Untuk menggapai sarjana Strata Satu (S.1) mesti aku tempuh dalam tujuh tahun. Sungguh masa yang lama. Padahal saat itu, teman-temanku seangkatan semester 8 dan 9 sudah banyak yang lulus. Sedangkan aku masih ada kuliah yang perlu diselesaikan.
Kecuali skripsi, seluruh mata kuliah, Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) baru selesai semester 10.
Selepas itu, aku tidak lantas membuat skripsi lantaran ketakutan-ketakutanku pada dosen. Ketakutan-ketakutan itu muncul dari omongan-omongan kakak kelas yang menyatakan membuat skripsi itu susah. Susah ketika ketemu dengan dosen pembimbing. Karena mereka rata-rata sibuk. Kalau lagi sibuk mereka tidak mau diganggu. Apalagi ditambah saat ujian Komprehensif dan Munaqosah banyak mahasiswa yang dibantai. Adapula dengan pembantaian itu ada mahasiswa yang tidak diluluskan dan harus mengulang ujian lagi.
Ketakutan-ketakutan itu muncul sehingga sejak semester 10-13 aku belum membuat skripsi sama sekali. Apalagi aku termasuk kategori mahasiswa yang pasif. Jujur saja selama kuliah jarang bertanya dan jarang berkomentar. Pada saat perkuliahan ya hanya mendengarkan dosen kadang paham kadangkala juga belum mudeng. Karena kepasifan itu, aku pun tidak mengenal banyak dosen. Paling aku hanya ngerti namanya tetapi tidak akrab dengan mereka.
Meski demikian, banyak teman yang mendorongku untuk segera membuat skripsi dan segera lulus. Dorongan-dorongan itu dilontarkan baik dari adik kelas, teman seangkatan maupun teman-teman yang sudah lulus mendahului. Tetapi ketakutanku pada skripsi dan dosen tidak hilang-hilang juga.
Satu persatu teman se-kos lulus. Setelah lulus mereka juga langsung kembali ke kampung halamannya. Karena sudah semester udzur teman seangkatanku sudah banyak yang lulus. Ketika mereka bertanya tentang skripsi aku hanya menjawab masih ada waktu. Padahal semestinya aku fobia (takut) dengan dosen.
Ajukan Judul
Karena sudah banyak dorongan dan masukan dari banyak teman akhirnya pada semester 14 aku mengajukan judul skripsi. Tinggal setengah semester lagi. Waktu itu aku juga masih ketakutan. Tetapi karena diakhir studi ketakutanku campur-campur dengan keberanian. Fifty-fifty. Untuk mengajukan judul aku juga mengajak teman yang mendampingi.
Langkah pertama aku ketemu dengan Sekretaris Jurusan Program Studi (Sekjur Prodi). Judul pertama yang kuajukan ditolak karena sudah pernah ada. Pertama kali ketemu dengan Sekjur sementara ajuanku ditolak. Mulai saat itu aku semakin semangat mengajukan judul lagi sampai diterima dan di ACC.
Untuk pengajuan judul yang berikutnya aku langsung membawa tiga judul. Jika satu judul masih ditolak ada kemungkinan dua judul yang lain diterima. Akhirnya, judulku disetujui oleh Sekjur. Tetapi hal itu belum rampung karena harus ketemu Ketua Jurusan (Kajur).
Saat ketemu dengan Kajur karena terbilang cukup galak beliau menanyakan ini dan itu. Apalagi saat menanyakan semester, beliau tidak memberikan semangat sebaliknya malah mematahkan semangat. “Apa bisa anda merampungkan skripsi dalam waktu beberapa bulan?” tanyanya. Lantas aku menjawab,”InsyaAllah bisa.” Dengan jawaban itu beliau kemudian memintaku segera menyelesaikan tugas akhir tersebut dengan sungguh-sungguh. Setelah di ACC aku diberikan dosen pembimbing perempuan semua. Pembimbing 1 dosen biasa, pembimbing 2 Pembantu Dekan III.
Proposal, Bab I, II, III, IV dan V kulalui dengan penuh lika-liku. Ketemu dengan pembimbing 1 Alhamdulillah lancar-lancar saja. Ketemu bisa langsung di ACC apalagi aku bilang kepada beliau sudah semester paling akhir. Beliau lantas memberikan keringanan. Tetapi ketika ketemu dengan pembimbing 2 saat memberikan naskah ditinggal dulu dan di ambil seminggu sekali. Sehingga hal itu memperlambat proses. Meski demikian aku tetap menganut keputusan itu.
