Lebih Dekat dengan Jurnalistik Sekolah

Perkembangan jurnalistik di sekolah/ madrasah yang ada di Jepara bisa dikatakan “lumayan”. Karena waktu kurun lima tahun ini pers berbasis sekolah dan madrasah mengalami perkembangan.

Sebut saja Gelora Mathali’ (MA Mathaliul Huda Bugel), El Hawa (MTs/ MA Tasywiqul Banat Robayan), Gema Smawas (SMA Walisongo Pecangaan), Koma (MA Hasyim Asyari Bangsri), Suara HA (MTs Hasyim Asyari Bangsri) dan masih banyak lagi. 

Media berbentuk majalah baik tahunan maupun satu semester sekali tersebut masih eksis hingga saat ini. Eksisnya media-media pelajar tersebut tidak lepas dari kerja jurnalistik sekolah. 

Apa itu Jurnalistik Sekolah? 
Secara harfiah (etimologis, asal usul kata), jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiekartinya penyiaran catatan harian.

Menurut Asep M. Romli dalam bukunya Jurnalistik Dakwah adalah proses kegiatan mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa. Sehingga jurnalistik sekolah kegiatan kewartawanan yang dilakukan oleh siswa baik di sekolah maupun madrasah. 

Menyebut jurnalistik sekolah ada beberapa macamnya misalnya Majalah Dinding (Mading), Majalah, Tabloid dan Koran. 

Cara Mengelola
Sebelum sekolah/ madrasah resmi mengelola media terlebih dahulu kudu menyiapkan beberapa hal. 
1) Menyiapkan Kru Redaksi
Kru redaksi ialah person yang akan menjalankan kerja jurnalistik di sekolah. Jika sekolah kewalahan untuk mencari bibit jurnalistik bisa dengan cara perekrutan di awal tahun ajaran baru dengan membuat ekskul Jurnalistik. 

Sebelum mereka (kru jurnalistik) menjalankan tugasnya bisa diawali dengan Pelatihan/ Workshop Jurnalistik. Kegiatan ini merupakan bekal untuk mereka dalam mengelola media yang ada di sekolah. Juga bisa dijadikan kegiatan rutin tahunan. Sehingga regenerasi/ kaderisasi akan berjalan terus menerus. 

Kru redaksi yang ada di mading, majalah, tabloid dan koran sekolah sesuai dengan kebutuhan media. 
a. Pelindung 
b. Pembina 
c. Pemimpin Redaksi  
d. Sekretaris Redaksi 
e. Bendahara
f. Redaktur 
g. Layouter 
h. Sirkulasi 
i. Periklanan 

2) Bahan
Urutan kedua yang harus dipersiapkan ialah menyiapkan bahan. Bahan bisa tulisan, foto atau gambar, ilustrasi dan yang lain. Bahan untuk tulisan misalnya narasumber yang akan kita wawancarai, sumber dari buku, majalah, koran yang akan kita jadikan artikel, buku yang akan kita jadikan bahan resensi, dan sejenisnya. 
Agar runtut maka di dalam kru redaksi media sekolah sebelum bekerja ke lebih lanjut perlu menyelenggarakan rapat redaksi. Rapat redaksi ialah pembahasan tema, job description (pembagian tugas) dan rencana terbit. Di dalam rapat redaksi juga dibahas rubrikasi dan pembagian tugas. 
Adapun contoh rubrikasi : 
a. Salam Redaksi 
b. Laporan Utama 
c. Laporan Khusus 
d. Opini 
e. Sosok 
f. Liputan Sekolah 
g. Cerpen 
h. Puisi 
i. Humor
j. Teka-teki silang 
k. Karikatur 
l. Resensi 

3) Pendanaan 
Berhasil tidaknya sebuah penerbitan media di sekolah tidak lepas dari lancarnya pendanaan. Pendanaan bisa berasal dari support sekolah. Juga bisa berasal dari pengajuan iklan ke perusahaan-perusahaan. 

4) Lay out/ Desain 
Setelah semua tulisan dan gambar dikumpulkan menjadi tugas tukang lay out untuk mendesain majalah mulai halaman cover sampai halaman terakhir. 

5) Cetak, Distribusi dan Evaluasi 
Media yang sudah dilay out kemudian dicetak. Didistribusikan kepada siswa-siswi, pemberi iklan dan sekolah lain. Adapun kegiatan evaluasi ialah mengurai kekurangan-kekurangan yang ada untuk dijadikan perbaikan di terbitan yang akan datang. 

Tujuan dan Manfaat
Menurut Mulyoto (2007) ada tujuh tujuan dan manfaat jurnalistik sekolah:
1) Penyalur Potensi Menulis. Siswa dapat menyalurkan bakat serta minat menulis. Banyak sekali penulis terkenal memulai belajar menulis sejak bangku sekolah. Pendek kata, majalah sekolah dapat berfungsi sebagai kawah ”candradimuka” bagi calon-calon penulis masa depan.

2) Penyalur Aspirasi. Seringkali banyak siswa ketika mempunyai masalah hanya diungkapkan dengan coretan di atas meja, atau di dinding sekolah. Pengungkapan perasaan seperti ini jelas merugikan sekolah, karena akan terkesan kumuh dan kotor. Daripada seperti itu, lebih baik siswa mengungkapkan perasaannya dengan tulisan, baik  berupa gambar, cerpen, artikel, atau puisi yang nantinya akan dimuat di majalah sekolah.

3) Media Komunikasi. Tulisan yang dimuat —baik dari siswa, guru atau karyawan— akan dibaca seluruh keluarga besar sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan terjadi komunikasi antarpembaca.

4) Media Pembelajaran Berbasis Baca Tulis. Belajar tidak cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan menghafalkan. Tetapi juga mau membaca masalah-masalah di sekitarnya dan menuangkan dalam bentuk tulisan. Keberadaan majalah sekolah memberi ruang kepada siswa untuk mempublikasikan idenya.

5) Media Belajar Organisasi. Dalam pembuatan majalah sekolah diperlukan pengelola majalah, mulai dari pemimpin redaksi, sekretaris, bendahara, redaktur,wartawan, fotografer, dan lain-lain. Secara langsung, siswa belajar bagaimana membagi pekerjaan untuk membuat majalah sekolah.

6) Penyemai Demokrasi. Dengan adanya majalah sekolah, siswa bisa menuliskan uneg-unegnya dalam bentuk tulisan. Uneg-uneg bisa berbentuk masukan untuk perbaikansekolah. Sehingga siswa dapat merasakan pengalaman nyata tentang bagaimanamenyampaikan pikiran dalam sistem yang demokratis, dengan cara yang bermartabat.

7) Media Promosi. Tulisan yang ada dalam majalah sekolah sekaligus dapat diketahui orang lain. Selagi majalah itu masih ada, sampai kapan pun orang lain akandapat membacanya. Dengan kata lain, penerbitan majalah sekaligus bisa menjadi media promosi sekolah tersebut.
  
Sumber Bacaan
1. http://www.sjm.sch.id/p/pengertian-jurnalistik.html
2. Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah (Bandung: Rosda, 2003)
3. Mantap Heryani, Fungsi dan Manfaat Majalah Sekolah (Makalah), Universitas PGRI Palembang 2014. 
4. Mulyoto, Hari Gini Gak Punya Majalah Sekolah? Bikin Yuk! (Yogyakarta: Andi Publisher, 2007)
5. Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Penerbitan Media Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1995)

Makalah disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik SMA NU Kedung Jepara, Ahad, 15 November 2015.
Previous
Next Post »