Pameran Buku dan Buku Gratis

Ilustrasi (wartakota.tribunnews.com)
Minggu malam (01/8) lalu, saya bersama seorang teman mengunjungi pameran buku gelaran IPNU-IPPNU Cabang Jepara di gedung NU, Jalan Pemuda No.51 Jepara. Kehadiran saya di Pameran Buku bertajuk “Ramadhan Book Fair” itu adalah atas undangan seorang teman melalui pesan singkat yang dikirim lewat ponsel pribadi beberapa waktu lalu.

Saya heran ketika sampai di tempat pameran. Sebab, pameran yang dilaksanakan mulai Sabtu-Minggu (28/07-05/08) itu sepi pengunjung. Sepi bukan lantaran letaknya. Apalagi gedung NU berlantai tiga itu berada di pusat perkotaan--dekat dengan kantor pemerintahan, lembaga pendidikan, pusat kuliner maupun lokasi wisata kabupaten Jepara.

Untuk perkara promosi jangan dipertanyakan. Erlisa FM, radio resmi milik warga Nahdliyyin kota ukir itu getol menyiarkan agenda IPNU-IPPNU, badan otonom NU hingga ke pelosok desa. Sejumlah media cetak maupun online juga telah merilis kegiatan yang dilaksanakan selama sembilan hari tersebut.

Tetapi, wawancara sejenak dengan rekan M Muftil Umam, ketua IPNU Cabang Jepara baru-baru ini memunculkan sejumlah tanya kemudian melahirkan imaji kreatif dalam otak saya. Pasalnya, pameran buku yang digelar sepekan lebih itu hanya dihiasi dengan Lomba Melukis-Mewarnai Anak, Lomba Baca Puisi Pelajar serta Pemutaran Film. Logikanya, jika kedua jenis lomba itu bisa ditempuh dalam dua hari maka hari-hari yang lain akan dinaungi dengan kesunyian.

Sehingga minimnya acara pendukung bermuara pada kehampaan yang terjadi pada pameran buku yang diselenggarakan IPNU-IPPNU Cabang Jepara. Idealnya, dalam pameran buku yang ditempuh dalam waktu sepekan maupun lebih biasanya diisi dengan kegiatan yang terkait. Semisal; bedah buku, lomba penulisan, lomba mendongeng, festival musik, pertunjukan teater dan lain-lain. Artinya, buku mesti dikawinkan dengan agenda yang mengundang massa. Sehingga, massa yang datang setidaknya mau menjamah buku yang ada didekatnya. Setelah tertarik lalu membelinya.

Buku merupakan hasil daya cipta, rasa dan karsa manusia. Buku adalah benda mati. Diinjak-injak, dibakar, dibaca, didiskusikan serta dikritik buku tetap diam saja. Nasib baik dan buruk buku ada pada manusia disekelilingnya.

Buku Gratis
Perjalanan edukatif saya mengunjungi sejumlah pameran buku di Jepara, Kudus, Semarang dan sekitarnya belum pernah menemukan stand buku gratis. Stand tanpa harga buku yang disedikan untuk pengunjung dan diberikan secara cuma-cuma. Pengunjung bebas memilih satu buku kemudian mengisi kuisioner dari panitia penyelenggara. Dari itu, penyelenggara bisa mengetahui minat baca daerah setempat mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.

Pameran buku yang dilaksanakan di Jepara baru-baru ini; Pameran Pendidikan dan Pesta Buku 2010 serta Pesta Buku Murah 2010 juga belum dijumpai stand buku gratis. Padahal hunting buku bukanlah perkara susah. Banyaknya penerbit legal maupun indie di negeri ini semestinya menjadi momentum untuk mengakses buku-buku yang belum laku dipasaran. Buku-buku itu harus didistribusikan kepada pembaca. Salah satunya melalui pameran buku.

Imaji kreatif ini muncul tatkala saya masih menempuh studi di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. Beberapa kali penulis menghadiri seminar yang disponsori pihak asing, satuan buku tebal terbitan asing diberikan secara cuma-cuma kepada peserta. Penulis mendapatkan buku gratis tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali.

Menambah satu stand pameran dengan buku gratis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan budaya baca. Karena, pengunjung memilih buku gratis itu sesuai dengan hati nuraninya. Jika hari ini mereka belum sempat menjamah lalu membacanya, esok atau esoknya lagi mereka pasti mau membacanya. Melalui metode itu niscaya peningkatan budaya baca di kota Jepara akan mengalami perkembangan yang signifikan. Hal itu mesti didukung dengan eksistensi ruang baca, perpustakaan desa maupun taman baca yang harus merambah hingga ke pelosok pedesaan.

Pameran buku dan buku gratis tentu bermuara pada satu titik yakni peningkatan budaya membaca. Adanya stand buku gratis dalam sebuah pameran sama sekali tidak akan mengurangi daya jual stand buku yang lain. Melainkan merupakan sarana mengundang massa. Dan massa itu nantinya akan memadati stand-stand buku yang lain.

Meniru orang Barat dalam memberikan buku gratis kepada penduduk negeri ini semestinya patut kita tauladani. Untuk itu, kepada penyelenggara pameran buku, perpustakaan daerah, pengelola perpustakaan desa maupun taman baca pemberian buku secara gratis harus diagendakan secara kontiunitas. (Syaiful Mustaqim)
Previous
Next Post »