Rampung sampai Bab II aku mendaftar Ujian Komprehensif. Karena pembimbing 1 dan 2 beda caranya untuk menyetujui naskah aku pun telat mendaftar. Telat satu Minggu. Ketemu dengan staf Kajur aku dimarahi. Karena memang pengen lulus, marah-marah harus kuterima. Itu termasuk salahku sendiri. Meskipun sesungguhnya aku telat mendaftar lantaran belum di ACC pembimbing karena kesibukannya dan tidak bisa diganggu.
Pada saat Ujian Komprehensif dibantai dosen itu sudah biasa. Begitu pula denganku. Aku pun menerima hal itu. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan penguji 1, 2, ketua dan sekretaris aku jawab dengan sebisanya. Kalo tidak bisa ya bilang tidak bisa. Begitu kode etik yang ada. Daripada membantah dosen yang imbasnya akan berakibat fatal. Alhamdulillah sidang Komprehensif telah kulalui meski hanya dengan nilai C+.
Sarjana
Kulanjutkan skripsi untuk menyelesaikan Bab III, IV dan V karena waktu sudah semakin mepet. Rintangan dan lika-liku juga sama. Meski naskah dan penelitian di lapangan sudah usai tetapi susah banget untuk ketemu dengan dosen. Walaupun ketemu juga tidak lantas disetujui. Padahal teman-teman seperjuangan sudah pada di ACC.
Meski demikian aku tetap bersabar sesuai dengan ketentuan dosen pembimbing. Tetapi kesabaranku malah mendapatkan marah-marah dari staf Kajur karena deadline pendaftaran Munoqosah segera ditutup. Tetapi aku belum juga mendapatkan ACC dari kedua pembimbing. Di telpon plus dimarahi barangkali sudah biasa. Kalau pada saat Kompre aku telah seminggu, saat Munaqosah malah telat dua minggu.
Akhirnya setelah daftar Munaqosah aku bisa ujian. Karena aku paling telat daftar, ujianku juga paling akhir sendiri. Tidak berbeda dengan ujian Kompre saat Munaqosah aku juga dibantai oleh dua penguji. Setelah melalui ujian itu alhasil aku mendapatkan nilai B. Alhamdulillah.
Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada semua teman yang telah men-support-ku untuk menyelesaikan studi S.1. Sehingga melalui proses panjang itu akhirnya aku bisa menggapai sarjana. (sm)
Selepas itu, aku tidak lantas membuat skripsi lantaran ketakutan-ketakutanku pada dosen. Ketakutan-ketakutan itu muncul dari omongan-omongan kakak kelas yang menyatakan membuat skripsi itu susah. Susah ketika ketemu dengan dosen pembimbing. Karena mereka rata-rata sibuk. Kalau lagi sibuk mereka tidak mau diganggu. Apalagi ditambah saat ujian Komprehensif dan Munaqosah banyak mahasiswa yang dibantai. Adapula dengan pembantaian itu ada mahasiswa yang tidak diluluskan dan harus mengulang ujian lagi.
Ketakutan-ketakutan itu muncul sehingga sejak semester 10-13 aku belum membuat skripsi sama sekali. Apalagi aku termasuk kategori mahasiswa yang pasif. Jujur saja selama kuliah jarang bertanya dan jarang berkomentar. Pada saat perkuliahan ya hanya mendengarkan dosen kadang paham kadangkala juga belum mudeng. Karena kepasifan itu, aku pun tidak mengenal banyak dosen. Paling aku hanya ngerti namanya tetapi tidak akrab dengan mereka.
Meski demikian, banyak teman yang mendorongku untuk segera membuat skripsi dan segera lulus. Dorongan-dorongan itu dilontarkan baik dari adik kelas, teman seangkatan maupun teman-teman yang sudah lulus mendahului. Tetapi ketakutanku pada skripsi dan dosen tidak hilang-hilang juga.
Satu persatu teman se-kos lulus. Setelah lulus mereka juga langsung kembali ke kampung halamannya. Karena sudah semester udzur teman seangkatanku sudah banyak yang lulus. Ketika mereka bertanya tentang skripsi aku hanya menjawab masih ada waktu. Padahal semestinya aku fobia (takut) dengan dosen.
Ajukan Judul
Karena sudah banyak dorongan dan masukan dari banyak teman akhirnya pada semester 14 aku mengajukan judul skripsi. Tinggal setengah semester lagi. Waktu itu aku juga masih ketakutan. Tetapi karena diakhir studi ketakutanku campur-campur dengan keberanian. Fifty-fifty. Untuk mengajukan judul aku juga mengajak teman yang mendampingi.
Langkah pertama aku ketemu dengan Sekretaris Jurusan Program Studi (Sekjur Prodi). Judul pertama yang kuajukan ditolak karena sudah pernah ada. Pertama kali ketemu dengan Sekjur sementara ajuanku ditolak. Mulai saat itu aku semakin semangat mengajukan judul lagi sampai diterima dan di ACC.
Untuk pengajuan judul yang berikutnya aku langsung membawa tiga judul. Jika satu judul masih ditolak ada kemungkinan dua judul yang lain diterima. Akhirnya, judulku disetujui oleh Sekjur. Tetapi hal itu belum rampung karena harus ketemu Ketua Jurusan (Kajur).
Saat ketemu dengan Kajur karena terbilang cukup galak beliau menanyakan ini dan itu. Apalagi saat menanyakan semester, beliau tidak memberikan semangat sebaliknya malah mematahkan semangat. “Apa bisa anda merampungkan skripsi dalam waktu beberapa bulan?” tanyanya. Lantas aku menjawab,”InsyaAllah bisa.” Dengan jawaban itu beliau kemudian memintaku segera menyelesaikan tugas akhir tersebut dengan sungguh-sungguh. Setelah di ACC aku diberikan dosen pembimbing perempuan semua. Pembimbing 1 dosen biasa, pembimbing 2 Pembantu Dekan III.
Proposal, Bab I, II, III, IV dan V kulalui dengan penuh lika-liku. Ketemu dengan pembimbing 1 Alhamdulillah lancar-lancar saja. Ketemu bisa langsung di ACC apalagi aku bilang kepada beliau sudah semester paling akhir. Beliau lantas memberikan keringanan. Tetapi ketika ketemu dengan pembimbing 2 saat memberikan naskah ditinggal dulu dan di ambil seminggu sekali. Sehingga hal itu memperlambat proses. Meski demikian aku tetap menganut keputusan itu.
Rampung sampai Bab II aku mendaftar Ujian Komprehensif. Karena pembimbing 1 dan 2 beda caranya untuk menyetujui naskah aku pun telat mendaftar. Telat satu Minggu. Ketemu dengan staf Kajur aku dimarahi. Karena memang pengen lulus, marah-marah harus kuterima. Itu termasuk salahku sendiri. Meskipun sesungguhnya aku telat mendaftar lantaran belum di ACC pembimbing karena kesibukannya dan tidak bisa diganggu.
Pada saat Ujian Komprehensif dibantai dosen itu sudah biasa. Begitu pula denganku. Aku pun menerima hal itu. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan penguji 1, 2, ketua dan sekretaris aku jawab dengan sebisanya. Kalo tidak bisa ya bilang tidak bisa. Begitu kode etik yang ada. Daripada membantah dosen yang imbasnya akan berakibat fatal. Alhamdulillah sidang Komprehensif telah kulalui meski hanya dengan nilai C+.
Sarjana
Kulanjutkan skripsi untuk menyelesaikan Bab III, IV dan V karena waktu sudah semakin mepet. Rintangan dan lika-liku juga sama. Meski naskah dan penelitian di lapangan sudah usai tetapi susah banget untuk ketemu dengan dosen. Walaupun ketemu juga tidak lantas disetujui. Padahal teman-teman seperjuangan sudah pada di ACC.
Meski demikian aku tetap bersabar sesuai dengan ketentuan dosen pembimbing. Tetapi kesabaranku malah mendapatkan marah-marah dari staf Kajur karena deadline pendaftaran Munoqosah segera ditutup. Tetapi aku belum juga mendapatkan ACC dari kedua pembimbing. Di telpon plus dimarahi barangkali sudah biasa. Kalau pada saat Kompre aku telah seminggu, saat Munaqosah malah telat dua minggu.
Akhirnya setelah daftar Munaqosah aku bisa ujian. Karena aku paling telat daftar, ujianku juga paling akhir sendiri. Tidak berbeda dengan ujian Kompre saat Munaqosah aku juga dibantai oleh dua penguji. Setelah melalui ujian itu alhasil aku mendapatkan nilai B. Alhamdulillah.
Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada semua teman yang telah men-support-ku untuk menyelesaikan studi S.1. Sehingga melalui proses panjang itu akhirnya aku bisa menggapai sarjana. (sm)
Dipublikasikan : Sabili No.09 Th.XIX 2 Februari 2012
ConversionConversion EmoticonEmoticon