akan memikat mereka. Sehingga ada kemungkinan besar mereka akan mendaftar menjadi siswa baru. 

Selain itu, even tahunan berupa peringatan HUT sekolah, bhakti sosial dan masih banyak lagi. Yang terpenting eksistensi sekolah dalam penguatan bidang akademik maupun non akademik mesti diperhatikan baik segi kelulusan UN setiap tahunnya maupun keikutsertaan dalam berbagai even kegiatan serta perlombaan. Dengan begitu, kondisi sekolah pinggiran masih tetap eksis meski berhadapan dengan susahnya merekrut peserta didik baru. Begitu juga tetap survive dan tidak lantas gulung tikar. (sm)
Previous
Next Post »