
DALAM kurikulum terbaru yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu aspek penilaiannya adalah menulis. Keahlian menulis dapat menjadikan siswa memahami dan mempraktikkan secara langsung teori-teori menulis sehingga kehadiran ekstrakulikuler Jurnalistik setidaknya membantu siswa dalam memahami pelajaran bahasa (Indonesia, Inggris, Jawa, Arab, dan lain-lain).
Ekskul Jurnalistik sekolah di Jepara masih jarang ditemukan. Pasalnya, keberadaan ekskul di berbagai sekolah masih menjadi kepentingan birokrasi almamater dan belum mementingkan siswa. Hal ini berakibat siswa yang aktif di ekskul masih sebatas menggugurkan kewajiban yang dibuktikan dengan kehadiran. Mestinya lebih dari itu, ekskul merupakan upaya untuk menyalurkan bakat dan minat.
Semestinya, kegiatan ekstra di sekolah mampu memberikan life skill (kemampuan hidup). Apalagi tidak semua lulusan sekolah belum tentu meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka, dengan skill yang dimilikinya itu diharapkan menjadi bekal hidup. Sehingga eskul jurnalistik merupakan salah satu diantara kegiatan ekstra yang dapat menyalurkan bakat dan minat siswa.
Di kota Kudus, Pati, dan Semarang misalnya keberadaan ekskul jurnalistik plus penerbitannya sudah banyak bermunculan. Sehingga, Gradasi: majalah sekolah milik SMK N 11 Semarang pernah menyabet juara I lomba penerbitan majalah sekolah se-Jawa Tengah yang diselenggarakan Univeritas Negeri Semarang (UNNES).
Gradasi memang lain daripada yang lain. Majalah bulanan ini sudah memberanikan diri lepas dari pendanaan sekolah. Artinya mencari funding dari luar. Selain itu kontributor tulisan diberikan honor dan majalah ini juga bisa ditemukan di toko-toko buku. Majalah Suara HA pun demikian. Majalah MTs. Hasyim Asy’ari Bangsri, Jepara ini pernah memenangi lomba penerbitan madrasah se-Jawa Tengah yang diadakan oleh Departemen Agama Provinsi. Kini, kedua majalah tersebut eksis hingga sekarang.
Setidaknya Gradasi dan Suara HA layak jika dijadikan tauladan seluruh sekolah yang ada di Jepara sebab dengan majalah sekolah almamater akan dikenal di publik luas baik di tingkatan kabupaten, provinsi maupun nasional.
Menjadikan Ekskul Wajib
Selama ini belum ada sekolah di Jepara yang berani mewajibkan jurnalistik sebagai ekskul wajib. Sebaliknya, sekolah malah mewajibkan ekskul lain seperti: pramuka, komputer atau yang lain daripada jurnalistik. Dengan mewajibkan jurnalistik saya kira ekskul-ekskul lain juga akan dikenal entah di lingkup internal sekolah maupun lingkup yang lebih luas. Setidaknya dengan kehadiran majalah sekolah seluruh kegiatan sekolah akan ter-cover dalam penerbitan tersebut.
Manfaatnya pun juga banyak. Manfaat dari majalah sekolah yakni mulai bidang redaksi, sirkulasi, tata usaha, desain grafis, hingga advertising (periklanan). Bidang redaksi, misalnya, siswa dapat belajar untuk menjadikan sebuah tulisan menarik untuk di baca dan juga dapat belajar menjadi reporter ataupun wartawan.
Sementara, dibidang sirkulasi, siswa bisa belajar memasarkan medianya kepada pembaca sesuai deadline. Bagian tata usaha, siswa dapat memenej surat keluar dan masuk dengan baik. Tak hanya itu, siswa pun dapat mempraktekkan pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Konkritnya aktivis pers sekolah dapat mendesain sebuah media sesuai dengan keinginan yang meliputi proses lay out, pra cetak, cetak dan menjadi sebuah majalah.
Dalam bidang periklanan, siswa dapat mempraktikkan mencari dan mendapatkan iklan dari berbagai sponsor. Setidaknya bisa belajar bernegosiasi dan secara langsung belajar berwirausaha. (Hery Nugroho: 2008: 49)
Yang terpenting, koran harian ini dalam setiap minggunya terdapat rubrik remaja. Meminjam istilah Hery Nugroho banyak siswa yang antusias untuk mengirimkan tulisannya, namun itu tidak terjadi bagi pelajar di Jepara. Pasalnya, masih jarang saya temui penulis pelajar yang berasal dari Jepara. Indikasinya, keberadaan ekskul jurnalistik masih dipandang sebelah mata oleh sekolah yang berakibat pada keinginan mereka untuk bisa menulis, sebab tidak ada yang memberi perhatian apalagi support.
Dari pengalaman saya mendampingi jurnalis pelajar di Jepara nyatanya memang di sekolah tempat mereka menempuh studi belum ada sebuah wadah dalam hal ini ekskul jurnalistik. Bagi saya itu tak menjadi masalah yang terpenting mereka tetap enjoy ketika belajar jurnalistik dengan saya.
Toh nyatanya, meski belum ada dukungan dari pihak sekolah namun tiga dari anak didik saya berhasil memenangi Lomba Penulisan Cerpen SMA se-Jepara. Artinya, sebenarnya banyak bakat terpendam, karena memang belum adanya wadah sehingga jika tidak dimanfaatkan bakat-bakat itu akan muspra begitu saja.
Maka, saya tetap optimis untuk senantiasa mendampingi mereka belajar jurnalistik. Ada secercah harapan semoga nantinya dengan kegigihan mereka akan muncul calon jurnalis muda masa depan.
Jelas, kehadiran ekskul jurnalistik di sekolah mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap siswa. Permasalahan yang muncul, seringkali birokrasi sekolah masih beorientasi pada hasil Ujian Nasional. Akibatnya, kegiatan ekstrakulikuler seringkali terjebak pada sistem yang ada di sekolah. Di saat liburan, semesteran, dan pelaksaanan Ujian kegiatan ekskul juga menjadi korban untuk ikut serta diliburkan.
Semestinya kehadiran jurnalistik merupakan sebuah solusi terhadap problematika yang dihadapi oleh siswa, yakni setelah lulus nantinya siswa bisa memanfaatkan skill yang dimilikinya saat ini.
Nah, sudah saatnya sekolah-sekolah di Jepara segera memutuskan untuk mewajibkan jurnalistik sebagai ekskul wajib. Sehingga, nantinya banyak muncul calon-calon jurnalis muda masa depan dan mereka juga yang aktif untuk menulis di berbagai media. Semoga! (Syaiful Mustaqim)
ConversionConversion EmoticonEmoticon