
Radar Kudus, 11 Mei 2009
Oleh Syaiful Mustaqim
Penulis lepas dan peneliti di Smart Institute Jepara
MENARIK mengamati aktivitas Semarang Onthel Community (SOC), komunitas onthel warga Semarang dalam memperingati hari Bumi beberapa waktu lalu. Mereka menggelar aksi simpati dengan membawa payung dan mengenakan masker. Selain itu, membentang spanduk bertuliskan, Stop Pemanasan Global dan Ngonthel Boeat Boemi nan Elok.
Aksi yang diikuti oleh sekitar 60 anggota tersebut, dimulai dari Lawang Sewu (Tugu Muda)-Simpang Lima-Jalan Pahlawan-Jalan Pemuda dan kembali lagi menuju Lawang Sewu. Sesaat sampai didepan Lawang Sewu, mereka menuntun sepeda mereka untuk menarik perhatian masyarakat pengguna jalan (Jawa Pos, 20/4).
Adalah sebuah bentuk keprihatinan dari dampak makin rusaknya lingkungan, hal ini tentu akibat dari ulah manusia itu sendiri. Ditambah pencemaran udara dengan makin banyaknya kendaraan bermotor, sehingga semakin memperparah kondisi bumi ini.
Sepertinya, bumi ini makin hari semakin panas. Maka, tak salah jika hal itu direspon SOC sebagai komunitas yang anti global warming (pemanasan global).
Masker yang mereka kenakan di mulut, menyimbolkan telah terjadi polusi udara dimana-mana. Sedangkan payung menyaratkan bahwa bumi ini semakin memanas. Tak hanya SOC, MOC pun demikian.
Mars Onthel Club (MOC) merupakan klub onthel di kota ukir Jepara. Meski klub ini baru dirintis akhir Februari lalu, namun mereka tetap getol menyuarakan anti global warming. Setiap sepekan sekali, klub milik warga Margoyoso kecamatan Kalinyamatan ini, long march (keliling) dari desa ke desa. Mereka menyebutnya Minggu Sehat.
Minggu sehat, merupakan aktivitas ngonthel yang dilakukan pada Minggu pagi. Dalam durasi yang tidak terlalu lama, satu hingga dua jam. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kejenuhan mereka tatkala dalam sepekan telah menggunakan kendaraan bermotor. Sehingga, aktivitas tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk menekan tingginya pemanasan global.
Ya, sudah saatnya kita kembali ke onthel. Onthel atau sepeda merupakan alat transportasi bebas bahan bakar minyak (BBM). Hanya dengan mengayuhkan kaki sudah bisa pergi kemana hendak kita akan pergi.
Pemerintah dalam hal ini, seharusnya memberikan support kepada komunitas onthel yang ada di negeri ini. Sebut saja: Jogja Onthel Community (JOC), Generasi Onthel Club (GOC) Bantul, Paguyuban Sepeda Kuno Arek Suroboyo (PASKAS), Paguyuban Onthel Djogjakarta (PODJOK), Bogor Onthel Club (BOC), dan komunitas onthel yang lain.
Penulis pun sepakat dengan yang dilakukan pemerintah kota Solo beberapa waktu lalu. Yakni dengan mendeklarasikan Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe (Segosegawe). Maka, jangan pernah meremehkan alat transportasi sekelas onthel. Meski keberadaannya makin ditinggalkan banyak orang, tidak ada salahnya jika kita sesekali waktu kita (kembali) ngonthel. Toh, hal itu dilakukan dalam rangka mengurangi dampak kejamnya pemanasan global.
Tunggu apa lagi: Yuk Ngonthel!
ConversionConversion EmoticonEmoticon