Skill Menulis

BAGI mahasiswa, menulis merupakan ketrampilan yang harus diasah saat menjadi mahasiswa baru hingga rampung kuliah. Pekerjaan menulis tidak akan bisa hindari, sebab tugas mahasiswa rata-rata masih berkaitan erat dengan dunia tulis-menulis. Sebut saja makalah, karya ilmiah yang harus dikerjakan manakala mengambil mata kuliah tertentu.

Selain makalah, saat akan merampungkan program studi diploma harus menyelesaikan tugas akhir (TA), skripsi untuk mahasiswa yang akan merampungkan jenjang strata satu (S1), dan tesis jika akan lulus strata dua (S2), serta S3 dengan syarat membuat disertasi.

Skill mahasiswa dalam menulis bisa saja dituangkan dalam bentuk yang lain, selain tugas formalitas kuliah. Hal itu bisa dipompa lebih dahsyat lagi dengan aktif di pers kampus maupun bergabung di komunitas penulisan. Selanjutnya, seorang mahasiswa bisa merambah ke media dengan bekal dari dua lembaga tersebut.

Menurut hemat penulis, menulis adalah bentuk kegiatan yang tidak semua orang bisa melakukannya. Sebab, bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan bisa diungkapkan dengan audiensi dan demonstrasi; sehingga tidak ada masalah jika ada kekurangsempurnaan dalam penggunaan bahasa.

Sementara itu bahasa tulis harus melalui proses yang super njlimet (rumit). Oleh karenanya, dalam bahasa tulis, penggunaan tanda baca, diksi (pemilihan kata), hubungan per-paragraf, dan lain sebagainya harus diteliti dengan seksama serta yang tak kalang penting perlu untuk dirasakan.

Hal ini senada dengan argumen Ahmadi Sofyan. Seorang penulis menurut Sofyan memiliki banyak peran. Penulis adalah guru, karena mereka mempunyai peserta didik yang jumlahnya tidak terbatas. Proses ini tidak harus dinyatakan secara formal melalui pendaftaran sebagai peserta didik (Ahmadi Sofyan : 115 : 2006).

Disisi lain penulis merupakan dokter, yang siap melayani (mengobati) masyarakat saat terjadi permasalahan. Penulis juga seorang intelektual yang cerdas yang hendaknya mampu memberikan pencerahan kepada pembaca.

Yang tak kalah penting, agen pengontrol dan seyogianya memiliki kepekaan dan sikap kritis terhadap berbagai fenomena yang ada. Begitu juga sebagai pembaharu yang luar biasa dalam segala lini kehidupan manusia. Karena dengan tulisan penulis tak akan lekang dimakan oleh waktu.

Nah, ketrampilan menulis harus dipompa mulai sekarang sebelum telat. Tentunya harus ada beda antara mahasiswa biasa; aktivitasnya di kampus dan kos dan mahasiswa yang telah mengasah keahliannya di pers kampus maupun di komunitas penulis.

Perbedaan itu bisa dibuktikan dengan kelihaian menyelesaikan tugas formalitas kampus serta bisa diaktualisasikan dengan menulis di media regional dan nasional. Bukankah dengan menulis di media bisa menambah uang saku kuliah? Selamat bagi mahasiswa yang terampil menulis! [Syaiful Mustaqim]
Previous
Next Post »