Berkecimpung dalam dunia jurnalistik (tulis-menulis) sebenarnya belum pernah menjadi angan-anganku sejak dulu. Pasalnya selepas lulus dari bangku SMA keinginanku untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) cukup kuat. Apalagi, keinginanku meneruskan studi terinspirasi oleh kakak kandungku yang lebih dulu masuk.
Sehingga, waktu itu aku tidak perlu repot-repot saat akan mendaftar kuliah.
Awalnya, aku memilih program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) tetapi karena rata-rata pilihan teman adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) akhirnya aku memilih prodi yang sama layaknya mayoritas teman. Karena sudah kuputuskan memilih prodi PAI, ya kujalani saja.
Selama kuliah, aku tidak seperti mahasiswa lain. Tidak termasuk golongan mahasiswa yang aktif. Mahasiswa pasif. Selain kuliah, beberapa kegiatan kampus yang sempat kuikuti yakni organisasi ekstra kampus bidang pergerakan, organisasi mahasiswa daerah (Orda), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Arab dan Bahasa Inggris tingkat Fakultas maupun Universitas.
Dalam organisasi pergerakan, aku hanya ikut dalam beberapa bulan. Hanya mengikuti taaruf (pengenalan organisasi). Selepas itu tidak aktif. Imbas dari ketidakaktifan itu adalah dicuekin. Meski kita saling mengenal tetapi ketika ketemu, “mereka” tidak mau menyapa. Meski demikian, aku tidak merasa benci dengan mereka. Aku biasa-biasa saja.
Sedangkan UKM bidang kebahasaan kugeluti selama setahun. Lumayan, sudah mengikuti pertemuan rutin, studi banding ke kampus lain hingga pergantian pengurus.
Sementara, untuk orda memang kuikuti dengan sungguh-sungguh. Karena yang ikut dalam orda adalah teman-teman satu daerah sehingga membuat aku enjoy. Setiap even yang diadakan oleh orda tidak pernah kulewatkan. Hingga, suatu ketika Orda mengadakan pelatihan jurnalistik untuk pelajar SMA tingkat Kabupaten.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan diikuti oleh perwakilan SMA se-Kabupaten dan ditempuh selama dua hari. Oleh ketua Orda, setelah kegiatan itu, ada keinginan untuk menindaklanjuti. Keputusan tersebut disepakati. Terbentuklah tiga wilayah. Dari tiga wilayah yang ada hanya satu, masih bertahan. Yakni wilayah yang ikut kudampingi.
Wilayah yang kudampingi, posisiku sebenarnya hanya sebagai pendamping. Karena bekalku dalam hal jurnalistik masih nol. Lambat laun karena alasan kesibukan para fasilitator yang ditugasi hilang satu persatu. Tinggal aku saja.
Karena kondisi itu, aku pun bingung. Kalau tidak didampingi lagi secara otomatis kegiatan follow up akan berakhir. Kalau dilanjutkan, aku mesti belajar dulu. Akhirnya, aku memutuskan untuk melanjutkan. Waktu itu, aku belajar jurnalistik kepada teman-teman yang aktif dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dan Surat Kabar Mahasiswa (SKM). Setelah belajar dengan mereka langsung kutularkan kepada anak-anak saben minggu sekali. Begitu dan seterusnya.
Pendampingan
Dari pendampingan intens yang kulakukan, hasil yang telah ditorehkan adalah membuat buletin. Buletin bulanan. Oleh ketua Orda, ia mengusahakan kepada pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) meminta cetakan gratis dalam setiap penerbitan. Lobi pun disepakati.
Dalam beberapa bulan Pemkab memberikan cetakan gratis. Akan tetapi, itu hanya berjalan beberapa bulan saja. Setelah itu, Pemkab menghentikan memberikan bantuan cetakan dengan alasan menjelang Pilkada (Pemilihan Kepada Daerah). Setelah itu, untuk cetak ku back-up dengan duitku sendiri. Sebulan seratus ribu.
Dari perjalanan mendampingi pelajar SMA banyak hal yang kudapat. Diantaranya, secara tidak langsung aku telah belajar dunia tulis-menulis. Disamping itu, dari tugas-tugas yang kuberikan kepada anak-anak menjadikan aku mendapatkan panggilan untuk menulis. Seruan itu datang tatkala aku sering memerintah mereka untuk menulis sementara aku tidak melakukannya. Aku hanya bisa memerintah dan mengedit tulisan mereka.
Sehingga, waktu itu pola pikirku berubah, aku menyuruh mereka, aku juga melakukannya. Untuk melakukannya, kumulai dari hal-hal terkecil semisal mengirim sms pembaca yang berisi motivasi kepada sejumlah media, surat pembaca, opini dan lain sebagainya.
Alhamdulillah, dari berbagai jenis ragam tulisan pernah kujajal untuk menuliskannya. Dari itu, aku makin dikenal oleh teman-teman. Sekarang, aku dikenal karena menulis. Dikenal oleh teman sesama penulis maupun teman kuliah, teman sekolah dll.
Dari menulis banyak yang kudapat. Menulis bukan hanya untuk mencari finansial. Sebab setiap jenis tulisan tidak mesti dihargai dengan rupiah. Menulis merupakan bagian dari pendokumentasian sejarah. Apapun yang kutulis hari beberapa tahun yang akan datang niscaya abadi. Semoga! (sm)
Awalnya, aku memilih program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) tetapi karena rata-rata pilihan teman adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) akhirnya aku memilih prodi yang sama layaknya mayoritas teman. Karena sudah kuputuskan memilih prodi PAI, ya kujalani saja.
Selama kuliah, aku tidak seperti mahasiswa lain. Tidak termasuk golongan mahasiswa yang aktif. Mahasiswa pasif. Selain kuliah, beberapa kegiatan kampus yang sempat kuikuti yakni organisasi ekstra kampus bidang pergerakan, organisasi mahasiswa daerah (Orda), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Arab dan Bahasa Inggris tingkat Fakultas maupun Universitas.
Dalam organisasi pergerakan, aku hanya ikut dalam beberapa bulan. Hanya mengikuti taaruf (pengenalan organisasi). Selepas itu tidak aktif. Imbas dari ketidakaktifan itu adalah dicuekin. Meski kita saling mengenal tetapi ketika ketemu, “mereka” tidak mau menyapa. Meski demikian, aku tidak merasa benci dengan mereka. Aku biasa-biasa saja.
Sedangkan UKM bidang kebahasaan kugeluti selama setahun. Lumayan, sudah mengikuti pertemuan rutin, studi banding ke kampus lain hingga pergantian pengurus.
Sementara, untuk orda memang kuikuti dengan sungguh-sungguh. Karena yang ikut dalam orda adalah teman-teman satu daerah sehingga membuat aku enjoy. Setiap even yang diadakan oleh orda tidak pernah kulewatkan. Hingga, suatu ketika Orda mengadakan pelatihan jurnalistik untuk pelajar SMA tingkat Kabupaten.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan diikuti oleh perwakilan SMA se-Kabupaten dan ditempuh selama dua hari. Oleh ketua Orda, setelah kegiatan itu, ada keinginan untuk menindaklanjuti. Keputusan tersebut disepakati. Terbentuklah tiga wilayah. Dari tiga wilayah yang ada hanya satu, masih bertahan. Yakni wilayah yang ikut kudampingi.
Wilayah yang kudampingi, posisiku sebenarnya hanya sebagai pendamping. Karena bekalku dalam hal jurnalistik masih nol. Lambat laun karena alasan kesibukan para fasilitator yang ditugasi hilang satu persatu. Tinggal aku saja.
Karena kondisi itu, aku pun bingung. Kalau tidak didampingi lagi secara otomatis kegiatan follow up akan berakhir. Kalau dilanjutkan, aku mesti belajar dulu. Akhirnya, aku memutuskan untuk melanjutkan. Waktu itu, aku belajar jurnalistik kepada teman-teman yang aktif dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dan Surat Kabar Mahasiswa (SKM). Setelah belajar dengan mereka langsung kutularkan kepada anak-anak saben minggu sekali. Begitu dan seterusnya.
Pendampingan
Dari pendampingan intens yang kulakukan, hasil yang telah ditorehkan adalah membuat buletin. Buletin bulanan. Oleh ketua Orda, ia mengusahakan kepada pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) meminta cetakan gratis dalam setiap penerbitan. Lobi pun disepakati.
Dalam beberapa bulan Pemkab memberikan cetakan gratis. Akan tetapi, itu hanya berjalan beberapa bulan saja. Setelah itu, Pemkab menghentikan memberikan bantuan cetakan dengan alasan menjelang Pilkada (Pemilihan Kepada Daerah). Setelah itu, untuk cetak ku back-up dengan duitku sendiri. Sebulan seratus ribu.
Dari perjalanan mendampingi pelajar SMA banyak hal yang kudapat. Diantaranya, secara tidak langsung aku telah belajar dunia tulis-menulis. Disamping itu, dari tugas-tugas yang kuberikan kepada anak-anak menjadikan aku mendapatkan panggilan untuk menulis. Seruan itu datang tatkala aku sering memerintah mereka untuk menulis sementara aku tidak melakukannya. Aku hanya bisa memerintah dan mengedit tulisan mereka.
Sehingga, waktu itu pola pikirku berubah, aku menyuruh mereka, aku juga melakukannya. Untuk melakukannya, kumulai dari hal-hal terkecil semisal mengirim sms pembaca yang berisi motivasi kepada sejumlah media, surat pembaca, opini dan lain sebagainya.
Alhamdulillah, dari berbagai jenis ragam tulisan pernah kujajal untuk menuliskannya. Dari itu, aku makin dikenal oleh teman-teman. Sekarang, aku dikenal karena menulis. Dikenal oleh teman sesama penulis maupun teman kuliah, teman sekolah dll.
Dari menulis banyak yang kudapat. Menulis bukan hanya untuk mencari finansial. Sebab setiap jenis tulisan tidak mesti dihargai dengan rupiah. Menulis merupakan bagian dari pendokumentasian sejarah. Apapun yang kutulis hari beberapa tahun yang akan datang niscaya abadi. Semoga! (sm)
ConversionConversion EmoticonEmoticon