Tidak semua warga Jepara pernah ke Karimunjawa. Sebab untuk menuju kepulauan Nasional itu harus ditempuh dengan jalur laut yakni menggunakan kapal. Meski demikian keinginan kami untuk menyambanginya telah tercapai. Medio April lalu, kami bersama dengan rombongan Kepala KUA Se-Kabupaten Jepara berangkat ke Karimun dengan Express Bahari. Kehadiran kami menuju kepulauan yang terdiri dari 5 suku Jawa, Bugis, Madura, Bajo dan Buton itu dengan maksud yang berbeda.
Rombongan KUA bersama Pak Imam Haromain, Kepala Kemenag Kanwil Jawa Tengah tujuannya menghadiri peresmian Balai Nikah dan Rumah Dinas KUA Kecamatan Karimunjawa. Sedangkan kami survei home stay, hotel, oleh-oleh dan tempat wisata untuk Karimunjawa Travel and Tourism.
Tepatnya pukul 10.00 pagi tim kami yang terdiri dari saya, Edy, Tohir, Syafii, Kartika dan Arif ditambah tim dari Pati berjumlah 5 orang yang dikomandoi Sujianto sudah sampai di Pantai Kartini.
Pada jam itu pula di Dermaga Kartini tampak lalu-lalang para penumpang dengan tujuan yang sama. Saya sebagai koordinator tim sedang khawatir karena tiket untuk pulang belum kami peroleh. Saya menyuruh teman tanya dibagian loket, ternyata ada jawaban yang kurang mengenakkan. Karena kurang percaya akhirnya saya bertanya sendiri.
Dengan tegas saya bertanya tiket untuk pulang. “Anda beli tiket dengan siapa? Tanya saja dengan orang yang memesankan anda tiket,” saya mulai suudzon dengan ungkapan petugas yang sama-sama jualan tiket.
Perjalanan 1,45 Jam
Kami beranjak menuju Express Bahari. Satu persatu penumpang mulai naik seraya menunjukkan tiket untuk disobek. Kami mencari tempat duduk sesuai nomor di tiket. Baru kali pertama, kami masih bingung untuk mencari tempat duduk. Disamping itu, rombongan KUA membawa anak-anaknya sehingga membuat semrawut perjalanan waktu itu. Meski begitu, awalnya ada yang kurang terima lambat laun mereka legawa yang penting bisa duduk meski tidak sesuai nomor.
Selama perjalanan selain menikmati jajanan yang diberikan awal kapal, kepalaku pusing karena saking cepatnya laju kapal. Kesepuluh teman saya naik ke atas menikmati indahnya alam laut sementara saya hanya duduk manis diposisi duduk yang ditentukan. Benar. Perjalanan memang hanya ditempuh dalam 1,45 jam. Berangkat jam 11.00 WIB sampai sana 12.45 WIB.
Turun dari kapal, sejumlah penabuh rebana hadrah menggaungkan shalawat pertanda rombongan Pak Imam Haromain cs telah datang. Jabat tangan hingga cipika-cipiki shahibul bait dan rombongan menjadi pemandangan yang indah saat menginjakkan kaki kali pertama di Karimunjawa.
Orang pertama yang kami temui dan yang kami kenal adalah Pak Hisyam Zamroni, selaku Kepala KUA Karimunjawa. “Santai ndisik ya kang!” begitu kalimat yang beliau ungkapkan.
Disaat menunggu santai itu kami foto narsis di tugu selamat datang. Berfoto secara bergantian yang nantinya akan di-upload di facebook. Hampir setengah jam lebih ditengah kecapaian, mobil yang akan membawa kami menuju home stay tak kunjung datang. Namun beberapa saat kemudian Pak Hisyam menyuruh kami naik kol brondol.
Ah, sudah lama tidak naik brondol e malah di Karimun naik lagi. Lantas tim kesebalasan gabungan Jepara-Pati menaiki brondol. Dibawa kemana, nganut saja yang penting bisa beristirahat. Ternyata kami dibawa ke rumah seorang warga. Sesampainya, kami langsung leyeh-leyeh karena kecapaian diperjalanan.
Mbak Hidayah, utusan Pak Hisyam melayani kami. Minuman segar, gorengan satu persatu disuguhkan. Karena tim kami laki-laki semua dalam sekejap ludes. Tak lama, nasi bungkusan dengan cumi-cumi yang lumayan gedhe juga ludes kami lahap.
Sembari menunggu Pak Hisyam kami sudah berdiskusi panjang lebar untuk melakukan survai. Tetapi dalam benak saya jika ditempuh dengan jalan kaki rasa-rasanya capai sekali. Saat hendak berangkat selepas Ashar Pak Hisyam datang. Lalu beliau menelpon Pak Syaiful, pelaku biro perjalanan Karimunjawa.
Pak Syaiful mengantarkan kami survai. Beberapa tempat yang kami singgahi semisal Karimunjawa Inn, Escape dan Dermaga Karimunjawa. Melontarkan sejumlah pertanyaan, foto narsis menjadi agenda yang tak terlupakan sembari mencatat di block note hal-hal penting barangkali lupa. Tak terasa senja telah tiba. Pak Syaiful mengantarkan kembali ke home stay.
Panggilan Darurat
Pukul 23.30 WIB tiba-tiba Pak Hisyam menelpon saya. “Ayo kang do mangan. Ora usah kesuwen wes diparani mobile!” pintanya dan meminta saya mengajak semua teman yang ada tanpa kecuali. Panggilan dari beliau berulang-ulang sedangkan kami pun malas-malasan karena selepas maghrib jalan-jalan dan kecapaian. Dengan kostum seadanya akhirnya kami menaiki kol brondol menuju KUA untuk makan malam.
Wow, ikannya gedhe-gedhe. Perut kami sudah terlanjut kenyang. Tetapi oleh Pak Hisyam beliau meminta dengan sangat, kami memakan hidangan yang ada. Sebenarnya kami sudah tidak kuat untuk menikmati yang super wah itu. Tetapi sebagai bentuk penghormatan meski dengan nasi seadanya dan lauknya yang gedhe-gedhe. Saya hampir muntah menikmati hidangan malam itu.
* * *
Mentari telah menyapa. Kami sudah berkemas-kemas untuk pulang. Tim Pati beranjak menuju Dermaga untuk menuju ke beberapa tempat wisata. Sedangkan tim kami memutuskan untuk tidak ikut lantaran kanker (kantong kering).
Sebelum beranjak dari home stay kami pamitan dulu dengan shahibul bait. Dalam perjalanan saya masih terbayang-bayang dengan tiket pulang karena sms yang kukirim untuk Pak Hisyam pending. Ditelpon pun tidak aktif. Lega. Setelah beliau membalas sms saya bahwa tiket beliau yang bawa.
Kami berjalan kaki perlahan-lahan sambil foto narsis di masjid, TBM dan masih banyak lagi. Sampailah kami dipusat suvenir. Ternyata disana sudah banyak ditemukan suvenir disejumlah lapak. Beberapa teman kami membeli kaos dan gantungan kunci. Harganya pun setara dengan yang lain.
Kami berjumpa dengan Pak Zaenal Wava, salah satu pemilik toko suvenir. Sudah enam tahun penduduk asli Karimun itu menjajakan dagangannya. Menurutnya, dulu saat beliau mengawali bisnisnya agak sepi. Tetapi tiga tahun terakhir ini, suvenir menjadi oleh-oleh yang tidak boleh terlupakan oleh turis domestik maupun mancanegara.
Tiba-tiba Pak Hisyam menelpon meminta kami ke penginapan rombongan KUA. Saya tidak tahu tempatnya. Beberapa kali menelpon beliau tetapi yang mengangkat istrinya. Akhirnya kami hanya jalan terus hingga menuju dermaga dan ketemu dengan rombongan Pati lagi.
Nahkoda kapal beberapa kali membunyikan belnya, pertanda kapal akan segera berangkat. Kami belum membawa tiket pulang, masih dibawa Pak Hisyam. Dalam beberapa menit Pak Hisyam tak kunjung tiba. Saya semakin resah. Gelisah.
