Mandulnya Aktivitas Orda

Oleh Syaiful Mustaqim

ORGANISASI DAERAH
(orda) merupakan wadah berkumpulnya mahasiswa yang berasal dari satu daerah. Visi-misinya tentu sebagai ajang silaturahmi dan edukasi dalam membangun daya intelektual. Selain itu, keberadaannya sebagai agen controlling (pengawas) terhadap kebijakan pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota. Beberapa sumber yang penulis temukan, penyebutan organisasi daerah beragam, ada yang menyebutnya Organisasi Mahasiswa dari Daerah (Organda) begitu pula ada yang menamakannya dengan Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada).

Terkait penyebutan istilah penulis tidak terlalu memperkarakannya yang terpenting spirit (semangat) yang diemban orda yakni berpartisipasi membangun daerah. Apalagi kebijakan otonomi daerah yang telah diberlakukan beberapa tahun lalu memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan masyarakat lokal. Khalayak yang memiliki daya intelektual dalam hal ini mahasiswa juga memiliki peran penting dalam mengaktualisasikan kearifan lokal. Sebab, implementasi otonomi daerah tidak hanya transfer of power dari pusat ke daerah namun juga memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat (civil society) untuk berperan aktif.

Di kota Semarang misalnya, penulis bisa menyebutkan beberapa nama Orda diantaranya Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS), Keluarga Mahasiswa Rembang Semarang (Kamaresa), Keluarga Mahasiswa Kudus Semarang (KMKS), Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT), Keluarga Mahasiswa Batang Semarang (KMBS), Ikatan Mahasiswa Kendal (Imaken), Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB), Himpunan Mahasiswa Jawa Barat (HMJB) dan sebagainya.

Mandulnya Kegiatan
Laiknya intra kampus semisal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan pelbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang meliputi musik, teater, olahraga, jurnalistik, ekonomi dan lain sebagainya begitupula dengan ekstra kampus sebagai contoh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tentunya memiliki beragam kegiatan, di orda pun demikian.

Menurut hemat penulis, beberapa aktivitas yang kerap dilaksanakan yakni masa pengakraban, bhakti sosial, berbagai workshop dan seminar (jurnalistik, kewirausahaan, kepemimpinan), perekonomian dan lain sebagainya. Akan tetapi saya menilai bahwa kegiatan-kegiatan yang ada di orda mengalami kemandulan. Tentu hal itu ditengarahi oleh beberapa sebab pertama, minimnya militansi, totalitas dan loyalitas. Dalam artian banyak anggota yang mengikuti banyak kegiatan diluar sehingga melupakan orda. Hal itu yang menyebabkan totalitas dalam berorganisasi makin berkurang sehingga, diperlukan loyalitas yang bisa diaktualisasikan dalam bentuk kesadaran. Artinya, sebuah kesadaran yang bermuara untuk membangun daerah.

Kedua, jauhnya akses daerah. Sebenarnya akses menuju daerah tidak bisa dijadikan kambing hitam akan tetapi hal itu menjadi salah satu penyebab yang menjadikan aktivitas orda mengalami stagnasi. Imbasnya, kegiatan yang diperuntukkan untuk daerah tempat tinggal paling banter satu hingga dua kegiatan saja. Selebihnya kegiatan-kegiatan difokuskan di wilayah kampus.

Ketiga, minimnya funding (pendanaan). Dana menjadi kebutuhan yang penting atas berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan. Sebuah kegiatan akan berhasil manakala didukung dengan pendanaan yang memadai. Selain itu tercapainya tujuan sebuah kegiatan yang diharapkan. Hal itu berbeda dengan intra kampus, pendanaan disokong sepenuhnya oleh universitas yang bersangkutan.

Oleh karenanya, sebuah orda biar tidak dikatakan mandul perlu adanya kemandirian. Kemandirian bisa ditempuh dengan kegiatan yang bernuansa ekonomi produktif semisal: pendirian koperasi, showroom kerajinan daerah, counter, warung internet, warung makan dan lain sebagainya. Begitu pula, dengan memaksimalkan jaringan. Artinya, memaksimalkan potensi akademisi, pengusaha dan pemerintah daerah yang ikut urun-rembug dalam hal intelektual maupun lancarnya pendanaan.

Nguri-nguri organisasi daerah tentu berbeda dengan aktif di intra kampus sebab membutuhkan kerja ekstra keras. Akan tetapi jika istiqamah melakukannya eksesnya merupakan salah satu penopang kemajuan daerah. Dipundak merekalah nantinya tampuk kepempimpinan daerah akan diemban sehingga membawa citra positif mahasiswa sebagai agent social of change (agen perubahan) bukan generasi yang enggan berbuat untuk daerahnya. Kemandulan organisasi daerah tentunya bisa diminimalisasi. Hal itu memerlukan generasi yang tangguh, profesional dan bertanggungjawab yang benar-benar peduli dengan daerah.
Previous
Next Post »

ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng