Maya bersama guru pembimbing dalam sebuah olimpiade. |
Gadis berkaca mata ini bisa dibilang dari keluarga yang pas-pasan. Sepeninggal ayahnya, ibunya Muniatun menjadi single parent. Dulu semasa masih hidup, Abdul Jamil, bapaknya yang berprofesi tukang kayu. Sehingga pasangan suami istri ini bisa menghidupi anak-anaknya. Sekarang, Ibu Muniatun yang hanya berprofesi guru TK ini harus menanggung beban hidup anak-anaknya.
Sebagai gadis kampung, riwayat pendidikannya lebih banyak ditempuh di kampung halaman sendiri. Usia kanak-kanak Maya, begitu sapaan akrabnya menempuh pendidikan di RA Darul Huda 01 desa Karanggondang kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara. Kemudian lulus RA melanjutkan MI di lembaga yang sama.
Lulus dari madrasah ibtidiyah (MI) perempuan kelahiran Jepara, 05 November 2002 ini berkeinginan sekolah plus mondok di sebuah pesantren. Di mana pun letak pondoknya, bebas, begitu keinginannya.
Saat dimulainya penerimaan peserta didik baru, anak ketiga dari empat bersaudara ini hunting lembaga pendidikan yang cocok untuknya. Ketemulah ia dengan MTs NU Mathalibul Huda Mlonggo Jepara.
Ia yang tinggal bersama ibunya di desa Karanggondang RT.01 RW.05 Mlonggo Jepara tertarik dengan madrasah yang bernaung di bawah LP Maarif NU Jepara ini lantaran saat hunting di samping gerbang madrasah terpampang siswa-siswi yang berprestasi bidang olimpiade Matematika baik tingkat Provinsi hingga Internasional.
Tak hanya tertarik saja, tetapi perempuan yang mengidolakan kedua orangtuanya ini juga kelak ingin fotonya di pajang di banner tersebut karena menyabet juara. Alhasil pada tahun pelajaran 2015 – 2016 Maya resmi masuk di MTs NU Mathalibul Huda.
Jatuh Cinta pada Matematika
Sejak MI putri Abdul Jamil (alm) – Muniatun memang sudah jatuh cinta dengan mata pelajaran (mapel) Matematika (MTK). Jatuh cintanya kepada mapel yang oleh khalayak pelajar ini dianggap sulit juga tidak langsung berjalan mulus.
Saat kelas I nilai mapel MTK terbilang jeblok. Sehingga mulai kelas II kakak kandungnya yang kebetulan menempuh studi di Universitas Trunojoyo Madura ini ialah yang membimbingnya.
Alhasil berkat bimbingan intens dari kakak kandungnya itu, mulai kelas II – VI nilai cumlaude untuk mapel MTK kerap diperolehnya. “Nilai MTK dapet 90-100. Nilai mata pelajaran yang lain 80 – 100,” aku Maya.
Cinta mapel MTK dan sekolah MTs NU Mathalibul Huda sudah menjadi pilihan yang tepat. Mengapa tidak? Sebab, satu-satunya madrasah favorit di Kecamatan Mlonggo dan sekitarnya ini ada klub khusus Matematika. MMO namanya. Kepanjangan dari Malida Mathematic Olympiad.
Makanya, sejak kelas VII Maya mulai bergabung dengan Malida Mathematic Olympiad (MMO). MMO merupakan klub matematika yang ada di madrasahnya untuk mencari bibit-bibit jawara olimpiade matematika.
Bimbingan khusus mapel MTK ini dilaksanakan setiap Selasa – Kamis. Dari 1200an murid yang ada, MMO yang secara khusus dibimbing oleh Nanang Aries Syamsul Huda, guru MTK ini hanya memilih tim inti yang berjumlah 6 peserta didik. Setiap jenjang kelas hanya terdiri dari 2 anak.
Klub MTK ini memang dipersiapkan untuk menghadapi cabang lomba olimpiade MTK baik tingkat kabupaten hingga internasional. Karena setiap kali pertemuan rutin diberikan latihan soal dan trik khusus oleh guru pembimbing.
Selain latihan terus-menerus yang tidak kalah penting diterapkan oleh pembimbingnya ialah bimbingan spiritual. Ada wirid khusus yang mesti dibaca oleh anggota MMO. Wirid diamalkan di atas 1000 kali bacaan. Wirid ini didawamkan agar peserta didik bisa tenang lahir bathinnya. Adapun sanad wirid dari guru Nanang Aries yaitu KH Abdullah Hafidz pondok Manarul Huda Gebog Kudus.
Nah, berkat latihan terus-menerus sekaligus trik khusus dari Nanang Aries yang juga Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah (KKMTs 02), merupakan kumpulan madrasah-madrasah Maarif NU Jepara beberapa predikat juara pernah diraih Maya.
