KMJS-ku Sayang KMJS-ku Malang

Event Festival Band yang diselenggarakan KMJS.
Catatan Harlah KMJS IAIN Walisongo

Belum lama ini, saya bertemu dengan seseorang yang kebetulan kerja lapangan pada sebuah operator seluler. Waktu itu saya memakai tenun Troso “KMJS”. Laki-laki itu bertanya tentang Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS). Saya pun menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Inti obrolan saat itu, pihaknya pernah membantu salah satu kegiatan yang pernah diselenggarakan KMJS.

Dilain kesempatan, saat saya ke Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan menunggu kedatangan seorang staf, seorang lelaki berjenggot menyambangi. Ia bertanya sudah mengajar dimana? Saya jawab belum mengajar. Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa pakaian yang saya pakai adalah seragam KMJS. Lantas ia bersoloroh tentang kegiatan jalan sehat di Pantai Kartini beberapa waktu lalu. Dan seterusnya…

Dua amsal diatas menjadi dua hal yang saya alami baru-baru ini. KMJS kini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. KMJS mengalami degradasi yang kian menjadi-jadi. KMJS kembali seperti saat kali pertama saya menginjakkan kaki di kampus. Saat itu, benar-benar lagi mencari jatidiri. Beberapa tahun setelahnya sempat bangkit. Dan kini pun rapuh kembali.

Ada apa gerangan? Sekadar mengingatkan tahun 2003 silam, KMJS sedang mencari jatidiri. Apa sebab? Mahasiswa asal Jepara minim sekali yang ikut KMJS. Mereka lebih enjoy aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) maupun organisasi ekstra kampus. Menanggalkan status KMJS. Sementara yang aktif di KMJS hanya segelintir orang. Ditambah lagi isu miring. Warga KMJS hanya diisi pasangan sejoli dan terkadang lupa nguri-nguri organisasinya.

Beberapa tahun berikutnya, sejak 2006 berjalan hingga lima tahun kemudian. Selain regenerasi berjalan lancar, kegiatan-kegiatan juga tidak tidak pernah sepi. Dimata pemerintahan, KMJS lumayan mudah untuk memperoleh pendanaan. Tetapi kini, kondisinya kritis (lagi).

Kecelakaan Sejarah
Bagi saya telah terjadi kecelakaan sejarah. Selama tujuh tahun berkecimpung di KMJS baru kali pertama menjumpai ketua yang telah terpilih tetapi urung mengemban tanggung jawab. Akhirnya mengundurkan diri. Pada kesempatan lain, dipilihlah ketua yang baru. Muncullah ketua yang baru. Sehingga memperlambat laju KMJS.

Hal itu tentu sejalan dengan apa yang pernah saya lakukan. Pernah saya terpilih menjadi Ketua Pimpinan Ranting (PR) IPNU Desa Margoyoso masa khidmah 2009-2011. kalau boleh dibilang saat itu hanya ego sesaat yang keluar. Sehingga saya tidak bersedia menjadi ketua, saat itu. Singkat cerita, sejak kekhilafan yang saya perbuat, PR IPNU Margoyoso memang susah mencari ketua. Dan roda organisasi berjalan mampet.

Ditahun yang sama, saya juga diamanati oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU Kecamatan Kalinyamatan masa khidmah 2009-2011 duduk dijajaran kepengurusan sebagai seksi Humas. Selama dua tahun pula saya juga tidak menginjakkan kaki di PAC.

Alhasil, untuk menebus kekhilafan, anamah dari Pimpinan Cabang (PC) IPNU Kabupaten Jepara masa khidmah 2011-2013 menggawangi Departemen Pers dan Jurnalistik dengan senang hati saya terima. Hal itu saya lakukan untuk tidak mengulangi kekhilafan lagi.

Begitu pun dengan KMJS. Saya kira benang merahnya sama. Maka, tugas sebagai Ketua KMJS Cabang IAIN Walisongo Semarang seberat apapun itu, perlu diterima dengan legawa. Yakinlah anggota-anggota yang lain akan selalu membantu. Begitu juga para senior. Sehingga, agar KMJS tidak bernasib malang maka perlu disayang. Kalau tidak kita yang menyayangi lantas siapa? (Syaiful Mustaqim)  
Previous
Next Post »