Buku, Bendera NU dan Geliat Aswaja di Singapura

Ikon patung singa di Singapura. (Foto: laduni.id)
Istiqomah adalah salah satu pembeli 11 buku di Smart Pustaka. Perempuan yang akrab disapa Istie, saat ini tinggal di Singapura. Di sana dia bekerja atau kuliah, saya tak berhasil mengulik informasinya.

Mulanya, calon suaminya, Syarif asli Cirebon, Jawa Barat medio Juli lalu mengirim pesan wa kepada saya perihal ingin order buku. Sebelas buku yang diorder adalah : Islam Tradisional yang Terus Bergerak, Biografi Gus Dur, Prisma Pemikiran Gus Dur, Islam Agama Ramah Perempuan, Kiai Nyentrik Membela Pemerintah, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Fiqh Perempuan, Sang Zahid; Mengarungi Sufisme Gus Dur, Samudra Kezuhudan Gus Dur, Penakluk Badai, dan Peci Miring; Novel Biografi Gus Dur. 
Setelah saya nyatakan ke sebelas buku ready, kemudian Istie yang mengontak saya. Buku-buku yang dipesannya minta dikirim langsung ke Singapura. Dia minta buku dikirim via Depeex atau Aray Prabu. Saya tidak menyanggupinya, reseller buku mitra saya hanya bisa kirim via Pos dan JNE. Dia menolak karena biaya ongkir hampir setara dengan harga buku. Di samping itu, dirinya punya riwayat buruk order barang dikirim via Pos sampai sana (Singapura) barang rusak. 

Alhasil, buku saya kirim ke Cirebon. Kemudian, calon suaminya, Syarif yang akan mengantarkan ke Singapura.

Geliat Aswaja di Negeri Singa
Selain order buku, Istie juga order 1 bendera merah putih dan 1 bendera Nahdlatul Ulama (NU) ukuran kecil.

“Benderanya yang bisa dibentangin di dada. Bendera ini cuma untuk action saja, untuk dipamerin di negeri orang,” katanya dalam pesan whatapps.

Masih di pesan WA, ia ingin punya tujuan kecil, dengan membentang bendera NU di Singapura dengan harapan akan ada NU yang tumbuh dan menjalar, syukur berakar di negeri tersebut.

Dalam pengakuannya Singapura adalah negara yang menjunjung tinggi kemanusiaan, rukun terhadap sesama, attitude dan culture namun ideologi ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) bisa dihitung jari.

Padahal di Singapura ada makam Wali Habib Noh Al Habsyi yang menjadi bukti bahwa dahulu Aswaja berkembang dan ada. Namun semakin majunya zaman peradaban kian terkikis dengan masuknya para pendatang dari Gujarat Pakistan, Arab, India juga Bangladesh yang mereka rata-rata penganut Wahabi dan Syiah.

Saya lantas bertanya, apakah di sana sudah ada PCINU? Setahu dia belum ada. Di sana yang popular hanya Muslim Melayu. Jika ingin mendirikan NU tidak mudah. Banyak aturan yang harus dipenuhi.

“Di sini islam tidak begitu kental. Di sini ada muslim tapi hanya islam saja (baca KTP). Islamnya juga beraneka warna. Religi hanya sebagai sarana pengenal identitas keyakinan individu tertentu,” tandas Istie.

Di negara yang tergolong maju itu juga ada atheis. Hukum di sana tak pandang bulu. Mereka lebih menaati negara daripada hukum agama.

Kembali kepada buku-buku yang dibelinya, untuk dibaca sendiri. Jika ada teman yang mau baca ya dipinjaminya.

“Di sini saya berkumpul dengan orang-orang yang minim eduasi baik ilmu umum dan agama. Namun di sini juga saya menemukan banyak ilmu hikmah juga ilmu-ilmu lain yang tidak ada di bangku sekolah,” akunya.

Karena itu untuk menghadapi mereka harus dengan cara. “Saya butuh pegangan untuk menghadapi mereka yakni harus memiliki logika yang kuat dan matang,” pungkasnya. (sm)

ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng