Studi Budaya dan Sejarah ala KMJS

MENARIK, dengan yang dilakukan Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) cabang IAIN Walisongo Semarang dalam memperingati HUT Jepara ke-460 dan HUT Kartini ke-130. Organisasi mahasiswa daerah ini menggelar “Culture and History Studies 2009”, Sabtu-Minggu (25-26/4) lalu.
Studi yang dipusatkan di area Museum Kartini ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepedulian pelajar maupun masyarakat cinta (kembali) kepada budaya dan sejarah. Sehingga, kegiatan tersebut diformat dalam bentuk out-bond yang diikuti oleh delegasi siswa SMA atau sederajat se-kabupaten Jepara.

Sebelum out-bond dimulai para peserta disuguhi tarian Krida Jati (tarian asli Jepara) yang hampir menanti ajalnya. Tarian tersebut memang dipertont
onkan untuk menggugah kesadaran pelajar cinta pada budaya lokal Jepara.

Visit Museum Kartini, barangkali jarang dilakukan. Apalagi menurut hemat penulis museum peninggalan RA Kartini ini memang sepi dari pengunjung. Para peserta didampingi pendamping dan guide (pemandu) melakukan observasi dengan menggali warisan masa lalu. Kemudian, dilanjutkan dengan presentasi per-kelompok tentang studi tokoh dan pemikiran RA Kartini serta pengembangan kerajinan dan budaya lokal Jepara.

Aksi Turun ke Jalan
Minggu pagi, kegiatan dilanjutkan dengan aksi turun ke jalan dengan membagikan bunga, leaflet, stiker kepada pengguna jalan di sekitar alun-alun kota Jepara. Aksi turun ke jalan ini diikuti oleh anggota KMJS serta para pelajar.

Sebanyak tiga puluh mahasiswa dan pelajar yang berpartisipasi dalam aksi ini berjajar di depan kantor kabupaten Jepara. Ratusan stiker bertuliskan---Budaya dan Sejarah Adalah Jiwa Bangsa: Jaga dan Lestarikan!, dibagikan kepada pengendara sepeda motor maupun mobil.

Selain itu, leaflet yang berisi upaya penyelamatan terhadap kerajinan dan budaya lokal yang hampir punah harus segera dilakukan: terutama tari Krida Jati dan kesenian Emprak yang semakin jarang diminati lagi. Begitu pula, bunga berwarna-warni juga dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol aksi yang mengedepankan kedamaian.

Puncaknya, setelah bunga, leaflet dan stiker dibagikan dilanjutkan dengan membentang kain putih sepanjang tiga meter. Masyarakat di sekitar alun-alun turut serta membubuhi tanda tangan sebagai bentuk deklarasi Kelompok Peduli Budaya dan Sejarah Jepara. Tanda tangan tersebut barangkali menjadi simbol bahwa masyarakat masih peduli kepada budaya dan sejarah. Semoga! (Syaiful Mustaqim)
Previous
Next Post »