Saatnya Madrasah Berbenah

Madrasah Raudlatul Ulum Guyangan Pati. (Dok. nu.or.id)

TAHUN ajaran baru 2008/2009 akan segera datang, tepatnya dimulai pertengahan Juli mendatang. Madrasah, sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan yang didalamnya mencakup Madrasah Ibtidaiyah (Setara SD), Tsanawiyah (SMP) dan Aliyah (SMA) semestinya perlu berbenah. Melakukan pembenahan, agar nantinya “citra madrasah” tidak lagi menjadi tujuan sekolah nomor kedua atau nomor kesekian.

Selain itu, berbenah sesuai yang penulis jumpai di jalan-jalan protokol bukan hanya memasang spanduk dengan memberikan uang gedung yang murah meriah sekaligus beasiswa bagi peserta didik baru ataupun sekadar memasang leaflet di tembok-tembok sekolah dan tempat strategis guna memikat calon siswa baru.

Lebih dari itu, proses pembenahan madrasah barangkali tidak perlu dilakukan pada saat menjelang datangnya tahun ajaran baru melainkan sudah sejak lama. Bukankah, sekolah negeri malah jarang sekali melakukan hal tersebut? Toh, nyatanya mereka tidak kekurangan jumlah peserta didik.

Sebaliknya, meski telah berusaha sekuat tenaga, jumlah siswa yang ingin masuk ke madrasah, kuantitasnya pun semakin menurun dari tahun ke tahun. Alih-alih, kini semakin banyaknya jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK). Saya pun semakin yakin jika tahun ini peminat masuk ke madrasah akan semakin terpuruk.

Semakin menurunnya peminat pelajar atau orang tua yang akan memasukkan anaknya ke bangku madrasah tidak boleh hanya dibiarkan begitu saja. Akan tetapi perlu segera diantisipasi. Pertama, peningkatan kualitas akademik dan non-akademik. Penulis beranggapan, masih banyak madrasah hanya memilih salah satu, antara akademik maupun non-akademik saja. Sehingga, belum ada keseimbangan antara keduanya. Ironisnya, jika kualitas akademik dan non-akademik hanya dilakukan setengah-setengah.

Jika demikian, tidak ada keunggulan yang akan ditonjolkan guna memikat peserta didik baru. Peningkatan kualitas akademik bisa dilakukan bersamaan kualitas para tenaga pengajarnya yang berkompeten. Sementara, non-akademik dapat ditempuh dengan mengikuti pelbagai kegiatan event perlombaan maupun penguatan kegiatan ekstrakulikuler.

Kedua, pembekalan berupa ketrampilan. Ketrampilan tersebut sesuai dengan harapan dan keinnginan siswa. Misalnya, menjahit, otomotif, elektronik, percetakan dan lain sebagainya. Hal ini tentu menjadi salah satu modal kerja setelah pelajar lulus nantinya. Ketiga, madrasah go public. Artinya, mengenalkan potensi madrasah dipelbagai media (cetak, elektronik maupun online). Setiap kali madrasah menggelar kegiatan, tidak ada salahnya jika mengundang wartawan (jurnalis) untuk peliputan kegiatan.
Selain itu, juga bisa dengan penerbitan majalah sekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler jurnalistik-nya. Pelajar dan guru menulis dipelbagai massa maupun pengelolaan media online sekolah yang berupa blog atau website.

Nah, sudah saatnya madrasah perlu berbenah. Hal ini dilakukan untuk menepis image madrasah sebagai sekolah pilihan kedua. Pemasangan spanduk dan penempelan leaflet barangkali hanya salah satu cara untuk merekrut calon siswa baru. Lebih dari itu, madrasah perlu membenahi kondisi internal agar track record (sepak terjang-nya) makin dikenal oleh publik luas. Begitu. (Syaiful Mustaqim)
Previous
Next Post »