Mengonsep “Sedekah Buku”

Ilustrasi : sedekahbuku.id
Ada sisi menarik dari Pesta Buku Murah “Lomban Buku untuk Masyarakat Jepara 2010”, 05-11 Oktober yang diselenggarakan Buka Buku Production, Kantor Perpustakaan Daerah dan Pemerintah Daerah Jepara di Gedung Wanita RA Kartini, Jl. HOS Cokroaminoto.

Laiknya pameran buku, berjajar stand penerbit buku lokal dan nasional memadati lokasi bazar. Tak ketinggalan beberapa agenda pendukung semacam Talkshow, bedah buku, aneka perlombaan untuk pelajar-umum, festival, maupun pertunjukan kesenian menjadi bumbu penyedap sebuah pameran.

Sisi menarik yang penulis maksud adalah “kotak amal buku” yang terletak depan pintu masuk sebelah kiri. Sepekan selama pameran, pengunjung bebas menyumbangkan buku. Hasilnya akan dihibahkan seluruhnya untuk Perpustakaan Daerah kabupaten Jepara. Sebelumnya, kami pernah menyelanggarakan hal serupa di taman baca yang saya kelola bersama kawan-kawan.

Acara yang diselenggarakan pada Ramadan 1431 H lalu, kami rangkai dengan agenda Ngabuburit. Layaknya event ngabuburit yang kerap dilaksanakan di banyak kota dimeriahkan dengan pagelaran band-band beraroma religi. Pada kesempatan itu, selain pengunjung kami suguhi band-band dengan alunan tembang religi mereka yang datang sebelumnya dikabari untuk menyumbangkan buku-bukunya. 

Alhasil, meski kegiatan hanya dilaksanakan untuk menanti datangnya magrib tetapi “sedekah buku” dari masyarakat memperoleh lima puluhan buku. Buku-buku yang kami dapat untuk menambah koleksi taman baca. Dengan demikian, jika sehari saja sudah mendapatkan puluhan buku boleh jadi selama sepekan ratusan buku barangkali hingga ribuan akan didapatkan.

Sedekah Buku
Agenda sedekah buku merupakan upaya yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan maupun taman baca untuk menambah kuantitas koleksi buku yang dimiliki. Sebab, jika memohon kepada perpustakaan daerah, wilayah, nasional maupun penerbit harus menanti dengan waktu lama. Selain itu mesti menyodorkan proposal terlebih dahulu. Hasilnya pun terkadang bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan.

Sedekah buku merupakan alternatif untuk mendapatkan bantuan buku. Setiap event dalam bentuk apapun bisa disisipi dengan sedekah buku. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk mengundang massa; pentas musik, teater, perlombaan, pelatihan, talkshow dan workshop mesti disisipi dengan sedekah buku. Bentuknya, peserta atau pengunjung yang akan berpartisipasi dalam kegiatan diwajibkan untuk menghibahkan minimal 1 buku.

Sedekah buku juga bisa ditempuh dengan menulis surat pembaca di koran harian. Apalagi koran yang terbit harian terdapat rubrik tersebut. Meski sesungguhnya konten dalam surat pembaca biasanya berupa gagasan maupun kritik dan keluhan terhadap layanan publik tetapi sama sekali tidak menutup kemungkinan epistoholik (penulis surat pembaca) menuliskan permohonan sedekah buku.

Selain itu, lewat jejaring social facebook. Fasilitas “grup” yang dimiliki FB bisa dimanfaatkan untuk sedekah buku. Kirimkan pesan untuk semua anggota grup. Ratusan bahkan ribuan anggota grup yang membaca pesan dari kita barangkali ada yang merelakan bukunya untuk disedekahkan. Melalui jalur ponsel pun bisa dilakukan. Pengelola perpustakaan maupun taman baca yang memiliki ratusan teman di phone-book dikabari tentang permohonan sedekah buku. Tiga cara itu, barangkali merupakan trik yang bisa dilakukan untuk keberhasilan sedekah buku.

Agenda sedekah buku merupakan laku simbiosis mutualisme. Bagi pihak pengelola akan diuntungkan dengan makin banyaknya tambahan refererensi. Intensitas sedekah buku yang menjadikan pengunjung dari sebuah ruang baca tidak mengalami titik kejenuhan. Sebab, banyak buku baru yang memadati lemari perpus.

Sementara bagi yang menghibahkan bukunya, merupakan wujud manifestasi wahyu Illahi yang disemaikan kepada Muhammad SAW yakni perintah iqra (membaca). Selain membaca ayat-ayat Illahiyah juga diperintahkan membaca ayat kauniyah. Salah satunya membaca buku. Orang dermawan hendaknya menghibahkan buku. Sementara, masyarakat melaksanakan laku membaca.

Oleh karenanya, sedekah buku penting dilakukan dalam rangka memasyarakatkan budaya membaca di masyarakat. Pihak-pihak semisal perpustakaan daerah, provinsi, nasional maupun penerbit mesti merubah haluan.

Jika sebelumnya pengelola sebuah perpustakaan dan taman baca harus ribet mengajukan proposal permohonan. Permohonan pun tak lantas direspon akan tetapi mesti menunggu dengan waktu yang lama kini giliran mereka yang mesti hunting ruang-ruang baca yang dicetuskan oleh orang-orang kreatif dan memberikan bantuan buku sebanyak-banyaknya. (sm)
Previous
Next Post »