![]() |
Tari kridhajati. (foto: wisataasia.com) |
Sumber: Suara Merdeka, 24 Agustus 2009
KRIDHAJATI merupakan tarian khas asal kota ukir Jepara. Tarian yang bisa dipraktikkan satu orang, berkelompok maupun secara massal ini menggambarkan masyarakat Jepara yang adiluhung dalam berkarya seni. Jenis seni yang dimaksud adalah ukir (salah satu kerajinannya) yang mampu tersohor hingga ke manca negara.
Jika memperhatikan geraknya, tarian ini jelas menggambarkan proses kinerja kerajinan ukir. Mulai dari pencarian kayu di hutan, menggambar obyek di kayu, menatah, hingga diplitur dengan warna-warni yang memukau dan dikemas. Setelah tahap itulah, ukiran yang telah jadi kemudian dipasarkan.
Boleh dikata, pemrakarsa dan pencipta tarian ini tentunya terinspirasi oleh kerajinan ukir. Kerajinan ukir yang pada saat itu mengalami masa kejayaan. Setelah itu dituangkanlah dalam bentuk sebuah tarian tradisional yang disebut kridhajati.
Sayangnya, tarian yang menggambarkan identitas Jepara sebagai kota ukir ini kini hampir tiada bersamaan dengan semakin memudarkan pesona ukir Jepara. Hal itu terlihat, banyak pengrajin ukir yang harus rela gulung tikar dan berganti ke profesi lain atau sementara menjadi pengangguran. Tentunya, dikarenakan mahal dan susahnya mencari bahan baku yang berkualitas tinggi. Apalagi, diperparah dengan penjaharan kayu dimana-mana dengan bebasnya tanpa memedulikan proses reboisasi (penanaman kembali).
Tarian Kridhajati bagi penulis, tidak boleh dibiarkan hilang ditelan bumi begitu saja. Akan tetapi perlu diselamatkan eksistensinya. Sehingga, ada beberapa hal harus segera dilakukan. Pertama, pemerintah kabupaten melalui dinas yang terkait menyosialisasikan tari kridhajati kepada seluruh elemen masyarakat. Misalnya, menyuguhkan tarian ini pada kegiatan-kegiatan resmi yang diselenggarakan oleh pemkab maupun dengan aktivitas yang lain.
Kedua, keterlibatan pegiat kesenian. Meski, ada beberapa sekolah yang telah mempelajari dan mempraktikkan tarian ini tidak ada salahnya para pegiat seni berpartisipasi aktif dalam pencarian regenerasi (bibit unggul). Semisal, dilakukan di sekolah maupun kampus dengan memasukkan tarian ini kedalam kegiatan berkesenian.
Ketiga, perlu diadakannya festival tarian tradisional. Meski dilakukan setahun sekali, tarian ini pun layak untuk dijadikan ajang kompetisi. Hal ini dilakukan, untuk memberikan apresiasi kepada para pengagum tarian ini. Para pekerja seni ataupun pemkab melalui dinas terkaitnya menggelar festival tarian kridhajati antar pelajar, mahasiswa maupun kalangan yang lain.
Tentu, perlu kerjasama semua pihak dalam rangka menyelamatkan eksistensi tarian kridhjati, bukan hanya dari satu kalangan saja. Semua pihak mulai pemerintah kabupaten, pegiat seni maupun mereka yang peduli kepada tarian tradisional ini berpartisipasi aktif nguri-nguri tarian yang hampir punah ini. Begitu. (Syaiful Mustaqim)
ConversionConversion EmoticonEmoticon