
BlogPrint, Suara Merdeka, 07 Desember 2008PADA era 90-an, dokar di kecamatan Kalinyamatan, Jepara (dulu kecamatan Pecangaan) turut memberikan variasi jenis transportasi di kecamatan yang memproduksi konfeksi, pande besi, monel, kemasan, dan rokok ini. Itu dapat disaksikan di dua titik, yakni di depan pasar Margoyoso (sebelum direlokasi) dan pertigaan Jalan Raya Banyu Putih, sekitar 200 meter ke arah barat pertigaan bangjo Gotri.

Selain itu, kini hanya ada satu pusat transportasi dokar (di pasar Kalinyamatan; sekitar 400 meter dari pasar Margoyoso lama) Sayang seribu sayang, rute dokar sekarang hanya ada menuju ke Desa Banyu Putih, Pendosawalan dan sekitarnya serta ke arah Desa Teluk, Guwo dan sekitarnya saja.
Itu pun yang menuju ke desa Teluk kini sudah dilengkapi angkudes dan telah beroperasi sejak tiga tahun lalu. Di tambah lagi transportasi ojek sehingga rute dokar hampir tiada. Panorama kusir mengemudikan kuda seakan kian hilang dari peredaraan. Dokar yang melewati Jalan Kauman II Margoyoso tidak nampak berlalu-lalang lagi. Meskipun ada, paling mentok dalam jeda setengah jam baru akan tampak dokar yang lewat lagi.
Menjadi pengemudi dokar alias kusir sudah menjadi tumpuan hidup, meski hasilnya tidak seberapa. Setiap hari mereka memberi makan kuda tiga kali dan sisanya guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Nah, semestinya pemerintah kabupaten dan kecamatan turut memberikan perhatian kepada para pengemudi dokar agar mereka bisa bertahan di saat harga kebutuhan pokok kian melambung tinggi. Hal ini berimbas pada kenaikan ongkos dokar telah mencapai Rp. 3.000.
Setidaknya, transportasi satu dan yang lain tidak saling menyerobot; caranya di pos-poskan sesuai jatahnya. Dokar masih menjadi transportasi alternatif bagi warga Kalinyamatan; khusus bagi mereka yang menuju ke pelosok desa. Semoga dokar masih bertahan di tengah kejamnya era globalisasi, meski ada transportasi lain yang lebih cepat namun mahal ongkosnya. [Syaiful Mustaqim]
ConversionConversion EmoticonEmoticon