Sebagai
guru yang nyambi juga sebagai
jurnalis media online saya mempunyai
banyak kesempatan untuk mempublikasikan kegiatan, siswa atau guru berprestasi
di media baik cetak maupun online. Press Release yang saya kirimkan kepada
sejumlah teman wartawan diterima. Jika layak reportase sekolah di beberapa
lembaga yang saya naungi dimuat.
Soal
mudah dimuatnya press release itu
tidak secara tiba-tiba. Singkat kisah saya harus melampaui kisah pedih—sering
tidak dimuat. Dari kepedihan itu saya pun berguru kepada yang lebih tahu.
Hasilnya, tips dan trik saya temukan sehingga kini telah memperoleh angin segar
saat ingin mempublikasikan reportase sekolah ke media.
Go
Media
Peluang
sekolah untuk memasukkan berita ke media tidaklah susah. Pertama, di Suara Merdeka
misalnya, di koran harian ini disediakan rubrik “Tilik Kampung”. Meski rubrik khusus citizen journalism (pewarta warga) sejatinya dikhususkan untuk
kegiatan-kegiatan berbasis warga namun tidak menutup kemungkinan “warga” di
sekolah bisa turut andil juga mengirimkan reportase-reportasenya.
Di
sekolah tentu tidak sedikit kegiatan yang dilaksanakan. Momen-momen special tersebut
agar tidak usai begitu saja bisa ditulis. Hal itu sama fungsinya seperti pers release yang dikirimkan sekolah
kepada media yang dikehendaki lembaga.
Pers release sebagaimana
definisi Soemirat dan Ardianto (2004) merupakan informasi bentuk berita yang
dibuat oleh Public Relation (PR)
suatu organisasi, lembaga atau perusahaan yang disampaikan kepada pengelola
pers/ redaksi media massa (TV, radio, media cetak dan media online) untuk dipublikasikan di media
massa tersebut.
Kedua, di harian ini juga disediakan
ruang khusus untuk guru. Suara Guru,
namanya. Rubrik spesialis untuk pendidik tersebut merupakan wahana guru
menyampaikan uneg-unegnya seputar pendidikan. Sehingga guru di seluruh Jawa Tengah
bisa berinteraksi bersua untuk pendidikan.
Untuk
siswa pun ada. Saya memisalkan saben
Minggu koran berjargon “Perekat Komunitas Jawa Tengah” ini memberikan ruang
khusus untuk anak-anak usia TK, SD dan SMP untuk berkarya yakni halaman Yunior.
Anak-anak bisa menulis cerpen anak, pengalaman, puisi dan reportase.
Peran Bahasa Indonesia
Untuk
go media elemen sekolah baik guru maupun
peserta didik sudah mempunyai bekal dari pelajaran Bahasa Indonesia. Pada mapel
ini tentang menulis berita, opini dan sastra misalnya sudah sedari dini
diajarkan. Namun yang masih kurang ialah ranah praktiknya.
Praktik
yang saya maksud bukan ujian praktik sebagai salah satu syarat Ujian Nasional
(UN). Melainkan keberanian sekolah baik guru maupun peserta didik berkarya di
media. Jika itu ditempuh maka, 1) menunjukkan eksistensi sekolah. Sekolah
sebesar atau segurem sekalipun jika enggan melakukan promosi via media lembaga,
kegiatan dan prestasi sekolah boleh dikata tidak diketahui khalayak.
2)
Wahana menempa diri. Dalam hal ini guru dan murid sama-sama menempa diri dalam
hal tulis-menulis. Guru dan siswa sama-sama menulis. 3) Inspirasi lembaga.
Lembaga-lembaga lain yang mengetahui tentang eksistensi, kemampuan guru dan
siswa-siswa kita bisa menjadi sumber inspirasi sekolah lain.
Terinspirasi
dalam hal kegiatan dan prestasi sekolah sehingga sekolah satu dengan sekolah
lain saling berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
lembaganya. Apalagi sepengatahuan saya banyak lembaga berlangganan koran
harian. Karena itu sudah saatnya sekolah tidak hanya sebagai pembaca saja.
Lebih dari itu lembaga pendidikan juga dituntut go media. (sm)
ConversionConversion EmoticonEmoticon