Pak Hisyam pun tiba dengan istri dan anaknya lantas di istri memberikan kami 11 tiket pulang. Saking terburu-burunya tiket kami bagikan satu persatu meski tidak sesuai nama. Akhirnya kami bisa naik kapal lagi dan sampai Dermaga Kartini dengan selamat. Karimunjawa kami selalu merindumu. Sampai ketemu dilain waktu. InsyaAllah. (Syaiful Mustaqim)
Rombongan KUA bersama Pak Imam Haromain, Kepala Kemenag Kanwil Jawa Tengah tujuannya menghadiri peresmian Balai Nikah dan Rumah Dinas KUA Kecamatan Karimunjawa. Sedangkan kami survei home stay, hotel, oleh-oleh dan tempat wisata untuk Karimunjawa Travel and Tourism.
Tepatnya pukul 10.00 pagi tim kami yang terdiri dari saya, Edy, Tohir, Syafii, Kartika dan Arif ditambah tim dari Pati berjumlah 5 orang yang dikomandoi Sujianto sudah sampai di Pantai Kartini.
Pada jam itu pula di Dermaga Kartini tampak lalu-lalang para penumpang dengan tujuan yang sama. Saya sebagai koordinator tim sedang khawatir karena tiket untuk pulang belum kami peroleh. Saya menyuruh teman tanya dibagian loket, ternyata ada jawaban yang kurang mengenakkan. Karena kurang percaya akhirnya saya bertanya sendiri.
Dengan tegas saya bertanya tiket untuk pulang. “Anda beli tiket dengan siapa? Tanya saja dengan orang yang memesankan anda tiket,” saya mulai suudzon dengan ungkapan petugas yang sama-sama jualan tiket.
Perjalanan 1,45 Jam
Kami beranjak menuju Express Bahari. Satu persatu penumpang mulai naik seraya menunjukkan tiket untuk disobek. Kami mencari tempat duduk sesuai nomor di tiket. Baru kali pertama, kami masih bingung untuk mencari tempat duduk. Disamping itu, rombongan KUA membawa anak-anaknya sehingga membuat semrawut perjalanan waktu itu. Meski begitu, awalnya ada yang kurang terima lambat laun mereka legawa yang penting bisa duduk meski tidak sesuai nomor.
Selama perjalanan selain menikmati jajanan yang diberikan awal kapal, kepalaku pusing karena saking cepatnya laju kapal. Kesepuluh teman saya naik ke atas menikmati indahnya alam laut sementara saya hanya duduk manis diposisi duduk yang ditentukan. Benar. Perjalanan memang hanya ditempuh dalam 1,45 jam. Berangkat jam 11.00 WIB sampai sana 12.45 WIB.
Turun dari kapal, sejumlah penabuh rebana hadrah menggaungkan shalawat pertanda rombongan Pak Imam Haromain cs telah datang. Jabat tangan hingga cipika-cipiki shahibul bait dan rombongan menjadi pemandangan yang indah saat menginjakkan kaki kali pertama di Karimunjawa.
Orang pertama yang kami temui dan yang kami kenal adalah Pak Hisyam Zamroni, selaku Kepala KUA Karimunjawa. “Santai ndisik ya kang!” begitu kalimat yang beliau ungkapkan.
Disaat menunggu santai itu kami foto narsis di tugu selamat datang. Berfoto secara bergantian yang nantinya akan di-upload di facebook. Hampir setengah jam lebih ditengah kecapaian, mobil yang akan membawa kami menuju home stay tak kunjung datang. Namun beberapa saat kemudian Pak Hisyam menyuruh kami naik kol brondol.
Ah, sudah lama tidak naik brondol e malah di Karimun naik lagi. Lantas tim kesebalasan gabungan Jepara-Pati menaiki brondol. Dibawa kemana, nganut saja yang penting bisa beristirahat. Ternyata kami dibawa ke rumah seorang warga. Sesampainya, kami langsung leyeh-leyeh karena kecapaian diperjalanan.
Mbak Hidayah, utusan Pak Hisyam melayani kami. Minuman segar, gorengan satu persatu disuguhkan. Karena tim kami laki-laki semua dalam sekejap ludes. Tak lama, nasi bungkusan dengan cumi-cumi yang lumayan gedhe juga ludes kami lahap.