Jika dikalkulasi si Maya yang hobi ngaji ini sudah turut serta dalam olimpiade lomba sekitar 20an kali. Olimpiade yang diikutinya baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional dan internasional. Dari puluhan kali olimpiade ini dia sudah menyabet beberapa gelar. Di antaranya Medali Perunggu Singapore and Asian School Math Olympiad (SASMO) tahun 2016, Medali Perunggu American Mathematics Olympiad (AMO) pada tahun 2016.
Medali Emas Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat provinsi Jawa Tengah 2017, Medali Perunggu KSM Nasional 2017 dan Merit (Juara Harapan 1) Kompetisi Matematik Nalaria Realistik (KMNR) tahun 2017.
Oh iya, di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nahdlatul Ulama (NU) Mathalibul Huda yang memiliki jenjang mulai dari MI, MTs dan MA ini, siswi ramah yang juga senang baca novel ini, dirinya tidak sendirian.
Apalagi sejak tahun 2012 nama almamater Mathalibul Huda Mlonggo Jepara berkat Malida Mathematic Olympiad (MMO) kian melejit. Jebolan-jebolan MMO juga kerap mengharumkan nama almamater juga nama Jepara.
Di antara peserta didik yang pernah menjadi juara yaitu M. Arinal Haq, sekarang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Saat masih madrasah aliyah Arinal pernah menyabet Medali Emas Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tahun 2013.
Ada juga Anisa Hayati. Sekarang dia masih kelas XII MA Mathalibul Huda. Tahun 2015 silam ia pernah menyapu Medali Perak event KSM di Palembang. Anisa juga pernah dinobatkan sebagai siswi terbaik Singapore International Math Olympiad Challenge (SIMOC) tahun 2016.
Nama-nama lain yang patut juga untuk dicatat ialah Dedi Wahyudi. Siswa kelas XI ini pernah meraih Medali Perak di laga SIMOC tahun 2016. Dewi Aisyah kelas XII juara III KSM tingkat nasional di Yogyakarta tahun 2017. Serta Ahmad Novan Alfian kelas IX finalis Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Pekan Baru.
Keceriaan Maya bersama teman-temannya di madrasah. |
Perhatian Pemerintah
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sangat memberikan apresiasi kepada siswa-siswi Madrasah NU Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Dukungan juga datang dari Kementerian Agama (Kemenag) serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora).
Dukungan yang diberikan Pemkab Jepara baik berupa mental support mental serta material. Untuk nominal material yang dikucurkan sesuai dengan cabang lomba yang diikuti apakah tingkat provinsi, nasional ataupun internasional.
Sebelum dan sesudah lomba, tim biasanya datang ke Pendopo kabupaten Jepara untuk minta doa restu dan laporan setelah mengikuti event lomba. Apresiasi lain dari Pemkab Jepara, siswa yang memenangi olimpiade matematika tingkat nasional maupun internasional profil siswa (bentuk liputan) ditulis di majalah Gelora dan Pena yang dikelola oleh Pemkab. Selain itu juga banner berukuran besar ucapan selamat dari Pemkab juga terpampang di Alun-alun kabupaten Jepara.
Begitu juga dengan keberadaan LP Maarif NU Cabang Jepara. Sebagai lembaga yang menaungi madrasah-madrasah NU di kabupaten Jepara, pihaknya sedang merintis pilot project madrasah unggulan.
Madrasah-madrasah yang sudah unggul akan dijadikan klaster-klaster tersendiri. Madrasah-madrasah yang belum mumpuni akan didampingi oleh madrasah yang sudah terbilang unggulan.
Menurut, Ketua LP Maarif NU kabupaten Jepara, Fatkhul Huda, salah satu madrasah NU di Jepara yang menjadi unggulan ialah Madrasah NU Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Madrasah Mathalibul Huda saat ini menjadi laborat matematika.
Pihak LP Maarif NU Jawa Tengah hingga pusat sudah mengetahui sinyal pilot project ini. Hal ini merupakan show of force LP Maarif NU Jepara. Agar itu bisa terwujud dengan maksimal memang membutuhkan banyak fasilitas yang harus terpenuhi. Sehingga ke depan madrasah NU di Jepara benar-benar menjadi sekolah unggulan dan keunggulan yang ada semakin merata.
Proses Tahfid Quran
Menggali sosok Maya utamanya soal prestasinya, bagi penulis bukan perkara yang mudah. Beberapa kali saya mencoba melontarkan pertanyaan namun jawabannya hanya sederhana.
“Apa triknya agar pintar MTK,” begitu tanyaku pada dia.
“Tidak ada trik khusus, mas. Sering berlatih dan memahami konsep-konsep. MTK itu pelajaran yang mengasyikkan karena soal yang lebih sulit lebih menantang,” begitu komentar dia.
