DI kabupaten Jepara, Jawa Tengah terdapat makanan yang telah populer sejak era gerakan tiga puluh September atau biasa disebut dengan “Gestapu”. Makanan yang pernah tenar pada masa Partai Komunis Indonesia (PKI) itu merupakan salah satu kekayaan kuliner yang dimiliki oleh kota kelahiran R.A Kartini.
Ya, makanan itu horog-horog namanya. Horog-horog merupakan sejenis nasi hasil olahan dari bahan tepung aren. Cara pembuatannya memang lumayan rumit dan memakan waktu yang cukup lama yakni hingga dua hari dua malam.
Diawali dengan pencucian tepung aren, pengeringan dibantu dengan taburan abu diatas adonan, pengerukan kemudian digoreng tanpa minyak. Selanjutnya, proses berikutnya merupakan pengulangan dari proses yang telah dilakukan sebelumnya. Pengulangan yang dilakukan selama dua kali pengukusan itu agar hasilnya terasa kenyal jika dimakan. Agar hasilnya terasa lebih lezat hanya cukup ditambahkan garam secukupnya.
Ikhlas
Kemampuan yang dimiliki oleh pembuat horog-horog belum tentu bisa menghasilkan produk yang enak dinikmati. Sebab, lezat atau tidaknya hasil bergantung pada hati yang membuat. Keikhlasan hati pembuat horog-horog sangat menentukan kualitas produk sementara jika si pembuat sedang kesal atau marah maka produknya menjadi gagal.
Selain itu, pembuat juga harus bersih diri. Pembuat horog-horog hendaknya bersih secara fisik, khususnya tangan. Jika tangan masih menyisakan bau amis dan memaksakan untuk mengolahnya maka hasilnya akan cepat membusuk.
Kini, makanan yang bentuknya seperti busa steorofom yang kenyal dengan rasanya sedikit asin itu makin lama makin langka. Meski langka tetapi masih mudah untuk mendapatkannya. Jika anda adalah pelaku wisata kuliner mesti mencobanya. Sebab makanan itu di jual di pasar juga di warung.
Dengan mengeluarkan duit Rp.5.000 anda bisa mendapatkannya dengan wadah besar. Untuk ukuran yang kecil cukup dengan Rp.3.000. Adapula yang dibungkus dengan daun jati maupun dengan daun pisang dengan harga Rp.500 hingga Rp.1.000. Horog-horog enak dimakan dengan sambal pedas dicampur dengan kecap maupun saus. Enak juga jika dicampur dengan bakso maupun gado-gado. Selamat mencoba. (Syaiful Mustaqim)
Ya, makanan itu horog-horog namanya. Horog-horog merupakan sejenis nasi hasil olahan dari bahan tepung aren. Cara pembuatannya memang lumayan rumit dan memakan waktu yang cukup lama yakni hingga dua hari dua malam.
Diawali dengan pencucian tepung aren, pengeringan dibantu dengan taburan abu diatas adonan, pengerukan kemudian digoreng tanpa minyak. Selanjutnya, proses berikutnya merupakan pengulangan dari proses yang telah dilakukan sebelumnya. Pengulangan yang dilakukan selama dua kali pengukusan itu agar hasilnya terasa kenyal jika dimakan. Agar hasilnya terasa lebih lezat hanya cukup ditambahkan garam secukupnya.
Ikhlas
Kemampuan yang dimiliki oleh pembuat horog-horog belum tentu bisa menghasilkan produk yang enak dinikmati. Sebab, lezat atau tidaknya hasil bergantung pada hati yang membuat. Keikhlasan hati pembuat horog-horog sangat menentukan kualitas produk sementara jika si pembuat sedang kesal atau marah maka produknya menjadi gagal.
Selain itu, pembuat juga harus bersih diri. Pembuat horog-horog hendaknya bersih secara fisik, khususnya tangan. Jika tangan masih menyisakan bau amis dan memaksakan untuk mengolahnya maka hasilnya akan cepat membusuk.
Kini, makanan yang bentuknya seperti busa steorofom yang kenyal dengan rasanya sedikit asin itu makin lama makin langka. Meski langka tetapi masih mudah untuk mendapatkannya. Jika anda adalah pelaku wisata kuliner mesti mencobanya. Sebab makanan itu di jual di pasar juga di warung.
Dengan mengeluarkan duit Rp.5.000 anda bisa mendapatkannya dengan wadah besar. Untuk ukuran yang kecil cukup dengan Rp.3.000. Adapula yang dibungkus dengan daun jati maupun dengan daun pisang dengan harga Rp.500 hingga Rp.1.000. Horog-horog enak dimakan dengan sambal pedas dicampur dengan kecap maupun saus. Enak juga jika dicampur dengan bakso maupun gado-gado. Selamat mencoba. (Syaiful Mustaqim)
6 komentar
Click here for komentarboleh minta cara membuat horo-horog yang lebih detail lengkp sama gambar proses pembuatannya?
Replydatang aja ke jepara nbak...
Replyceritanya mau buat apa gimana nie?
Replyusul ditampung kang bos
Replymakanan pas aku masih sd, harga 300 Rupiah per posi pas aku masih sd...hehehhe
Replysekarang masih ada ga yah ?
masih ada.
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon