www.atmago.com |
Uang lima puluh ribu yang akan dipakai Ummi untuk iuran majelis taklim siang nanti, ternyata hilang. Padahal semalam duit puluhan itu sudah ditaruhnya dibawah pakaian. Ummi pun mulai curiga kepada kedua anaknya, Amir dan Amar. Dalam benak Ummi terpikir, “siapa lagi yang mengambil kalau bukan mereka?”
Pukul 12.00, Amir dan Amir pulang sekolah. “Assalamu'alaikum.” Segera Ummi membukakan pintu. Seperti biasa, mereka mencium tangan ibundanya tercinta kemudian meletakkan sepatu, tas serta ganti pakaian.
Siang itu, ada yang berbeda dari raut muka Ummi. Apalagi uang untuk urusan pengajian raib. Meski begitu beliau tidak lantas menuduh mereka sembarangan. Walaupun dalam hatinya terselip prasangka buruk tetapi penyelesaiannya masih ditempuh dengan jalan yang baik.
“Ayo nak saatnya makan siang.” Perintah Ibunya.
“Iya Ummi,” jawab mereka serentak.
Satu persatu mereka keluar dari kamar. Sementara Ummi sudah bersiap diri di meja makan. “Ini Ummi siapkan sup udang kesukaan kalian. Makan yang banyak ya nak!” seru Ibunya. “Siap Ummi!”
Selepas makan, Ummi meminta mereka tidur. “Ummi mau berangkat majlis taklim nak. Kalian saatnya beristiharat,” pinta Ibunya.
Sebelum berangkat Ummi mengetes kejujuran mereka. “Ayo kalian mengaku saja siapa yang merasa mengambil uang Ummi di bawah baju,” tuduh Ummi.
“Aaa...aku tidak tahu Ummi,” aku Amir, anak pertama dengan nada gelagapan.
Si Amar pun mengatakan hal serupa, tidak tahu-menahu mengetahui tentang uang tersebut. “Daripada nanti ketahuan lebih baik yang merasa mengambil mengaku aja nak!” Ummi semakin menuduh. “Kami memang tidak tahu Ummi.”
Karena belum ada yang mengaku, tes kejujuran masih dilanjutkan Ummi. “Amir tolong ambilkan kerudung Ummi di kamar nak!” Dengan sigap kakak Amar langsung ke kamar. Beberapa detik kemudian si Amir membawakan kerudung Ummi berwarna hijau tua.
Dari muka Amir tidak menampakkan wajah kecurigaan. Lantas Ibu menyuruh adiknya. “Mar tolong ambilkan sandal Ummi di bawah almari,” pinta beliau. “Iya Ummi,” jawabnya.
Pada saat Amar mengambil sandal Ummi, ia kaget. Ternyata uang lima puluh ribu yang dicari Ibundanya terselip dibawah almari. Amar segera menemui Ummi, memberikan sandal kepada beliau dan menjelaskan uang tersebut.
“Uang yang Ummi cari tadi terselip dibawah almari. Barangkali semalam saat merapikan pakaian uang itu terjatuh,” jelasnya.
Setelah uang yang dicari Ummi ketemu, akhirnya beliau meminta maaf. “Nak maafin Ummi ya! Ummi terlalu berprasangka buruk kepada kalian. Kalian adalah anak Ibu yang jujur.” Ibu pun mencium kening Amir dan Amar dan berpamitan pergi ke majlis taklim. Mereka pun menuju kamar untuk beristirahat. (sm)
Pukul 12.00, Amir dan Amir pulang sekolah. “Assalamu'alaikum.” Segera Ummi membukakan pintu. Seperti biasa, mereka mencium tangan ibundanya tercinta kemudian meletakkan sepatu, tas serta ganti pakaian.
Siang itu, ada yang berbeda dari raut muka Ummi. Apalagi uang untuk urusan pengajian raib. Meski begitu beliau tidak lantas menuduh mereka sembarangan. Walaupun dalam hatinya terselip prasangka buruk tetapi penyelesaiannya masih ditempuh dengan jalan yang baik.
“Ayo nak saatnya makan siang.” Perintah Ibunya.
“Iya Ummi,” jawab mereka serentak.
Satu persatu mereka keluar dari kamar. Sementara Ummi sudah bersiap diri di meja makan. “Ini Ummi siapkan sup udang kesukaan kalian. Makan yang banyak ya nak!” seru Ibunya. “Siap Ummi!”
Selepas makan, Ummi meminta mereka tidur. “Ummi mau berangkat majlis taklim nak. Kalian saatnya beristiharat,” pinta Ibunya.
Sebelum berangkat Ummi mengetes kejujuran mereka. “Ayo kalian mengaku saja siapa yang merasa mengambil uang Ummi di bawah baju,” tuduh Ummi.
“Aaa...aku tidak tahu Ummi,” aku Amir, anak pertama dengan nada gelagapan.
Si Amar pun mengatakan hal serupa, tidak tahu-menahu mengetahui tentang uang tersebut. “Daripada nanti ketahuan lebih baik yang merasa mengambil mengaku aja nak!” Ummi semakin menuduh. “Kami memang tidak tahu Ummi.”
Karena belum ada yang mengaku, tes kejujuran masih dilanjutkan Ummi. “Amir tolong ambilkan kerudung Ummi di kamar nak!” Dengan sigap kakak Amar langsung ke kamar. Beberapa detik kemudian si Amir membawakan kerudung Ummi berwarna hijau tua.
Dari muka Amir tidak menampakkan wajah kecurigaan. Lantas Ibu menyuruh adiknya. “Mar tolong ambilkan sandal Ummi di bawah almari,” pinta beliau. “Iya Ummi,” jawabnya.
Pada saat Amar mengambil sandal Ummi, ia kaget. Ternyata uang lima puluh ribu yang dicari Ibundanya terselip dibawah almari. Amar segera menemui Ummi, memberikan sandal kepada beliau dan menjelaskan uang tersebut.
“Uang yang Ummi cari tadi terselip dibawah almari. Barangkali semalam saat merapikan pakaian uang itu terjatuh,” jelasnya.
Setelah uang yang dicari Ummi ketemu, akhirnya beliau meminta maaf. “Nak maafin Ummi ya! Ummi terlalu berprasangka buruk kepada kalian. Kalian adalah anak Ibu yang jujur.” Ibu pun mencium kening Amir dan Amar dan berpamitan pergi ke majlis taklim. Mereka pun menuju kamar untuk beristirahat. (sm)
ConversionConversion EmoticonEmoticon