M Nur Ahsin, dosen UMK di depan kampus Fatoni Thailand. (Dok. pribadi) |
Thailand – Mengajar mata kuliah bahasa Indonesia untuk mahasiswa di Indonesia barangkali sudah menjadi hal biasa. Bagaimana jika seorang dosen bahasa Indonesia mengajar mata kuliah bahasa di luar negeri, barangkali terbilang unik.
Adalah Muhammad Noor Ahsin, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) itu mengikuti Visiting Lecturer di Fatoni University, Thailand mulai 8 Februari – 6 Maret 2020 mendatang.
Dosen muda yang akrab disapa Ahsin itu menjelaskan dirinya bisa mengikuti kegiatan yang berlangsung sebulan tersebut lantaran almamaternya UMK menjalin kerjasama dengan Fatoni University di antaranya bidang visiting lecturer, student exchange, join research, dan sebagainya.
Di kampus UMK, tidak hanya dirinya saja yang mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di luar negeri, juga ada dosen-dosen PBSI FKIP UMK yang lain. Ristiyani pada November 2019 lalu melakukan visiting lecturer mengajar bahasa Indonesia di Hanoi University Vietnam dan Vietnam National University. Dan Eko Widianto melakukan visiting lecturer mengajar bahasa dan mengenalkan kebudayaan Indonesia di Hanoi University Vietnam dan di Tunisia, Benua Afrika.
Diterangkan pria kelahiran Kudus, 5 April 1987 itu bahwa di Fatoni University dia di sana kegiatannya adalah membantu mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Jurusan Jabatan Bahasa Melayu konsentrasi Bahasa Indonesia di Fatoni University dengan memberikan pelatihan berbicara, menyimak, pelatihan menulis, berpidato bahasa Indonesia, pelatihan bercerita, membimbing skripsi, dan sebagainya. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tapi juga di luar kelas dengan tujuan agar mahasiswa semakin tertarik dan senang.
“Selain itu saya juga memperkenalkan budaya Indonesia, salah satunya baju adat khas kudus. Saya membawa baju adat khas Kudus untuk diperkenalkan dengan mahasiswa dan juga membawa boneka tangan khas baju adat Kudus untuk pembelajaran. Selain itu juga memperkenalkan makanan khas Kudus, seperti jenang Kudus. Saya jelaskan sejarah jenang Kudus, serta saya bawa Jenang lalu mereka mencicipinya. Alhamdulillah mereka suka dan sangat tertarik sekali dengan budaya dan makanan Indonesia,” katanya Jum’at (21/2/2020) via pesan whatsapp.
Saat ada acara dengan dosen dan mahasiswa di Jurusan Jabatan Bahasa Melayu konsentrasi Indonesia juga ada suguhan khas makanan Indonesia, seperti pecel dan emping. Bumbu pecel di bawa dari Indonesia, sedangkan sayur dari sana. Dosen dan mahasiswa di sana menyukai makanan pecel.
Ditanya tentang kesan mengikuti program tersebut Ahsin mengaku senang karena bisa mendapatkan pengalaman internasional kaitannya dengan mengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing di Thailand.
Masih dengan penjelasannya berkait kultur Thailand bahwa di sana mayoritas Budha. Kebetulan kampus Fatoni University terletak di daerah Patani Thailand yang mayoritas beragama islam.
“Kampus ini juga sangat islami, ketika waktu shalat duhur dan ashar tidak boleh ada perkuliahan. Dosen dan mahasiswa dianjurkan ikut shalat berjamaah,” kata putra Rohmad - Dewi Munipah ini.
Mengenai makanan di sana cukup banyak variasinya. Kebanyakan makanan di sana manis dan pedas. “Saya sudah mencicipi beberapa makanan. Ada yang cocok untuk lidah orang Indonesia ada juga yang kurang. Untungnya berada di komunitas muslim sehingga makanan di sini banyak yang halal,” lanjutnya.
