Seni Bersikap Bodo Amat ala Mark Manson

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.
Judul : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Alih bahasa : F. Wicakso
Penerbit : Grasindo (PT Gramedia Widiasarana Indonesia)
Terbit : Maret, 2019
Cetakan : XXII
Tebal : 246 halaman
ISBN : 978-602-452-698-6

Buku berjudul “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat” ini ditulis oleh Mark Manson seorang blogger kenamaan yang tinggal New York. Buku berjudul asli The Subtle Art of Not Giving a Fuck ini merupakan karya pertama Mark.

Dalam buku yang diterbitkan Grasindo ini diawali dari cerita Charles Bukowski. Seorang pecandu alkohol, senang main perempuan, pejudi, kasar, kikir, dan tukang utang. Namun sisi lain darinya adalah seorang penyair.

Ada yang unik dari Bukowski. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Karya-karyanya ditolak majalah, surat kabar, jurnal, agen, dan penerbit yang pernah dihubunginya. Menurut mereka (para redaksi media) tulisan Bukowski hancur, kasar, menjijikkan, dan tidak bermoral. Karena cita-citanya sebagai penulis tak kunjung terkabul ia menjadi depresi kemudian dilampiaskan dengan alkohol.

Perlu diketahui Bukowski adalah pekerja di sebuah kantor pos sebagai penyortir surat. Meski gaji bekerjanya dibilang pas-pasan namun uang hasil keringatnya itu dihabiskan untuk mengonsumsi minuman keras. Sisanya untuk berjudi di pacuan kuda. Di sela-sela mengonsumsi miras dan sejenisnya itu dirinya kadang-kadang masih menyempatkan merampungkan karya puisinya di mesin ketik usang yang dimilikinya.

Tiga puluh tahun hidup Bukowski tanpa arti. Saat dirinya berusia 50 tahun seorang editor di sebuah penerbitan independen menaruh minat pada dirinya. Si editor independen itu tidak menawarinya segepok uang dan penjualan buku yang menjanjikan. Dia diberikan satu kesempatan. Setelah menandatangani kontrak Bukowski menulis novel perdana berjudul Post Office. Setelah itu dia menerbitkan 6 novel dan ratusan puisi, menjual lebih dari 2 juta kopi. Popularitasnya melampaui harapan setiap orang terutama ekspetasinya sendiri.

Kisah Bukowski adalah sebuah kisah inspiratif. Kehidupan Bukowski mewakili perjalanan Mimpi Amerika, seorang pria yang berjuang atas apa yang diinginkannya, pantang menyerah, dan pada akhirnya meraih mimpinya.

Kisah di atas adalah cerita di balik kesuksesan Bukowski yang sesungguhnya dia “nyaman” dengan cerminan dirinya yang dianggap sebagai sebuah kegagalan. Bukowski sama sekali masa bodoh dengan kesuksesan. Setelah dia menjadi terkenal saja, dia masih muncul dalam pembacaan puisi, mendamprat, dan mencibir audiennya dengan kasar. Menjadi sukses dan terkenal tidak mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Dan ia menjadi terkenal dan sukses bukan karena perubahannya menjadi orang yang lebih baik.

Dalam buku setebal 246 halaman ini Mark Manson menjelaskan tentang Seni Masa Bodoh. Pertama, masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh. Masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Orang yang acuh tak acuh adalah mereka yang lemah dan ciut hatinya. Orang yang acuh tak acuh sering berusaha untuk bersikap masa bodoh karena dalam kenyataannya mereka terlalu rewel terhadap segala sesuatu. (hlm. 16)

Kedua, untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting. Menemukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupan menjadi cara yang paling produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga. Dengan tidak menemukan sesuatu yang penuh arti akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan sembrono. (hlm.21)

Ketiga, selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. Orang-orang tidak dilahirkan dalam keadaan tanpa kepedulian. Karena kita dilahirkan untuk risau kepada banyak hal. (hlm.21)

Buku ini kali pertama terbit dalam bahasa Indonesia pada Februari 2018 silam. Hingga tahun 2019 buku sudah diterbitkan 12 kali. Sehingga buku ini memperoleh nominasi sebagai buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail.

Dalam buku cetakan ke dua belas dengan dominasi cover warna orange terbagi menjadi 9 bab. Membaca judul-judul babnya maka kita akan tergelitik. Berikut bab-babnya; Jangan berusaha, Kebahagiaan itu masalah, Anda tidak istimewa, Nilai penderitaan, Anda selalu memilih, Anda keliru tentang semua hal, Kegagalan adalah jalan untuk maju, Pentingnya berkata tidak, serta … Dan kemudian anda mati.

Meski demikian, buku ini sebenarnya mengajak kita untuk berpikir lebih jernih untuk memilih mana yang penting dan mana yang tidak dalam kehidupan. Kita sedang menghadapi wabah psikologis yakni ketika kita tidak menerima dengan tenang hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini. Karena kita memercayai mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan itu sangat memalukan. Dengan itu secara tidak sadar kita telah menyalahkan diri kita sendiri. Kita mulai merasa ada yang salah pada diri kita.

Dengan kepercayaan itu bahwa tidak sempurna itu memalukan. Cuek dan masa bodoh adalah cara yang sederhana untuk mengarahkan kembali ekspektasi hidup kita dan memilih apa yang penting dan tidak penting.

Kedua, buku ini tidak berbicara bagaimana cara meringankan masalah tetapi dengan membaca buku ini mengubah rasa sakit menjadi sebuah peranti. Trauma menjadi kekuatan, mengubah problem menjadi permasalahan yang lebih baik.

Ketiga, buku ini tidak akan mengajari kita bagaimana mendapat atau mencapai sesuatu namun bagaimana cara berlapang dada dan membiarkan sesuatu pergi dan mengajari kita membuat inventaris kehidupan. Selamat membaca! (*)

-Diresensi Syaiful Mustaqim, pegiat literasi dan pengelola Rumah Baca “Samudra”

Dipublikasikan : maarifnujateng.or.id
Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
4 Februari 2020 pukul 11.57 ×

makasih reviewnya

Congrats bro Tira Soekardi you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar