
Kini, transportasi yang bisa memuat tujuh orang seakan hilang ditengah himpitan arus globalisasi. Mengapa tidak? Dulunya, dokar kira-kira terdapat lima puluhan lebih, tak heran jika berbagai jenis transportasi memadati jalan raya. Namun, saat ini tinggal dua puluh pengemudi dokar yang masih bertahan.
Selain itu, hanya satu pusat transportasi dokar (di pasar Kalinyamatan; sekitar 400 meter dari pasar Margoyoso lama) Sayang seribu sayang, rute dokar menuju ke desa Banyu Putih, Pendosawalan dan sekitarnya dan ke arah desa Teluk, Guwo dan sekitarnya saja.
Itu pun, yang menuju ke desa Teluk kini sudah dilengkapi angkudes (Angkutan Pedesaan) dan telah beroperasi s

Panorama kusir mengemudikan kuda, seakan kian hilang dari peredaraan. Dokar yang melewati Jalan Kauman II Margoyoso tidak nampak berlalu-lalang. Meskipun ada paling mentok dalam jeda setengah jam, akan nampak dokar yang lewat lagi.
Menjadi pengemudi dokar sudah menjadi tumpuan hidup, meski hasilnya tidak seberapa. Setiap hari mereka memberi makan kuda tiga kali dan sisanya guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Nah, semestinya pemerintah kabupaten dan kecamatan turut memberikan perhatian kepada para pengemudi dokar agar mereka masih bertahan disaat harga kebutuhan pokok kian melambung tinggi. Hal ini berimbas pada kenaikan ongkos naiknya yang telah mencapai tiga ribu perak.
Setidaknya, transportasi satu dan yang lain tidak saling menyerobot; di pos-poskan sesuai jatahnya masih-masing. Dokar masih menjadi transportasi alternatif bagi warga Kalinyamatan; khusus bagi mereka yang menuju pelosok desa. Semoga transportasi dokar masih bertahan di tengah kejamnya era globalisasi, meski ada transportasi lain yang lebih cepat namun mahal ongkosnya. [Syaiful Mustaqim]
ConversionConversion EmoticonEmoticon