Karenanya, saya pun minta komentar guru pendampingnya, Nanang Aries. Maya merupakan tipe murid yang penurut. “Manut, tekun beribadah serta wiridannya sangat kuat,” begitu testimoni dari gurunya.
Secara kemampuan Maya terbilang biasa-biasa saja. Tetapi sebagai timbal balik, dulu ibunya Maya ialah guru TK (Nanang Aries). Maka, sebagai balas jasa, gurunya yang ingin mendampinginya ini sangat berangan-angan ingin menjadikannya “bintang.”
Maka dari itu, tak salah jika kepandaiannya bidang MTK tidak jarang ia sering dimintai bantuan temannya untuk membantu mengerjakan soal ketika temannya mengalami kesulitan. Selain jawara MTK pernah saat class meeting dirinya juga menjadi juara pidato bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Penyuka menu ayam bakar ini juga termasuk berprestasi bidang akademik. Dirinya masuk dalam daftar rangking 10 besar. Kelas VII rangking 4 dan kelas VIII rangking 5. Yang patut diacungi jempol siswi penyuka warna biru ini untuk mapel MTK nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS) mendapat nilai cumluade 100. “Jika kurang teliti mendapat nilai 98,” jelas perempuan minus 2 yang berkaca mata sejak kelas VIII MTs.
Sekolah, Prestasi dan Tahfid
Saat kelas VII sembari sekolah dia juga mondok di pesantren Nurul Baroroh di bawah asuhan Kiai Faiq Sobri. Maya mengambil konsentrasi tahfid al-quran. Sehingga jadwal rutinitasnya dari sekolah dan mengaji full (penuh) dari pagi sampai malam. Lalu bagaimana ia bisa membagi waktu dengan rutinitas sepadat itu?
Masuk MTs dia memang sudah berkomitmen untuk sekolah plus mondok. Alhasil keinginnya yang sudah terpenuhi tinggal mengaplikasikan semaksimal mungkin. Pulang sekolah dia punya waktu sejenak untuk istirahat.
Pukul 16.00 – 17.00 WIB jadwalnya mengaji kitab. Pada jam 18.00 – 20.00 malamnya waktu setoran hafalan al-quran. Pukul 21.00 – 22.00 jam belajar sedangkan 05.00 – 06.00 WIB mengaji quran. Setelah itu siap-siap untuk berangkat sekolah. berangkat sekolah.
Jadwalnya memang sangat padat. Untuk waktu menghafal dilaksanakan sore hari jam 17.00 – 18.00 WIB. Untuk waktu belajar dilaksanakan pada pukul 20.00 – 21.00 WIB. Ditanya soal capek, dengan tegas dia menjawab capek. Tetapi karena sudah memang senang mengaji sehingga capeknya pun menjadi hilang.
Jarak rumah, sekolah dan pondoknya tidak terlalu jauh. Masih satu kecamatan sekira 10 km. sehingga untuk adwal pulang tidak menentu. Paling ketika ada kepentingan khusus saja. Dalam satu bulan, pulang satu kali. Itu pun harus dijemput orang tuanya.
Di rumah sebagai bentuk birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua) ketika ibunya butuh bantuan dengan sigap ia langsung membantu ibunya. Pekerjaan rumah yang biasa ia lakukan dari memasak, mencuci hingga bersih-bersih rumah.
Apa yang sudah dicapainya selama ini merupakan wujud untuk membanggakan madrasah dan menyenangkan banyak orang terutama orang tua.
Sehingga dia banyak dikenal teman, guru juga masyarakat luas. Pesan ibunya yang masih diterapkannya menjadi anak jangan sombong. Pesan ini benar-benar terbukti. Saat penulis berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan dia didampingi guru pembimbingnya memang tidak ada raut muka menyombongkan diri.
Ada pesan lain dari Ibunya yang juga diterapkannya. Saat dapat rezeki jangan lupa berbagi dengan yang lain. Setiap kali akan berangkat lomba dan memenangi lomba uang sakunya kian menebal. Maka ada rezeki yang harus diberikan kepada orang tuanya maupun kepada teman-temannya.
Di akhir wawancara, Maya berpesan kepada pelajar Indonesia agar menjadi generasi muda yang dapat mengangkat Indonesia menjadi Negara yang maju caranya dengan belajar dengan giat dan punya akhlak yang baik. Di samping itu, menjadi pelajar harus menjauhi minum-minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas.
Kelak, Maya punya keinginan menjadi dosen Matematika. Semoga cita-cita siswi yatim yang diharapkannya akan terwujud. Butuh waktu juga dengan doa orang tua, serta bimbingan guru-guru inspiratif madrasah NU berprestasi di Jepara ini. Amiin. (sm)
Dipublikasikan : Generasi Milenial Madrasah; Profil 30 Siswa Madrasah Inspiratif 2017. Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, cetakan ke-1 November 2017.
ConversionConversion EmoticonEmoticon