Sembari menunggu Pak Hisyam kami sudah berdiskusi panjang lebar untuk melakukan survai. Tetapi dalam benak saya jika ditempuh dengan jalan kaki rasa-rasanya capai sekali. Saat hendak berangkat selepas Ashar Pak Hisyam datang. Lalu beliau menelpon Pak Syaiful, pelaku biro perjalanan Karimunjawa.
Pak Syaiful mengantarkan kami survai. Beberapa tempat yang kami singgahi semisal Karimunjawa Inn, Escape dan Dermaga Karimunjawa. Melontarkan sejumlah pertanyaan, foto narsis menjadi agenda yang tak terlupakan sembari mencatat di block note hal-hal penting barangkali lupa. Tak terasa senja telah tiba. Pak Syaiful mengantarkan kembali ke home stay.
Panggilan Darurat
Pukul 23.30 WIB tiba-tiba Pak Hisyam menelpon saya. “Ayo kang do mangan. Ora usah kesuwen wes diparani mobile!” pintanya dan meminta saya mengajak semua teman yang ada tanpa kecuali. Panggilan dari beliau berulang-ulang sedangkan kami pun malas-malasan karena selepas maghrib jalan-jalan dan kecapaian. Dengan kostum seadanya akhirnya kami menaiki kol brondol menuju KUA untuk makan malam.
Wow, ikannya gedhe-gedhe. Perut kami sudah terlanjut kenyang. Tetapi oleh Pak Hisyam beliau meminta dengan sangat, kami memakan hidangan yang ada. Sebenarnya kami sudah tidak kuat untuk menikmati yang super wah itu. Tetapi sebagai bentuk penghormatan meski dengan nasi seadanya dan lauknya yang gedhe-gedhe. Saya hampir muntah menikmati hidangan malam itu.
* * *
Mentari telah menyapa. Kami sudah berkemas-kemas untuk pulang. Tim Pati beranjak menuju Dermaga untuk menuju ke beberapa tempat wisata. Sedangkan tim kami memutuskan untuk tidak ikut lantaran kanker (kantong kering).
Sebelum beranjak dari home stay kami pamitan dulu dengan shahibul bait. Dalam perjalanan saya masih terbayang-bayang dengan tiket pulang karena sms yang kukirim untuk Pak Hisyam pending. Ditelpon pun tidak aktif. Lega. Setelah beliau membalas sms saya bahwa tiket beliau yang bawa.
Kami berjalan kaki perlahan-lahan sambil foto narsis di masjid, TBM dan masih banyak lagi. Sampailah kami dipusat suvenir. Ternyata disana sudah banyak ditemukan suvenir disejumlah lapak. Beberapa teman kami membeli kaos dan gantungan kunci. Harganya pun setara dengan yang lain.
Kami berjumpa dengan Pak Zaenal Wava, salah satu pemilik toko suvenir. Sudah enam tahun penduduk asli Karimun itu menjajakan dagangannya. Menurutnya, dulu saat beliau mengawali bisnisnya agak sepi. Tetapi tiga tahun terakhir ini, suvenir menjadi oleh-oleh yang tidak boleh terlupakan oleh turis domestik maupun mancanegara.
Tiba-tiba Pak Hisyam menelpon meminta kami ke penginapan rombongan KUA. Saya tidak tahu tempatnya. Beberapa kali menelpon beliau tetapi yang mengangkat istrinya. Akhirnya kami hanya jalan terus hingga menuju dermaga dan ketemu dengan rombongan Pati lagi.
Nahkoda kapal beberapa kali membunyikan belnya, pertanda kapal akan segera berangkat. Kami belum membawa tiket pulang, masih dibawa Pak Hisyam. Dalam beberapa menit Pak Hisyam tak kunjung tiba. Saya semakin resah. Gelisah.
Pak Hisyam pun tiba dengan istri dan anaknya lantas di istri memberikan kami 11 tiket pulang. Saking terburu-burunya tiket kami bagikan satu persatu meski tidak sesuai nama. Akhirnya kami bisa naik kapal lagi dan sampai Dermaga Kartini dengan selamat. Karimunjawa kami selalu merindumu. Sampai ketemu dilain waktu. InsyaAllah. (Syaiful Mustaqim)
ConversionConversion EmoticonEmoticon