![]() |
Belajar tidak mengenal batas usia. |
Oleh : Syaiful Mustaqim, Guru SMK Az Zahra Mlonggo Jepara, Pengelola TBM Smart Pustaka
Ada yang menarik yang disampaikan KH Muhammad Dhofir,
Rais Syuriyah MWCNU Mlonggo saat mengisi mauidlah hasanah dalam kegiatan
Parenting yang diselenggarakan SMK Az Zahra Mlonggo beberapa waktu yang lalu.
Salah satu poin penting mauidlahnya ialah mengajak orang tua wali yang
hadir ke SMK untuk rutin mendoakan anak-anaknya tiap malam.
Adapun amalan yang perlu diistiqamahkan ialah
membaca surat al fatihah sejumlah 41 kali. Pembacaan surat al fatihah 41 kali
tersebut ditujukan untuk 1 anak. Jika memiliki anak lebih dari 1 tinggal
dikalikan.
“Saya sampai sekarang masih mengamalkan untuk
anak-anaknya. Anak saya 8 meninggal 2 tinggal 6. Jadi setiap malam saya membaca
246 kali,” terang Kiai lulusan Pesantren Tegalrejo, Magelang ini.
Dengan mengamalkan surat al fatihah tersebut Kiai yang
dalam ceramahnya kerap disisipi dengan humor tersebut merasakan fadhilah
atau keutamaannya. Misal, jika ada kebutuhan untuk membayar biaya sekolah dan
mondok senantiasa dimudahkan oleh Allah SWT.
“Untuk itu amalan ini saya ijazahkan kepada Panjenengan
semua. Semoga Panjenengan berkenan mengamalkan. Dan Allah memberikan
kemudahan rezeki dalam menyekolahkan putri-putri Panjenengan di SMK Az Zahra,”
doanya.
Tentang fadhilah membaca surat al fatihah 41 kali sejalan
juga dengan pendapat Gus Muwafiq. Amalan surat al fatihah ini bersanad pada
Nyai Nafiqoh, istri pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari.
Konon, Nyai Nafiqoh menirakati anak-anaknya dengan
membaca surat al fatihah ini sehingga lahirlah anak dan cucu yang cerdas dan
alim ilmu agama. Dari amalan tersebut kemudian lahir KH Wahid Hasyim yang
pernah menjadi Menteri Agama RI pertama, hingga cucunya KH Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) yang pernah menjadi presiden IV RI.
“Jumlah bacaannya 41 kali untuk tiap anak. Waktunya mulai
setelah Isya’ sampai sebelum Subuh. Untuk mengamalkan ijazah ini tidak perlu
dijadikan beban, bisa diamalkan sembari menonton televisi, sedang memasak, atau
aktivitas rumah tangga yang lain,” kata Gus Muwafiq dalam sebuah cuplikan video
di media sosial.
Almaghfurlah KH Hamim
Tohari Dzajuli atau yang populer dengan sapaan Gus Miek dalam sebuah pengajian
juga pernah memberikan nasihat untuk para orang tua dalam mendidik anak.
Menurut Gus Miek dalam mendidik anak tidak hanya mengandalkan lahiriyah saja
namun juga sisi batiniyah harus diperkuat. Gus Miek memberikan saran agar orang
tua senantiasa membaca surat al fatihah untuk membukakan hati si anak.
”Dandani anak, dandani bojo, nggae cangkem, nggae
kata-kata, nasehat niku mpun boten usum. Sing usum damel getaran bathiniyyah.
Termasuk anake difatihai siji-siji, sopo weruh, kenek sinare fatihah, dadi
kebuka anak-anake dadi sholeh, gelem nyantri, gelem shalat."
Petikan pernyataan dalam bahasa Jawa jika dialihbahasakan
menjadi seperti ini. ”Memperbaiki anak, memperbaiki istri, pakai mulut, pakai
kata - kata, pakai nasihat itu sudah bukan musimnya. Sekarang yang musim adalah
pakai getaran batiniyah. Termasuk anaknya dikirimi Al-Fatihah satu-satu, siapa
tahu terkena sinar Al-Fatihah menjadi terbuka (hatinya). Anak-anaknya menjadi
shalih, mau nyantri mau shalat.”
Menurut Gus Miek bahwa sisi spiritual adalah bagian utama
dari kepribadian anak. Gus Miek menganjurkan orang tua untuk mengamalkan dan
menghadiahkan surat al fatihah untuk anak agar hati anak dan kelak diharapkan
menjadi anak yang shalih.
Maka, berkenaan dengan nasihat-nasihat di atas ada
beberapa penting untuk orang tua. Pertama, pentingnya mendoakan anak.
Mendoakan anak sebagai laku batiniyah harus tetap dipraktikkan orang tua
hingga kapan pun. Doa yang dipanjatkan orang tua memiliki tujuan-tujuan
tertentu misalnya dimudahkan rezekinya oleh Allah SWT, harapan dari orang tua
agar mempunyai anak yang cerdas dan berkualitas serta menjadi anak yang
shalih.
Kedua, Ikhtiar (berusaha).
Jika doa-doa (permohonan) sudah dipanjatkan kepada Allah maka ikhtiar merupakan
laku lahiriyah. Laku lahiriyah bisa dilakukan dengan bekerja
sesuai dengan profesi atau keahlian masing-masing. Penulis meyakini jika mau
bekerja InsyaAllah Allah SWT akan tetap mengalirkan rezeki untuk kita. Jangan
lupa, jika rezeki itu sudah mengalir ada hak-hak untuk anak. Gunakan rezeki itu
membayar biaya sekolah, mondok, kuliah, untuk uang jajan dan sebagainya.
Ketiga, seimbang antara laku lahiriyah dan batiniyah. Kedua hal tersebut kudu dilakukan secara beriringan. Laku lahiriyah dengan bekerja sungguh-sungguh sedangkan laku batiniyah merupakan sisi spiritual yang dilakukan orang tua (hamba) kepada sang khaliq, Allah SWT. Semoga bermanfaat. (*)
*) Tulisan ini dimuat di web maarifnujateng.or.id di rubrik Hikmah pada 14 November 2024. Link tulisan bisa diklik di sini.
ConversionConversion EmoticonEmoticon