Prestasi Perdanaku

https://smpn2garut.sch.id
DELAPAN kali lomba penulisan kuikuti, mulai cerpen anak, artikel, reportase hingga resensi belum sekalipun membuahkan hasil. Setiap dari perlomaan, aku pulang dengan tangan hampa. Aku tak memboyong piala juara.

Aku dan sekolahanku harus mengakui keunggulan peserta dari sekolah-sekolah ternama dan yang terbilang favorit. Maklum, tempat kumenuntut ilmu dipelosok pedesaan. Sarana prasarana gedung sekolah masih sangat minim, apalagi fasilitas teknologi seperti internet. Berbeda dengan siswa sekolah lain yang kerap memenangi lomba, kebutuhan informasi melalui dunia maya sudah terpenuhi, sarana serta prasarana sekolah juga komplet.

Kondisi sekolah serba minim itu tak menyurutkan semangat bu Hanna, pembina bidang tulis-menulis di sekolahku. Bagiku, bu Hanna adalah guru yang luar biasa. Dua tahun duduk dibangku sekolah menengah pertama, dia yang mengajariku mengenal dunia kepenulisan. Ketertarikanku mengikuti ekstra jurnalistik berawal ketika pertama melihat sosoknya yang anggun. Bu Hanna selalu berbusana muslimah dan ramah terhadap siapapun, utamanya pada anak-anak.

Meski hanya menuntaskan sekolah menengah atas, bu Hanna memiliki semangat belajar tinggi. Ilmu tulis-menulis dia raihnya saat masih SMA. Waktu itu dia bergabung dengan ekstrakulikuler jurnalistik. Selanjutnya kemampuan jurnalistik diasahnya secara otodidak. Setiap libur sekolah, Bu Hanna memanfaatkan berkunjung ke perpustakaan daerah. Buku-buku jurnalistik menjadi tujuan utama ke perpus. Dicatatnya hal-hal penting yang dibacanya di lembaran buku hariannya. Dia juga memiliki kebiasaan unik, membeli bacaan bekas dari tukang loak, lalu menglipingnya. Pengalaman menarik itulah yang membuatku juga ingin berkecimpung di dunia jurnalistik.

Saking aktifnya, aku dipercaya menjadi ketua dan menjadi pemimpin majalah dinding yang terbit setiap dua bulan. Setiap ada lomba penulisan, sekolah menunjuk aku untuk ikut.

Putus asa serta frustasi selalu menghinggapiku tatkala gagal dalam perlombaan. Namun kehadiran bu Hanna yang selalu memotivasiku. “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.” Itulah ungkapan darinya yang tertanam dibenakku.
***

Minggu besok aku ditunjuk kembali dalam lomba penulisan. Lomba kali ini diadakan perpustakaan kabupaten. Selama dua minggu berjalan bu Hanna mengajariku materi yang akan dilombakan. Selain belajar teori juga praktik langsung. Terhitung sudah empat kali aku membuat sinopsis dari buku-buku perpus sekolah. Namanya juga latihan, bu Hanna selalu memberikan koreksi berupa kritik, saran serta komentar di setiap karyaku.

Hari ini, latihan terakhir kalinya. Saat itu, dia memberi tips dan trik. “Cara membuat ringkasan buku: baca serta pahami judul buku. Lalu hayati ringkasan yang ada dibelakang. Kemudian, baca dan pahami bab yang berkaitan dengan judul,” terang bu Hanna. Kutulis penjelasan itu di buku catatan dan kuingat-ingat hal-hal penting yang disampaikannya. “Judul sinopsis harus berbeda dengan judul buku. Meski berbeda, tetap ada kemiripan maksud,” kata bu Hanna.

Pada latihan kali terakhir bu Hanna berpesan, “Lakukan yang terbaik untuk besok dan harumkan nama sekolah ini!”
***
Hari ini, ke sembilan kalinya aku mengikuti lomba. Seperti biasa sekolah-sekolah ternama dan terbilang favorit turut serta memeriahkan. Setelah kudapat selembar kertas putih dan buku materi lomba, aku bergegas mengerjakan soal. Sesuai ilmu bu Hanna sat latihan, sinopsis bisa kurampungkan sebelum waktu lomba berakhir. Kukumpulkan kertas isian beserta buku kepada panitia.

Senin pagi, seperti biasa semua siswa mengikuti upacara bendera. Selain itu, karyawan dan dewan guru juga mengikuti upacara rutin itu. Pak Romdhon, kepala sekolah yang bertindak sebagai inspektur upacara menyampaikan sambutan serta kabar baik tentang hasil lomba. Tepuk tangan membahana setelah bapak kepala sekolah mengabarkan sinopsisku menjadi juara pertama.

Namaku disebut untuk maju kedepan. Bu Hanna didampingi pak Romdhon menyerahkan piala, bingkisan, serta uang pembinaan kepadaku. Tepuk tangan peserta upacara kembali membahana. Hari itu adalah prestasi pertama yang kuraih. Prestasi yang kutorehkan berkat jasa besar sosok kebanggaanku, bu Hanna. (sm)

Dipublikasikan : Suara Merdeka, 21 Februari 2010
Previous
Next Post »