Warga di sana mayoritas pekerja sebagai petani karet. Di sekitar kampus banyak pohon karet dan banyak pengolahan karet. Selain bekerja sebagai pekerja perkebunan karet, juga banyak yang menjadi pedagang. Serta, masyarakat di sana ramah dan baik.
Menurut pria yang tinggal di Desa Besito RT 06 RW 03 Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus itu tujuan dia ikut kegiatan tentu saja untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman langsung kaitannya dengan bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia dan mengenalkan budaya serta makanan Indonesia bagi mahasiswa Fatoni University yang belajar bahasa Indonesia.
“Selain itu juga untuk memartabatkan bahasa Indonesia agar lebih banyak dipahami dan dipelajari orang asing, serta agar bahasa Indonesia lebih mendunia. Saya lebih banyak mengajar dengan praktik langsung, agar mahasiswa bisa mudah praktik dan mudah memahami. Selain itu tujuan saya ke sana tentunya untuk menjalin kerjasama antara UMK dan Fatoni University,” lanjutnya.
Selain mengikuti visiting lecturer Ahsin yang memiliki hobi membaca, menulis, dan jalan-jalan itu juga pernah mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk orang Filipina, Thailand, China, Mesir, dan Afghanistan.
Ke depan dirinya juga ingin mengikuti kegiatan yang serupa lagi. Setelah mengikuti program visiting lecture tersebut, dia berharap banyak orang luar negeri yang lancar berbahasa Indonesia dan semakin mengenal kebudayaan Indonesia.
“Semoga orang asing banyak yang datang ke Indonesia. Apalagi di Asia Tenggara Bahasa Indonesia adalah merupakan bahasa resmi Asean. Semakin banyak orang mempelajari bahasa Indonesia semakin baik dan pemerintah Indonesia pun sangat mendukung. Dengan begitu akan meningkatkan peran dan posisi tawar Indonesia di tingkat internasional,” pungkas suami Atik Maesaroh ini. (Syaiful Mustaqim)
Adalah Muhammad Noor Ahsin, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) itu mengikuti Visiting Lecturer di Fatoni University, Thailand mulai 8 Februari – 6 Maret 2020 mendatang.
Dosen muda yang akrab disapa Ahsin itu menjelaskan dirinya bisa mengikuti kegiatan yang berlangsung sebulan tersebut lantaran almamaternya UMK menjalin kerjasama dengan Fatoni University di antaranya bidang visiting lecturer, student exchange, join research, dan sebagainya.
Di kampus UMK, tidak hanya dirinya saja yang mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di luar negeri, juga ada dosen-dosen PBSI FKIP UMK yang lain. Ristiyani pada November 2019 lalu melakukan visiting lecturer mengajar bahasa Indonesia di Hanoi University Vietnam dan Vietnam National University. Dan Eko Widianto melakukan visiting lecturer mengajar bahasa dan mengenalkan kebudayaan Indonesia di Hanoi University Vietnam dan di Tunisia, Benua Afrika.
Diterangkan pria kelahiran Kudus, 5 April 1987 itu bahwa di Fatoni University dia di sana kegiatannya adalah membantu mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Jurusan Jabatan Bahasa Melayu konsentrasi Bahasa Indonesia di Fatoni University dengan memberikan pelatihan berbicara, menyimak, pelatihan menulis, berpidato bahasa Indonesia, pelatihan bercerita, membimbing skripsi, dan sebagainya. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tapi juga di luar kelas dengan tujuan agar mahasiswa semakin tertarik dan senang.
“Selain itu saya juga memperkenalkan budaya Indonesia, salah satunya baju adat khas kudus. Saya membawa baju adat khas Kudus untuk diperkenalkan dengan mahasiswa dan juga membawa boneka tangan khas baju adat Kudus untuk pembelajaran. Selain itu juga memperkenalkan makanan khas Kudus, seperti jenang Kudus. Saya jelaskan sejarah jenang Kudus, serta saya bawa Jenang lalu mereka mencicipinya. Alhamdulillah mereka suka dan sangat tertarik sekali dengan budaya dan makanan Indonesia,” katanya Jum’at (21/2/2020) via pesan whatsapp.
