![]() |
Perpusdes Pecangaan Kulon, Jepara. (arsip.murianews.com) |
BERDASARKAN keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No. 43/ 2007 warga masyarakat berhak mengenyam layanan perpustakaan desa. Mudahnya, setiap desa sesuai dengan keputusan tersebut terdapat perpustakaan desa. Hal itu dipertegas, tahun 2011 mendatang perpustakaan sudah menyeluruh di setiap desa.
Perpustakaan desa atau apapun namanya: taman baca, pondok baca, ruang baca, dan taman pintar merupakan perpustakaan mini yang dikelola oleh kelompok (komunitas) maupun perorangan. Tujuannya adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui budaya baca. Diharapkan pasca berdirinya perpustakaan, masyarakat yang dulunya enggan membaca, sedikit demi sedikit mulai gemar membaca.
Mendirikan perpusdes barangkali bukanlah yang sulit. Hanya berbekal beberapa gelintir orang yang peduli, perpustakaan desa sudah bisa didirikan. Namun, ada problem yang senantiasa menghadang. Yakni: masih sulitnya mencari bantuan buku hingga menjaga eksistensi perpustakaan tersebut.
Hal inilah yang penulis alami manakala meminta bantuan kepada perpustakaan daerah. Berbicara respon, barangkali pihak perpusda merespon dengan baik. Namun dalam hal bantuan, harus menunggu setengah tahun, baru bantuan buku diberikan. Menanti jangka setengah tahun sama artinya mengendorkan syahwat membaca masyarakat yang sudah menggebu-gebu.
Sehingga, cara lain yang saya lakukan, memohon bantuan kepada penerbit, maupun dermawan yang peduli untuk melengkapi referensi yang masih minim.
Perpustakaan Desa Multifungsi
Menjaga eksistensi perpustakaan desa lebih susah daripada hanya sekedar mendirikan. Sebab, masyarakat desa boleh dikata adalah masyarakat multi (berbagai) kalangan. Sehingga, pasang surut perpusdes sudah pasti ada. Maka, tidak ada salahnya jika perpusdes dijadikan laboratorium multifungsi.
Lab multifungsi merupakan tempat atau ruang yang berfungsi selain sebagai tempat untuk membaca juga bisa dimanfaatkan untuk pusat kegiatan yang lain. Semisal: tempat diskusi, seminar, bedah buku dan berbagai kegiatan lomba. Bisa juga pusat pendidikan dan pelatihan bagi pelajar, sebagai contoh: diklat jurnalistik, kepemimpinan, kursus bahasa serta pusat ketrampilan desa sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, menjahit, budidaya lele, kerajinan monel, konveksi, rotan dan lain sebagainya. Sehingga keberadaan perpusdes bukan hanya sebagai tempat membaca an-sich akan tetapi semua kegiatan masyarakat terdapat di perpustakaan desa.
Jika pemerintah pusat tahun 2011 berencana mencanangkan membumikan perpustakaan desa maka, pihak perpustakaan daerah seharusnya lebih getol menyosialiasikan pentingnya perpustakaan desa kepada masyarakat mulai sekarang. Sebab, menurut yang penulis amati keberadaan perpustakaan desa atau apa pun namanya di Jepara masih jarang ditemukan.
Selain itu, dalam hal pemberian bantuan selayaknya tidak terlalu menunggu lama. Sebab, jika harus menunggu lama barangkali spirit membaca yang sudah menggebu-gebu akan berhenti ditengah jalan. Dengan kehadiran perpustakaan desa, diharapkan masyarakat semakin gemaran membaca. Semoga! [Syaiful Mustaqim]
ConversionConversion EmoticonEmoticon