Saat ada acara dengan dosen dan mahasiswa di Jurusan Jabatan Bahasa Melayu konsentrasi Indonesia juga ada suguhan khas makanan Indonesia, seperti pecel dan emping. Bumbu pecel di bawa dari Indonesia, sedangkan sayur dari sana. Dosen dan mahasiswa di sana menyukai makanan pecel.
Ditanya tentang kesan mengikuti program tersebut Ahsin mengaku senang karena bisa mendapatkan pengalaman internasional kaitannya dengan mengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing di Thailand.
Masih dengan penjelasannya berkait kultur Thailand bahwa di sana mayoritas Budha. Kebetulan kampus Fatoni University terletak di daerah Patani Thailand yang mayoritas beragama islam.
“Kampus ini juga sangat islami, ketika waktu shalat duhur dan ashar tidak boleh ada perkuliahan. Dosen dan mahasiswa dianjurkan ikut shalat berjamaah,” kata putra Rohmad - Dewi Munipah ini.
Mengenai makanan di sana cukup banyak variasinya. Kebanyakan makanan di sana manis dan pedas. “Saya sudah mencicipi beberapa makanan. Ada yang cocok untuk lidah orang Indonesia ada juga yang kurang. Untungnya berada di komunitas muslim sehingga makanan di sini banyak yang halal,” lanjutnya.
Warga di sana mayoritas pekerja sebagai petani karet. Di sekitar kampus banyak pohon karet dan banyak pengolahan karet. Selain bekerja sebagai pekerja perkebunan karet, juga banyak yang menjadi pedagang. Serta, masyarakat di sana ramah dan baik.
Menurut pria yang tinggal di Desa Besito RT 06 RW 03 Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus itu tujuan dia ikut kegiatan tentu saja untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman langsung kaitannya dengan bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia dan mengenalkan budaya serta makanan Indonesia bagi mahasiswa Fatoni University yang belajar bahasa Indonesia.
“Selain itu juga untuk memartabatkan bahasa Indonesia agar lebih banyak dipahami dan dipelajari orang asing, serta agar bahasa Indonesia lebih mendunia. Saya lebih banyak mengajar dengan praktik langsung, agar mahasiswa bisa mudah praktik dan mudah memahami. Selain itu tujuan saya ke sana tentunya untuk menjalin kerjasama antara UMK dan Fatoni University,” lanjutnya.
Selain mengikuti visiting lecturer Ahsin yang memiliki hobi membaca, menulis, dan jalan-jalan itu juga pernah mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk orang Filipina, Thailand, China, Mesir, dan Afghanistan.
Ke depan dirinya juga ingin mengikuti kegiatan yang serupa lagi. Setelah mengikuti program visiting lecture tersebut, dia berharap banyak orang luar negeri yang lancar berbahasa Indonesia dan semakin mengenal kebudayaan Indonesia.
“Semoga orang asing banyak yang datang ke Indonesia. Apalagi di Asia Tenggara Bahasa Indonesia adalah merupakan bahasa resmi Asean. Semakin banyak orang mempelajari bahasa Indonesia semakin baik dan pemerintah Indonesia pun sangat mendukung. Dengan begitu akan meningkatkan peran dan posisi tawar Indonesia di tingkat internasional,” pungkas suami Atik Maesaroh ini. (Syaiful Mustaqim)
Dipublikasikan : ayosemarang.com
2 komentar
Click here for komentarkeren ya dan makin banyak nanti yang bisa bahasa indonesia sptdi australia
Replyaminnn, semoga banyak yg berkunjung ke Indonesia.
Replywww.rajaunik.co.id
ConversionConversion EmoticonEmoticon